KEKUATAN YANG TERBUKA

1 0 0
                                    


Dengan keputusan yang bulat, Salli merasa lebih siap untuk menghadapi apapun yang akan datang. Tidak ada lagi ketakutan atau keraguan yang menghalangi langkahnya. Dunia ini membutuhkan penjaga, dan Salli siap untuk menjadi penjaga itu.

Namun, perjalanan ini bukan tanpa pengorbanan. Salli tahu bahwa takdirnya akan menguji batas kekuatannya, dan ia harus siap untuk menghadapi segala rintangan yang akan muncul di sepanjang jalan.

Hari-hari berlalu dengan cepat setelah keputusan Salli untuk menerima takdirnya. Ia tahu bahwa dunia ini membutuhkan seseorang yang dapat menjaga keseimbangannya, dan ia telah memutuskan untuk menjadi penjaga itu. Namun, meskipun hatinya merasa lebih mantap, tantangan yang dihadapinya semakin besar. Setiap kali ia menggunakan kekuatannya, ia merasakan ada kekuatan besar yang mengalir dalam dirinya, tetapi juga sebuah beban yang berat.

Pada suatu pagi yang cerah, Roberts mengajaknya untuk berlatih lebih keras dari biasanya. Mereka berada di sebuah dataran tinggi yang menghadap ke lembah luas, tempat dimana kekuatan alam begitu terasa kuat. Angin berhembus kencang, membuat rambut Salli terurai, dan udara segar mengisi paru-parunya.

"Apakah kamu siap, Salli?" tanya Roberts dengan tatapan serius namun penuh harapan.

Salli mengangguk, meskipun hatinya sedikit cemas. "Aku siap. Aku tahu ini akan sulit, tetapi aku harus melakukannya. Aku harus mempelajari cara mengendalikan semua ini."

Roberts tersenyum, "Bagus. Karena hari ini, kita akan melangkah lebih jauh. Kamu akan menguji kekuatanmu dengan cara yang lebih nyata. Kita akan melibatkan unsur alam yang lebih besar. Saat kamu menguasai ini, kamu akan memahami sepenuhnya apa yang kamu lakukan."

Salli merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Ia tahu bahwa latihan ini bukanlah latihan biasa. Roberts sudah sering mengingatkannya bahwa setiap langkah yang diambilnya semakin mendekatkan pada takdir besar yang menunggunya. Salli tahu bahwa ia harus mengendalikan kekuatan alam, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dunia ini yang begitu rapuh.

Roberts mengangkat tangannya, dan seketika, langit di atas mereka berubah. Awan gelap berkumpul dengan cepat, menutupi sinar matahari. Angin yang tadinya tenang kini berhembus kencang, seperti sesuatu yang tak terkendali. Tumbuhan di sekitar mereka mulai bergerak seolah-olah terhisap oleh kekuatan yang datang dari langit.

"Sekarang, Salli," kata Roberts dengan tegas, "Panggil kekuatanmu. Fokus pada elemen-elemen yang ada di sekitarmu. Jangan hanya mengandalkan tongkatmu. Gunakan dirimu sebagai saluran untuk mengalirkan energi ini."

Salli menutup matanya, menarik napas dalam-dalam, dan mencoba untuk merasakan energi yang mengalir di sekelilingnya. Ia tahu bahwa ini bukan hanya tentang mengendalikan alam, tetapi tentang menjadi satu dengan alam itu. Ia merasa setiap hembusan angin, setiap gerakan tanah, bahkan gemericik air yang jauh di bawah lembah. Semua itu berdenyut dalam ritme yang sama.

Dengan hati yang penuh keyakinan, Salli mengangkat tangan, merasakan kekuatan itu mengalir melalui tubuhnya. Dalam sekejap, tanah di sekitarnya mulai bergerak, menggulung dengan lembut seiring dengan kekuatan yang ia kendalikan. Awan yang tadinya gelap perlahan terpisah, memberikan celah bagi sinar matahari yang hangat untuk menyinari mereka.

"Bagus, Salli," puji Roberts, meskipun wajahnya tampak serius. "Tetapi kamu masih harus belajar untuk mengontrolnya dengan lebih halus. Kekuatan ini besar, tetapi jika kamu tidak hati-hati, itu bisa menjadi bencana."

Salli mengangguk, merasakan keringat yang mulai membasahi pelipisnya. Mengendalikan kekuatan alam tidak semudah yang ia bayangkan. Setiap elemen yang ia panggil memerlukan konsentrasi yang luar biasa, dan jika ia kehilangan fokus, segalanya bisa hancur. Ia merasa seolah-olah ia sedang berada di ujung tebing, dengan dunia yang dipertaruhkan di bawahnya.

"Roberts," kata Salli dengan suara pelan. "Apa yang harus aku lakukan jika aku merasa tidak mampu? Apa yang terjadi jika aku gagal mengendalikan kekuatan ini?"

Roberts mendekat, menatapnya dengan mata penuh pengertian. "Kegagalan bukanlah akhir, Salli. Itu adalah pelajaran. Setiap orang yang memegang kekuatan besar harus belajar untuk menghadapinya. Tidak ada jalan yang mulus. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kamu bangkit setelah jatuh. Kamu harus mempercayai dirimu sendiri."

Salli merasa sedikit tenang mendengar kata-kata Roberts. Ia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi ia juga tahu bahwa ia tidak bisa mundur. Kekuatan yang ia miliki bukanlah untuk dirinya sendiri. Itu adalah tanggung jawab besar yang harus ia pikul.

Namun, ketika mereka melanjutkan latihan, tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi. Tanah di sekitar mereka mulai bergetar dengan hebat, dan angin yang tadinya tenang kembali mengamuk. Awan gelap berkumpul dengan cepat, lebih gelap daripada sebelumnya. Salli merasakan energi yang sangat kuat, tetapi juga sangat liar.

"Roberts!" teriak Salli, merasa cemas. "Ada sesuatu yang salah. Kekuatan ini—aku tidak bisa mengendalikannya!"

Roberts segera bergerak dengan cepat, mencoba untuk menghentikan kekuatan yang semakin menggila. "Salli, jangan panik. Fokus! Kamu harus tetap tenang, atau semuanya akan menjadi lebih buruk!"

Salli berusaha untuk mengendalikan dirinya, tetapi kekuatan yang ada di sekitarnya seperti tidak ingin mendengarkan. Awan hitam di langit berputar lebih cepat, seolah-olah sedang mengarah kepada mereka. Tanah berguncang lebih keras, dan suara gemuruh mulai terdengar dari kejauhan.

"Roberts, aku tidak bisa—" kata Salli, tetapi sebelum ia bisa melanjutkan, tubuhnya tersentak maju, dan ia terjatuh ke tanah. Tiba-tiba, semua kekuatan alam yang ia coba kendalikan meluap keluar dari dirinya, menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya.

Roberts berlari mendekat, menahannya dengan tangannya. "Salli, kamu harus berhenti. Jangan biarkan amarahmu mengendalikanmu. Tenangkan dirimu. Kekuatan ini hanya akan berjalan jika kamu tidak membiarkannya menguasaimu!"

Salli menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Ia tahu bahwa ia harus mengendalikan kekuatannya, bukan membiarkannya menguasai. Perlahan, dengan usaha keras, Salli mengatur pernapasannya, mencoba menenangkan pikirannya. Ia merasakan kekuatan itu mulai mereda, meskipun itu meninggalkan jejak kehancuran di sekitarnya.

"Roberts," kata Salli dengan napas tersengal-sengal, "Aku... aku hampir tidak bisa mengendalikannya."

Roberts mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. "Kamu melakukan yang terbaik, Salli. Tapi kamu harus ingat, kekuatan ini bukan hanya tentang mengendalikannya dengan otak. Ini adalah tentang hati. Kamu harus belajar mendengarkan alam, bukan sekadar memaksanya untuk mengikuti kehendakmu."

Salli mengangguk, merasa lebih tenang meskipun tubuhnya masih gemetar. "Aku mengerti. Ini bukan tentang kuasa, tetapi tentang keseimbangan."

Roberts tersenyum sedikit. "Benar. Dan kamu akan terus belajar. Setiap hari adalah pelajaran baru, Salli. Jangan takut gagal, karena itu adalah cara terbaik untuk tumbuh."

Kekuatan yang Terbuka berakhir di titik yang menentukan bagi Salli. Ia mulai memahami betapa besar kekuatan yang ada dalam dirinya dan betapa pentingnya pengendalian diri. Namun, ia juga tahu bahwa tantangan yang lebih besar menantinya, dan bahwa takdir yang lebih besar sedang menunggu untuk dikejar.

Dua Dunia, Satu Takdir - Two Worlds, One DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang