bab 10 janji kelingking dan nasi goreng

37 21 0
                                    

"Dihabiskan ya Ana." Ujarnya dengan lembut. Aku hanya mengangguk saja untuk membalasnya.

Bau nasi goreng yang begitu harum langsung menyapa ku. Nasi goreng khas solo yang berwarna coklat karena tambahan kecap itu pun mulai merasuki ku untuk memakan nya. Dan Saat makanan itu mulai masuk kemulut ku aku mulai ragu, namun aku mulai mengecap merasakan nasi goreng, sekarang aku mulai menikmati makanannya. Dan boom ini adalah nasi goreng terenak yang pernah ku coba. perpaduan antara bawang putih, telur, nasi, dan kecap sangat seimbang. rasanya meledak dimulutku aku tak pernah merasakan makanan terenak seperti ini. Tak ku sangka dia sangat pandai masak. Pantas saja dia menawarkan ku untuk mengajari aku masak. Masakan nya sungguh enak.

"Gimana enak?." Dia bertanya penuh kahawatir, terlihat dari mimik wajahnya.

"Enak banget." Aku membalas dengan semangat.

"Klo enak. Lain kali aku buatin lagi." Aku hanya tersenyum untuk menanggapinya. Sungguh makanan ini sangat enak.

Dia hanya memperhatikan aku makan saja. Sesekali tersenyum tipis. Senyuman merupakan candu bagiku. Dan mengelus rambutku yang terurai

Aku merasa setiap dia tersenyum, dunia ini seakan akan berhenti berputar. Seperti dunia juga ingin melihat senyum elok nya yang terpancar dari wajah indah nya. Dia hanya melihat aku dan merapikan rambutku yang menjuntai kebawah. Mungkin karena rambutku terus menghalangi aku makan dia berinisiatif untuk menyelipkan rambut ketelinga ku. Saat di merapikan rambutku, aku merasakan getaran listrik ditangan nya.

Saat selesai makan aku pun merapikan alat makan dari zein. Tanpa ku sedari dari tadi terdapat luka robek dimulut zein. Mungkin luka itu terjadi sudah lama, bisa kulihat luka itu sedikit memudar. Aku baru menyadarinya. Tangan ku berusaha menyentuh luka nya.

"Zein mulut mu kenapa?." Aku khawatir tentang dia.

"O-oh. G-Gapapa ini cuma kepentok meja tadi." Dia menolak ku sentuh.

"Udah diobati."

"Udah kok tenang aja."

Ada apa dengan zein dia seperti menyembunyikan sesuatu dari ku. Penasaran ku semakin besar tentang orang itu.

"Oh ya ini terimakasih yaa bekal nya, bekal mu enak banget." Ujarku seraya mengembalikan kotak bekal itu.

"Kamu bisa saja Ana. Besok kalau kamu mau lagi chat aku saja nanti aku masakin apa pun buat kamu." Ucapnya dengan logat jawa yang medok.

"Beneran yaa."

"Iya janji." Dia menautkan jari kelingking nya dan jari kelingking ku.

"Okey janji." Jari kita pun saling bertaut tak ingin melepaskan satu sama lain.

"Yang ingkar harus jadi badut keliling kota." Sabda ku mutlak.

"Okey siapa takut." Ucapnya tak ada rasa takut yang terselip disana, malah wajah penuh tantangan yang terpasang.

Kita lanjut bercerita hingga bel masuk bunyi. Dan aku bergegas menuju kelas. Aku sudah diusir oleh zein agar tidak terlambat pelajaran guru. Jadi aku berlarian kecil untuk segera ke kelas.

Sekarang aku sudah naik keatas setelah zein mengusirku tadi. Alasannya karena tak ingin aku ketinggalan pelajaran.

Saat aku menuju kelas aku dikagetkan mentari dengan teriakan nyaringnya.

"WOY REN." Teriakan nya menggelegar seluruh ruangan.

"Kenapa sih mentari aku ga budeg yaa jangan teriak teriak." Kesal ku.

"Dari mana aja. Dari tadi aku telfon ga diangkat angkat. Kamu udah lupain aku yaa." Ujarnya dengan dramatis. Aku mau muntah rasanya jika mentari sedang melakukan drama murahan itu.

Belenggu Kasih Dikota Bengawan (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang