Jam menunjukkan sekitar pukul 7 lewat 15 menit. Sudah agak ramai para siswa dan siswi yang telah sampai di sekolah.
Haidar berjalan bersamaan dengan Bulan disampingnya. Seperti biasa, dia akan mengambil Bulan di rumah dan pergi ke sekolah bersama.
"Dar," panggil Bulan. Haidar berdehem dan menoleh sebentar ke arah Bulan.
"Nanti jam istirahat ga usah ke kantin. Kita ke rooftop aja. Gue udah bawa bekal," Haidar mengemam bibirnya sambil mengangguk.
"Bisa ajak Aurora makan bareng," Bulan menggeleng cepat.
"Ga. Maksud gue, kita berdua aja. Gue masak cukup buat dua orang," Haidar ketawa.
"Yaudah. Nanti gue ke rooftop ya?" Bulan mengangguk. Mengingatkan rencana yang dinyatakan oleh Aurora kemaren membuatnya deg-degan. Dia hanya berusaha mengabaikan debaran itu.
"Lo ga banyak ngomong kayak biasanya," seperti baru tersadar dari lamunan, Bulan melihat kearah Haidar dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia tiba-tiba berasa canggung berada di samping Haidar.
"Kenapa?" Haidar ketawa.
"Aneh aja biasanya lo banyak ngomong," Bulan hanya mengangguk pelan. Hal itu tidak luput dari pandangan Haidar namun laki-laki itu hanya membiarkan saja.
Kedua-dua dari mereka melihat kearah Bu Mawar yang sedang melambai-lambaikan tangannya, memanggil Bulan dan Haidar.
"Bulan! Haidar! Kesini!" Nada Bu Mawar yang kedengaran agak panik itu membuatkan keduanya mendekati wanita itu.
"Ada apa bu?" Tanya Haidar.
"Bisa bantuin ibu ga?" Bulan dan Haidar mengangguk.
"Bantuin apa bu?" Tanya Bulan pula.
"Itu. Di bawah meja ibu ada bau busuk. Jadi ibu mau minta bantuan kalian buat liat-liat di bawah meja. Ibu takut mau liat sendiri," suasana di ruangan guru ketika itu masih terbilang sepi. Hanya ada beberapa orang guru sahaja yang baru sampai. Lagian Bu Mawar tidak mau mengganggu kesibukan rekan-rekan kerjanya yang lain.
"Yaudah. Aku bisa kok," Haidar menjawab membuatkan Bu Mawar mengukir senyum.
"Kalian berdua ikut ibu ya? Maaf nyusahin kalian. Ibu takut soalnya," Haidar mengangguk. Mereka berdua mengikuti langkah Bu Mawar sehingga sampai dimeja kerjanya.
"Ihh. Bau bangkai ya bu? Kayaknya bangkai tikus deh," Bu Mawar yang mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Haidar langsung merinding.
"Ya-yaudah. Kamu cariin ya? Kalo ketemu langsung dibuang aja. Ibu gamau liat," Bulan ketawa pelan melihat gurunya yang bersembunyi dibelakang tubuh kecilnya.
"Kok gue ga bisa bau ya?" Bulan mencoba untuk mencari baunya tetapi tetap tidak menjumpainya.
"Lo sinus kali," Bulan menampar bahu Haidar membuat laki-laki itu ketawa.
"Enak aja," Haidar membuka laci-laci yang ada di bawah meja gurunya itu. Tawanya hilang ketika bau busuk kembali masuk ke indra pernafasannya.
"Baru bau gue. Kuat banget. Di laci itu kali?" Bu Mawar memegang seragam Bulan dengan kuat.
"Cari Dar! Ibu takut mau bantu!" Haidar membalik-balik kertas yang ada disitu.
"Kok ga ketemu ya? Baunya kayak ada disini," Haidar mengawal pernafasannya. Bau yang kuat itu membuat nafasnya tersekat.
"Mau napas aja siksa jadinya," ujar Bulan. Dia melihat-lihat ke bawah meja, mencari sumber bau.
"Bau kuat gini udah ada belatungnya ga sih?" Lagi-lagi Bulan mencoba mengenakan Bu Mawar membuatkan wanita itu terpekik kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHADHIYA || LEE DONGHYUCK
Teen Fiction"Lo udah punya pacar ga? Takutnya pacar lo cemburu liatin gue ngomong sama lo terus."-Chaesa Dhiya Bulan "Pacaran itu membosankan, kita temenan aja dan bersikap seperti lagi pacaran."-Haidar Arshaka Devan Temanan tapi bersikap seperti pacaran? Adaka...