AWAL TAKDIR

4 0 0
                                    

Malam itu begitu sunyi, seakan waktu berhenti sejenak untuk menyaksikan takdir yang tengah berjalan. Bayi yang baru lahir itu, Salli, terbaring di tanah dingin dengan hanya selimut lusuh sebagai pelindung. Tangisannya teredam oleh angin malam yang membawa dingin menusuk tulang. Di sekitarnya, hanya ada bayangan pepohonan yang terayun pelan dan keheningan yang seolah enggan datang.

James, sang ayah, berdiri terdiam dengan tatapan kosong, matanya terarah pada bayi kecil di depannya. Rere, sang ibu, berdiri di sampingnya, wajahnya merah merona karena menangis, namun air matanya tidak lagi mengubah apapun. Mereka sudah mencoba yang terbaik, namun kehidupan yang penuh perjuangan dan kesulitan di desa kecil itu membuat mereka merasa tak mampu. Keterbatasan uang dan tenaga tak lagi memberikan mereka pilihan.

"Apa yang kita lakukan sekarang?" tanya Rere pelan, suaranya penuh keputusasaan.

"Kita tidak punya pilihan lain, Rere," jawab James dengan nada datar. "Kita tidak bisa merawatnya. Kita harus meninggalkannya."

Tanpa kata-kata lebih lanjut, James dan Rere meninggalkan bayi itu begitu saja. Keputusan mereka sudah diambil, dan mereka merasa tidak ada jalan lain. Mereka tidak bisa melanjutkan kehidupan yang begitu keras dengan bayi ini. Dalam keputusasaan, mereka pergi.

Namun, takdir memiliki rencana yang berbeda. Di malam yang gelap, seorang pria tua bernama Najib sedang berjalan pulang setelah bekerja di ladang. Ketika melewati jalan setapak di luar desa, matanya menangkap sesuatu yang membuatnya terhenti sejenak. Sebuah sosok kecil tergeletak di tanah. Ia berjalan mendekat dan menemukan bayi itu, lemah dan tak berdaya.

"Oh Tuhan, siapa yang bisa melakukan ini?" Najib bergumam dengan hati yang terguncang. Ia merasakan sebuah dorongan kuat untuk mengangkat bayi itu dan merawatnya, meskipun dirinya sendiri hidup dalam kemiskinan yang luar biasa.

Najib membawa bayi itu pulang, menggendongnya dalam pelukan erat, berjanji untuk merawatnya seperti anaknya sendiri. Istrinya, Bianca, yang sedang menyiapkan makan malam, terkejut melihat kedatangan Najib yang membawa bayi itu.

"Najib, apa yang kamu lakukan?" Bianca bertanya dengan terkejut.

"Ada bayi di luar sana. Tidak mungkin aku membiarkannya begitu saja," jawab Najib, melangkah masuk ke dalam rumah kecil mereka.

Bianca menatap bayi itu dengan mata penuh keprihatinan. "Tapi kita sendiri pun kesulitan. Kita hampir tidak bisa makan setiap hari."

Najib tersenyum lembut, "Bianca, ini adalah takdir. Jika kita bisa membantu satu nyawa, itu sudah cukup."

Mereka akhirnya memutuskan untuk merawat bayi itu, memberinya nama Salli, yang berarti "cahaya" dalam bahasa yang mereka pelajari dari cerita orang-orang tua. Salli tumbuh besar di bawah kasih sayang Najib dan Bianca, meskipun mereka hidup dalam kesederhanaan.

Namun, hidupnya tidak akan selalu sesederhana itu. Sesuatu yang lebih besar sedang menanti Salli. Takdir yang lebih besar akan membawanya jauh dari kehidupan yang biasa ini.

Dua Dunia, Satu Takdir - Two Worlds, One DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang