00
'Dia, Sang Sandyakala'Parasnya yang tidak luput dari pandangan berbagai mata, wanginya yang khas, membuat semua yang berpapasan dengannya hafal dengan aroma itu.
Bak bunga yang memiliki mahkota yang harus dijaga oleh kelopak-kelopaknya.
Ia merasa beruntung memiliki teman temannya yang selalu melindunginya, menemaninya, mendengarkan ceritanya, begitupun sebaliknya.
Senyum manis, itu yang selalu terpatri diwajahnya, tak pernah terlihat tangis hadir diwajah cantik itu.
Namun, dibalik semua itu, ia hanya memakai topeng kebahagiaan, padahal hidupnya tidak seberuntung yang dilihat.
Bagaimana rasanya jika kalian disakiti oleh orang yang telah merawat dan mengandung kalian selama 9 bulan lamanya? Apa yang harus dilakukan jika itu terjadi? Melawan? Pasrah? Atau mungkin mengambil jalan yang tidak seharusnya diambil?
Dia, yang selalu menumpahkan air matanya dihadapan sang langit.
Dia, yang selalu berusaha kuat dan tetap tenang.
Dia, yang mendapatkan perlakuan pahit dari perempuan yang mengandungnya selama 9 bulan.
Dia, yang selalu bersembunyi dibalik topeng itu.
Dia, yang selalu memendam semuanya sendiri, yang terus mengharapkan mendapatkan kebahagiaan yang pantas untuknya.
Dia, yang selalu percaya pada takdir tuhan yang tidak pernah berpihak padanya.
Dia, yang kehilangan arahnya.
Dia, yang selalu bertanya didalam benaknya, apakah tuhan berpihak padanya?
Dia, yang selalu berusah mengubah takdir yang tak pernah berpihak.
Dia, yang kehilangan ASA-nya dan apakah mungkin akan kembali?
Kumohon, janganlah mati sebelum itu terwujudkan.
Tuhan, mengapa kau membuatku lahir didunia kejam ini?
Tuhan, tujuanmu apakah hanya ingin mengujiku?
Tuhan, beri aku kekuatan.
Tuhan, beri aku hidup panjang untuk menyelesaikan urusanku.
Tuhan, ambillah ragaku setelah semuanya selesai.
Tuhan, kumohon, sekali saja, berpihaklah padaku.
Aku selalu percaya pada takdir yang akan selalu menemani, dan membawaku kearah yang ditentukan.
Sang Sandyakala, yang harus menemukan jalan takdirnya sendiri.
Langit, saksi dari segala saksi atas semua luka yang diberi takdir dan waktu untuknya.
Dia, Hiranya Sandyakala Dineshcara.
"Ketenangan terbesar dalam hidup adalah saat kita menerima bahwa kita tidak bisa mengubah masa lalu, tapi bisa membangun masa depan yang lebih baik".
-Hiranya Sandyakala D.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASA dan Sang Sandyakala
Teen Fiction"Percayalah, sesakit-sakitnya ujian yang diberi Tuhan, selalu ingatlah semua itu akan ada imbalannya, sakit atas segala sakit, luka atas segalanya luka, hanya takdir yang menentukan semuanya". -Hiranya Sandyakala D. "Kuat, itu yang menggambarkan ad...