bab 10

30 18 0
                                    





"Dihabisin ya Ana." Aku hanya mengangguk saja.

Saat makanan itu mulai masuk kemulut ku aku mulai ragu, namun sekarang aku menikmati makanannya. Masakannya sangat enak, rasanya meledak dimulutku aku tak pernah merasakan makanan terenak seperti ini.

"Gimana enak?."

"Enak banget."

"Klo enak. Lain kali aku buatin lagi." Aku hanya tersenyum untuk menanggapinya. Sungguh makanan ini sangat enak.

Dia hanya memperhatikan aku makan saja. Sesekali tersenyum tipis. Senyuman merupakan candu bagiku.

Aku merasa setiap dia tersenyum, dunia ini seakan akan berhenti berputar. Dia hanya melihat aku dan merapikan rambutku yang menjuntai kebawah. Saat di merapikan rambutku aku merasakan getaran listrik ditangan nya.

Saat selesai makan aku pun merapikan alat makan dari zein. Tanpa ku sedari dari tadi terdapat luka robek dimulut zein. Aku baru menyadarinya.

"Zein mulut mu kenapa?."

"O-oh. G-Gapapa ini cuma kepentok meja tadi."

"Udah diobati."

"Udah kok tenang aja."

Ada apa dengan zein dia seperti menyembunyikan sesuatu dari ku. Penasaran ku semakin besar tentang orang itu.

Sekarang aku sudah naik keatas setelah zein mengusirku tadi. Alasannya karena tak ingin aku ketinggalan pelajaran.

Saat aku menuju kelas aku dikagetkan mentari dengan teriakan nyaringnya.

"WOY REN."

"Kenapa sih mentari aku ga budeg yaa jangan teriak teriak."

"Dari mana aja. Dari tadi aku telfon ga diangkat angkat. Kamu udah lupain aku yaa." Ujarnya dengan dramatis.

"Oh. Hp ku tak tinggal, aku tadi ketoilet."

"Kekantin yok."

"Ga ah dah kenyang."

"Apa seorang RENJANA menolak kekantin sepertinya solo akan hujan salju." Ucapnya dengan heboh.

"Aku udah makan tadi. Dan ga usah teriak teriak kali kita diliatin tuh sama orang orang."

"Yakan aku kaget."

Orang teraneh dimuka bumi saat ini jatuh kepada mentari. Ada ada saja orang itu.

Jam pelajaran selanjutnya sudah berbunyi. Dan mentari tak jadi kekanti karena kita ke asikan mengobrol semua hal.

Pelajaran kali ini cukup sulit untukku. Pelajaran kali ini adalah biologi. Sangat susah bagiku karena harus menghafal satu satu klasifikasi tumbuhan dan hewan.

Akhirnya jam pulang berkumandang dipenjuru sekolah. Semua murid berhamburan keluar dari ruang kelas. Aku pun begitu langsung menuju ke halaman sekolah banyak siswa siswi belum pulang. Hingga pandangan ku kearah sekumpulan siswa didepan gerabang disana ada orang yang pernah bully zein. Dari tampangnya orang itu begitu arogan. Mereka sedang bercanda sehingga aku tak sengaja mendengar nama zein dari mulut mereka.

Entah mereka mengatakan apa. Karena jarak kita yang lumayan jauh. Tak lama mas Bentala datang menjemputku. Aku beranjak dari tempat aku berdiri dan menghampiri mas Bentala.






Terima kasih banyak sudah membaca

Jangan lupa vote dan komen

Terima kasih

Maaf banget kalau typo

Zein BumantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang