7. Gendong

0 0 0
                                    

"Gue mau masuk! Titik!" Bulan melihat mata Haidar yang juga memandangnya.

"Gue ga suruh lo kesini?" Haidar ketawa remeh.

"Gue sendiri yang dateng. Biarin gue masuk," Bulan akhirnya mengalah. Dia menjauhi pintu dan membiarkan saja laki-laki itu melangkah masuk ke kamarnya.

"Lo mau apa?" Tanya Bulan tanpa basa-basi. Setelah kejadian tadi, dia menjadi agak canggung dengan Haidar. Perubahan Haidar juga membuatkan cara layanannya terhadap laki-laki itu turut berbeda.

"Mau temenan. Gue gamau musuhan sama lo," Bulan mendecit kecil.

"Emang kita musuhan?"

"Kayak musuhan," Haidar duduk diatas sofa tanpa izin. Bulan yang sudah terbiasa dengan kelakuan teman-temannya yang seperti itu hanya membiarkan.

"Lo kangen gue kan?" Tanya Haidar membuatkan Bulan mengeluh.

"Ga penting. Pertanyaan lain aja," Haidar ketawa.

"Gue tau lo khawatir karena gue ga anter pesanan ke lo kayak biasa."

"Kalo niat lo kesini hanya mau ngeremehin gue mendingan lo pulang deh," Haidar bangun dari duduknya. Dia mendekati Bulan yang masih berdiri di dekat kasur. Bulan yang sedikit kaget menahan air mukanya supaya tidak terlalu kelihatan.

"Kan gue udah bilang mau temenan sama lo," Haidar melangkah menghampiri Bulan membuatkan gadis itu mengundurkan langkahnya sehingga akhirnya mengenai tembok. Kontak mata mereka tidak putus walau hanya sedetik.

"Lo gamau kan pertemanan kita hanya sebatas itu? Benteng pertemanan yang kita ciptakan selama hampir dua bulan ini runtuh hanya karena itu? Konyol ga sih?" Bulan mencoba meneutralkan napasnya. Jaraknya dengan Haidar hanya beberapa centi sahaja. Laki-laki itu bahkan semakin mendekatkan wajah mereka membuatkan mereka dapat merasakan napas masing-masing yang menerpa wajah.

"Gue minta maaf, ya? Gue ga bermaksud seperti itu. Gue hanya ngasih lo ruang biar lo bisa bersendirian. Gue takut lo marah sama gue. Gue benaran ga ada niat jauhin lo walau sedikit," wajahnya semakin didekatkan dengan Bulan namun kali ini dibawa ke leher jenjang gadis itu.

"Haidar!" Mendengar sergahan itu membuatkan laki-laki itu menyeringai.

"Maafin gue atau...?" Haidar menjeda. Dia ingin menunggu jawaban yang keluar dari mulut Bulan.

"G-gue maafin lo. Tolong menjauh. Gue mohon," Haidar tersenyum kemenangan.

"Good girl!" Dia menjauhkan kepala dan tubuhnya dari Bulan membuatkan gadis itu akhirnya bisa menarik napas lega.

"Jangan marah gue lagi. Gue ga maksud," Bulan mengangguk.

"Lo mau nyemil? Gue ambilin?" Tanya Bulan mencoba untuk menukar topik perbualan. Dia tidak mau terus menerus membicarakn hal itu. Lagipula dia telah memaafkan laki-laki itu sesuai permintaan maafnya tadi. Walau agak sedikit dipaksa.

"Boleh," jawab Haidar. Dia tersenyum melihat gerak geri Bulan yang berjalan melewatinya dan mengambil cemilan yang ada diatas lemari kecil.

"Mau minum juga?" Haidar menyambut huluran Bulan. Beberapa cemilan diberikan kepadanya.

"Terserah lo aja," Bulan mengangguk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARSHADHIYA || LEE DONGHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang