Tidak terasa, 1 bulan lebih telah berlalu setelah Haidar masuk ke sekolahnya. Sudah lama juga setelah Bulan mengenali Haidar begitu juga sebaliknya. Hubungan mereka berdua menjadi semakin rapat dan Bulan juga lebih kerap di jemput dan dihantar oleh Haidar sepulang sekolah.
Sudah banyak kali juga dia diamuk Lidya karena selalu pergi dan pulang bareng laki-laki itu. Namun Bulan tetaplah Bulan. Lidya bukan siapa-siapa yang berhak melarangnya pergi dengan siapapun. Lidya tidak pernah menganggapnya keluarga.
"Lo mau eskrim?" Tanya Haidar.
"Mau mint choco," jawab Bulan membuatkan Haidar ketawa.
"Iya iya. Kalo ga ada mint choco gimana?" Bulan melihat Haidar kesal.
"Ihh kok lo ngomong gitu sih?" Haidar terkekeh pelan. Dia gemas dengan kelakuan Bulan yang terlihat lucu itu.
"Ada kok," Haidar tersenyum. Dia melihat-lihat berbagai perasa eskrim di depannya.
"Aku mau mint choco sama cookies and cream ya," gadis penjual itu tersenyum melihat keduanya.
"Mau pake cawan?" Tanyanya.
"Iya cawan aja mbak," Haidar mengangguk mengiyakan kata-kata Bulan. Gadis penjual itu mulai mengambil cawan dan memasukkan eskrim perasa mint chocolate.
"Mint choco punya cowo atau cewenya?" Tanya si penjual dengan gurauan. Haidar mengambil eskrim itu dari tangan penjual.
"Punya pacar saya, mbak," Bulan membulatkan matanya. Dia tidak terus mengambil eskrim di tangan Haidar.
"Kenapa? Gamau eskrimnya?" Tanya Haidar berusaha mengekalkan senyum manisnya. Dia bersusah payah menahan tawa apabila melihat wajah Bulan yang memandangnya tidak percaya.
"Mbak. Kayaknya pacar saya ga jadi beli eskrimnya-"
"Enak aja! Siniin eskrim gue!" Haidar akhirnya ketawa. Bulan mengambil eskrim di tangan Haidar dengan cepat membuatkan si penjual itu turut ketawa kecil, gemas dengan kelakuan kedua manusia di depannya.
"Jangan galak-galak ya. Kasian cowo kamu," Bulan mengukir senyum paksa kepada si penjual. Apabila melihat Haidar, dia mengubah wajahnya menjadi sebal. Lelaki itu masih dengan sisa tawanya. Tangannya memegang eskrim membuatnya kesulitan buat mengambil kartunya.
"Sini gue pegang dulu!" Masih dengan nada kesalnya, Bulan berkata.
"Ga papa. Udah dapet kok kartunya," Haidar memindai kartunya di mesin khas membuatkan kedua eskrim mereka dibayar dengan alat digital itu.
"Makasih ya. Sampai ketemu lagi," kata si mbak penjual.
"Ya makasih juga," balas Haidar. Mereka berdua berjalan berdampingan menjauhi toko eskrim itu.
"Kita makan eskrim di bangku sana ya?" Tanya Haidar dan dibalas dengan anggukan oleh Bulan. Dia tidak menolak karena fokus dengan eskrim kesukaannya itu.
Bulan mebuhkan punggungnya di samping Haidar. "Pegangin eskrim gue sebentar. Lo bisa cicipin kalo lo mau," Bulan mengambil huluran Haidar.
"Lo ga jijik sama saliva gue?" Haidar ketawa.
"Engga kok. Lo bukannya tai," Haidar ketawa apabila Bulan menghentakkan kedua kakinya kesal.
"Ihhh kok gitu?"
"Cicipin aja, Bul. Gue ga jijik," karena rasa penasaran, Bulan sedikit menjilat eskrim Haidar yang sudah agak mencair itu. Agak kesulitan untuknya menggunakan sendok kecil yang telah disediakan. Haidar tertawa gemas melihat Bulan yang berkelakuan lucu itu.
Haidar menyimpan dompet dan kartunya ke dalam poket. Dia tersenyum apabila matanya bertembung dengan anak mata Bulan.
"Enakan yang mana?" Haidar mengambil eskrim di tangan Bulan.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHADHIYA || LEE DONGHYUCK
Novela Juvenil"Lo udah punya pacar ga? Takutnya pacar lo cemburu liatin gue ngomong sama lo terus."-Chaesa Dhiya Bulan "Pacaran itu membosankan, kita temenan aja dan bersikap seperti lagi pacaran."-Haidar Arshaka Devan Temanan tapi bersikap seperti pacaran? Adaka...