Hola, maaf baru nongol lagi. Aku kesulitan nyari momen buat nulis cerita ini wkwk. Ini baru jadi satu bab jadi langsung gas aja post.
Siapkan amunisi buat vote dan komen yak teman-teman.
Happy Reading!
🥰🥰🥰
"Apa kamu lelah? Kamu bisa tidur di sini," Raven menepuk pundaknya sendiri. "Perjalanan kita masih panjang."
Alih-alih menurut Kiana makin memasang jarak. Seandainya boleh memilih dia ingin duduk sejauh mungkin dari pria itu. Namun sekarang ini dirinya tidak punya pilihan lain, selain terpaksa duduk di sebelah Raven.
Kiana memejamkan mata, mencoba menulikan pendengarannya dengan memasang airbuds. Dia tidak ingin terlibat pembicaraan apa pun dengan si pemaksa itu. Perkiraan waktu sampai ke Bandara Internasional Lombok masih sekitar satu setengah jam lagi. Betapa tidak beruntungnya dia terjebak selama itu.
Namun satu jam setengah yang dia pikir lama, nyatanya tidak sampai satu kedipan mata. Dia tertidur pulas selama pesawat menerbangkan dirinya. Dan ketika terjaga, dia dikejutkan hal yang tidak terduga.
Matanya melirik keadaan sekitar. Dia sangat yakin ketika mencoba memejamkan mata, dia duduk dengan posisi benar. Tapi kenapa saat ini kepalanya malah jatuh ke pundak seseorang? Terlebih kepala orang itu juga ikut terjatuh di atas kepalanya.
Sadar bahwa di sebelahnya jelas itu Raven, dia buru-buru menjauh dan kembali menciptakan jarak.l
"Bagaimana bisa aku tidur di pundaknya?" gumamnya sedikit bingung campur cemas.
Pergerakan Kiana yang tiba-tiba membuat Raven juga ikut terjaga. Pria itu mengucek sebelah matanya yang masih terpicing.
"Apa kita sudah sampai?" tanya pria itu. Raven tidak sadar jika Kiana terlihat salah tingkah.
Kiana hanya menggumam sebagai jawaban. Dia masih bertanya-tanya dalam hati kenapa bisa tidur di pundak Raven ketika pria itu bersuara lagi.
"Nyenyak tidurmu, huh?" Raven memijat bahu sebelah kanannya. "Bahuku pegal. Kamu harus tanggung jawab."
Sontak saja Kiana terperanjat. Wanita itu pikir Raven tidak sadar dengan apa yang terjadi.
"Non sense," gumamnya tidak peduli. Beruntung kapten mengumumkan bahwa pesawat akan segera landing. Perhatian keduanya pun dengan cepat teralihkan.
Pukul lima sore waktu setempat saat mereka akhirnya mendarat di bandara. Sebenarnya Kiana masih bertanya-tanya tujuan Raven datang ke pulau ini. Setahu Kiana perusahaan tidak memiliki cabang di kota ini. Namun pria itu bersikeras kedatangannya kali ini masih ada sangkut pautnya dengan perusahaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
What If I am Without You
RomansaWAJIB FOLLOW AUTHOR SEBELUM BACA 🔥 CONTAINS ADULT CONTENT ( Bijaklah dalam memilih bacaan) Raven tidak suka senyum yang selalu Kiana umbar malam ini. Senyum bahagia yang tidak bisa menulari dirinya sama sekali. Malam ini acara pertunangan Reyga, a...