The air feels heavy, and the breeze feels so untamed
Dua pasang kaki berlari sekuat tenaga, menerjang kobaran api yang melahap apapun di dekatnya. Merah menyala, menghubungkan langit dan tanah yang mereka pijak. Bangunan demi bangunan, pohon demi pohon. Tiap sudut yang tidak tersentuh kelembaban, sudut yang tidak tersentuh oleh dinginnya air, permukaan yang cukup kering terbakar tanpa ampun. Terpaan angin berhembus entah dari arah mana, menerbangkan serpihan api yang akan lanjut membakar permukaan lain yang disentuhnya.
Teriakan yang memilukan datang berbagai macam arah, dari berbagai macam sudut. Cairan pekat berceceran, merah, entah darah atau pantulan api yang dia lihat, atau pantulan matahari yang mulai tenggelam. Keributan dan kepanikan yang melahap semuanya tanpa ampun, tanpa jeda. Yang selamat berlarian menyelamatkan diri mereka, beberapa harus menghadapi malaikat maut dalam prosesnya. Benar, api yang membakar bukan tanpa sebab, melainkan dibuat. Tidak hanya bau api yang membakar permukaan seperti kayu atau besi, bau minyak bakar pun dapat tercium walau cukup baik tersamarkan oleh bau anyir kentalnya darah.
Harta benda hanyalah titipin, sementara dan hanya tubuh mereka yang bisa mereka pertahankan dan dibawa ke mana pun. Harta benda telah habis dilahap api, atau sudah lagi tidak bernilai. Bahkan beberapa menganggap tubuh mereka saja tidak cukup bernilai. Beberapa mengakhiri hidup dengan tangannya sendiri. Beberapa pasrah menunggu ajal menjemput. Beberapa tidak mau menyerah dengan keadaan dan masih mau terus berjuang. Beberapa selamat, beberapa tidak.
Berlari, bersembunyi. Tidak ada siapapun yang bisa menyelamatkan siapapun, hanya ada diri sendiri. Begitu Pula dengan kedua orang yang tidak menyerah untuk terus berlari. Tubuh bergelimpangan, berserakan dimana mana adalah pemandangan yang tidak bisa lagi dibilang asing. Kala itu, semua berjalan terlalu cepat. Tidak ada waktu untuk sekedar menarik nafas.
There's nowhere to hide. Where should we go? Why is this happening?
Tidak ada yang bisa menjawab. Hanya kebisuan yang disusul dengan percikan api, gemuruh tapak kuda dan teriakan kesakitan lah yang menyahut.
Sebuah pemberontakan, teriak seorang pria bertubuh tinggi besar berlari berusaha menyelamatkan diri bersama putri kecil di gendongannya. Tak sempat ke tempat aman, mereka lalu dibantai habis oleh segerombolan pasukan bersenjata yang lewat. Dua pasang mata lain hanya bisa menyaksikan dibalik tempat persembunyian sementara. Bau anyir darah yang pekat, bau api yang melahap segala permukaan. Mereka harus bersembunyi dan menjaga nafas mereka. Bersembunyi dengan jantung yang tidak berhenti berdetak laju. Menunggu waktu yang tepat untuk kembali melarikan diri.
We've been haunted.
Tubuh mereka besar, dengan senjata yang juga tak kalah besar. Mengenakan baju zirah perang yang hanya pernah terlihat dikenakan oleh pasukan penjaga. Namun mereka bukan penjaga dan baju zirah yang mereka kenakan, juga bukan baju zirah yang dikenakan oleh pasukan penjaga. Layaknya pemberontakan untuk membedakan mana lawan dan kawan. Mereka mengayunkan senjata ke siapapun yang mereka lihat. Mereka tengah mencari seseorang, atau beberapa orang. Yang berlari, yang bersembunyi. Membakar bangunan demi bangunan. Tanpa menyisakan apapun.
Teriak salah satu yang terlihat seperti pemimpin suatu pasukan kecil. Burn them all. Kill them all. Don't give them mercy.
Tubuh berceceran, harta benda berceceran, darah dimana mana. Sebuah penampakan yang menggoncang isi perut. Namun mereka tidak bisa bersembunyi lebih lama, tempat mereka berada sekarang mulai dilalap sijago merah.
Dua wanita berambut panjang yang ditata dengan sebuah ornamen perak senada dengan warna rambut mereka. Sekilas mereka tampak mirip, namun yang jika diteliti, mereka memiliki darah keturunan yang berbeda. Bahkan tidak memiliki hubungan darah setetes pun. Mereka tampak mirip, namun warna mata mereka sedikit berbeda dan salah satu dari mereka hidup jauh lebih lama dari manusia pada umumnya.
Suasana mulai tenang, suara tapak kuda semakin menjauh. Let's go. Ujar salah satu dari mereka. Namun belum beranjak dari lokasi mereka, seseorang, dengan perawakan yang mirip dengan 2 wanita itu berdiri di hadapan mereka. Dengan sudut mata yang tajam dan senjata tajam yang siap digunakan.
Stop this now.
No. You're the one who should stop.
You know this will be a death for you.
And let it be.
Are you that fancy with death? Why are you so selfish?
Do you think I'm selfish, are you? All this time, I have to live behind those bars. Behind our family grace, when I believe differently. Mother and father never loved me, they all fancy you as their son. Can't you ever imagine how it feels? In the meantime, I finally found my purpose and I will gladly swear for it forever.
You're the one who can't understand anything. Our mom and dad love you, that's why they have to do that.
Oh really? Putting their daughter behind bars and telling everyone that I'm mad?
What? No. I-I mean, they have their reasons.
And what is it?
I-I mean,, it's not what you thought.
Well then, I believe you don't know. Because they let you believe differently. Cause I know, brother. I heard and I saw their purpose. Rebellion. They knew I'm her highness's friend, that's why they hold me tight.
Atap tempat mereka bersembunyi mulai tidak sanggup bertahan, api telah melahap tanpa ampun dan dalam hitungan yang tidak lama akan roboh menimpa apapun yang ada di bawahnya.
That's enough. I love you brother, and I will always be. But if you love your sister, truly, then let me go. Let me fulfill my purpose.
Pria itu kehabisan kata-kata, begitu pula dengan atap yang menaungi mereka. Tak sanggup menahan beban, atap itu roboh dan saat itu pula kedua wanita itu pergi meninggalkan pria itu berdiri mematung. Menatap kepergian dua wanita yang sangat ia kenali.
Kilauan cahaya merah yang menyelimuti setiap sudut, lantas tidak membuat kaki mereka berhenti berlari. Menerjang panasnya bara api dan menghindari sergapan musuh. Salah satu wanita itu menengadah menatap cakrawala yang terbenam oleh si jago merah. Api melahap tak hentinya. Memberikan pemandangan yang akan terus menjadi mimpi buruk di masa mendatang. Sebuah pohon besar yang dulunya berdiri tegak dan rimbun itu kini hanyalah tinggal kenangan. Tidak akan ada lagi pohon berdaun hijau, berbuah lebat dan meneduhkan permukaan yang panas. Tidak ada lagi bangunan demi bangunan megah yang berdiri mengelilingi pohon itu. Semua tinggal kenangan, hanya tersisa mereka yang terus berlari menjauhi kobaran api dan kejaran musuh yang tidak ada lelahnya. Mereka harus berlari menjauh dari ribuan hektar pemukiman yang dulu mereka kenal sebagai rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SYERA
Fantasy!!DISCLAIMER!! INI BUKAN FANFICTION & NOVEL TERJEMAHAN!! Cerita ini murni ide author sendiri. Syera adalah anak perempuan yang dibesarkan tanpa kehadiran seorang ayah hanya tinggal berempat dengan kakek, ibu dan makhluk berbulu yang tidak seperti ku...