'2' [ Egois ]

3 1 0
                                    

                             

                                  02
   'Terima, jika itu membuatmu bahagia'




Dua minggu berlalu, semenjak kejadian keluarga Khandra, kondisi Shaka belum kian membaik, ia dinyatakan koma.

Aksara hanya terus berdoa meminta yang terbaik dan terus menahan amarahnya kepada sang ayah agar tidak terlalu gegabah.

Flashback on

"Shaka! Jangan pernah tutup mata lo!".

"S-sakit bang" Ucap Shaka yang mulai kehilangan kesadaran karena begitu banyak ia mengeluarkan darah.

"Tahan! Lo bukan orang lemah, gua bakal nemenin lo, abang lo disini" Emosi Aksa yang hampir tak terkontrol.

"SUSTER! TOLONG ADIK SAYA!" Teriak Aksa yang baru saja sampai.

Ia berlari mengikuti cepatnya brankar yang membawa adiknya.

"Maaf, tunggu di luar ya mas" Ucap suster itu.

"Selamatkan adik saya".

"Kami akan melakukan yang terbaik" Tanpa berlama-lama, suster itu langsung masuk ke ruang operasi.

"Maaf, bang, ini semua gara-gara gua" Ucap Ghavi yang baru saja sampai.

"Jangan nyalahin diri lo, ini semua karena pria itu" Balas Aksa.

"Gua gaakan pernah maafin ayah kalau bang Shaka kenapa-napa" Sahut seorang remaja laki-laki yang sepertinya adik bungsu mereka.

"Jangan sekarang, Resh".

Varesh Adhikarya Khandra, anak bungsu keluarga Khandra, anak yang keras kepala dan sering kali kehilangan kendali atas emosinya.

"Liat kondisi, kontrol emosi lo" Ucap Aksa.

"Sorry bang" Balas Varesh.

"Tunggu dokter keluar".

1 jam, 2 jam, 3 jam dan akhirnya pintu operasi terbuka dan menampilkan seorang dokter dengan raut wajah sendu.

"Adik saya?" Tanya Aksa tanpa berbasa-basi.

"Maaf...mas Shaka....".

"Koma, karena pisau yang menembus tubuhnya lumayan dalam dan hampir menembus bagian punggungnya" Jelas dokter tersebut dan membuat Aksa dan yang lain terpaku.

"Kapan ia bisa sadar, dok?" Ucap datar Varesh tapi berusaha menahan tangis dan amarahnya.

"Tidak bisa ditentukan, pasrahkan saja pada Tuhan".

"Kalau begitu saya tinggal, jika ingin masuk jangan terlalu berisik dan banyak orang, permisi" Lanjut dokter itu lalu meninggalkan mereka yang masih berlarut dengan pikirannya masing-masing.

"Bang Aksa" Lirih si bungsu yang masih berusaha menahan untuk tidak mengeluarkan tangisnya.

"Jangan nangis! Lo bukan laki-laki lemah, Varesh!" Bentak Aksa dengan muka yang berwarna merah padam.

Ghavi? Ia hanya bisa tertunduk mendengar penjelasan dokter itu dan berharap adiknya akan segera sadar.

Flashback off

{}{}{}{}{}

"Nya, malam ini kosong?" Tanya si sulung Sera.

"Kosong, kak" Jawab Hiranya.

ASA dan Sang SandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang