Amara menatap pemuda itu dengan raut terkejut. Lucian de Vryne berdiri hanya beberapa langkah darinya, mata tajamnya menusuk, seakan bisa melihat langsung ke dalam pikirannya.
Lucian adalah tokoh utama pria pertama dalam novel Destiny Led You to Me, seorang pewaris keluarga bangsawan yang dingin, perfeksionis, namun memiliki kelembutan yang hanya akan dia tunjukkan pada Rosalie.
Namun sekarang, pemuda itu berdiri di depannya, memanggilnya Jevannya.
"Apa aku salah dengar?" gumam Amara dalam hati.
"Apa maksudmu, Lucian?" suara Rosalie terdengar di samping Amara, nada bicaranya terdengar bingung.
Lucian mengalihkan pandangannya sejenak ke arah Rosalie, namun tatapannya kembali ke Amara.
"Aku mencarimu sejak upacara pembukaan" katanya dengan nada datar, "Kau pergi tanpa mengatakan apa-apa, itu tidak sopan."
Amara benar-benar bingung. Sejak kapan Jevannya punya hubungan seperti itu dengan Lucian? Dalam novel, Jevannya bahkan jarang berbicara dengan tokoh utama pria!
"Uh... maaf?" jawab Amara dengan ragu, mencoba untuk tetap tenang. "Mungkin kau salah orang?"
Lucian menyipitkan matanya, seakan tidak puas dengan jawabannya. "Jangan main-main denganku, Jevannya."
Apa yang terjadi?! Amara ingin menjerit. Bukankah ini seharusnya menjadi adegan di mana Lucian menyelamatkan Rosalie dari kebingungan saat bertemu siswa-siswa baru yang menggangu nya.
"Lucian, kau pasti sedang bercanda," potong Rosalie dengan tawa kecil, mencoba mencairkan suasana.
"Jevannya selalu sopan, dia bahkan tidak pernah lupa mengucapkan salam saat masuk kelas."
"Bukan urusanmu!" jawab Lucian dingin, membuat senyum Rosalie sedikit memudar.
Amara ingin bersembunyi di bawah tanah saat itu juga, situasi ini benar-benar di luar kendalinya. Dia tidak boleh terlalu mencolok, tapi entah bagaimana justru itu yang terjadi.
°°°
Saat Istirahat
Setelah berhasil menghindari Lucian dengan alasan ingin menemui wali kelas, Amara akhirnya menemukan sedikit ketenangan di taman belakang sekolah. Tempat itu sepi, hanya dihiasi bunga-bunga mawar putih dan bangku-bangku kayu.
"Baiklah, apa yang sedang terjadi?" gumamnya pada dirinya sendiri.
Sejak tiba di sekolah ini, banyak hal yang terasa berbeda dari alur cerita yang ia baca.
Dalam novel, Jevannya hanya muncul sebagai karakter tambahan yang keberadaannya nyaris tidak diperhatikan.
Tapi sekarang, mengapa Lucian tiba-tiba bersikap seperti itu?
"Apakah karena aku mengambil alih tubuh Jevannya?" Amara bertanya-tanya. Mungkinkah kehadirannya mengubah jalannya cerita?
Saat sedang melamun, suara langkah kaki terdengar mendekat. Amara menoleh dan melihat seorang pemuda lain. Kali ini, rambut pirangnya berkilauan di bawah sinar matahari, dan matanya yang berwarna hijau zamrud bersinar dengan keceriaan yang sulit diabaikan.
"Oh, kau di sini rupanya" kata pemuda itu dengan senyum lebar.
Axel Verthand, tokoh utama pria kedua. Dalam novel, dia adalah seorang pewaris keluarga kaya yang ceria, ramah, dan selalu menjadi penengah saat ada konflik di antara para tokoh utama pria. Dan, seperti Lucian.
"Kenapa kau mencariku?" Amara bertanya hati-hati, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya.
"Kenapa?" Axel mengangkat alis, seolah pertanyaannya aneh. "Kau meninggalkan tas dan ponsel mu di kelas tadi, Jadi aku membawakannya."
Amara memandang tas dan ponselnya itu, dan mengamilnya dari genggaman Axel.
"Terima kasih," jawab Amara pendek, berharap itu cukup untuk mengakhiri percakapan.
Namun, Axel tidak pergi begitu saja. Dia duduk di bangku di depannya, lalu tersenyum lagi. "Kau kelihatan berbeda hari ini, Jevannya. Apa sesuatu terjadi saat kau masih di Thalassia??"
Amara ingin berteriak, tapi dia menahan diri. "Tidak ada yang terjadi," jawabnya sambil tersenyum kecil.
Axel memiringkan kepala, seolah tidak percaya. Tapi dia tidak mendesaknya lebih jauh.
"Kalau begitu, aku senang. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, oke? Kalau ada yang mengganggumu, kau bisa bilang padaku," katanya sebelum akhirnya pergi.
Amara menghela napas berat setelah Axel pergi. Ini baru hari pertama, tapi dia sudah menarik perhatian dua tokoh utama pria.
Aku hanya ingin hidup damai! pikirnya dengan frustrasi. Tapi tampaknya, dunia ini tidak akan membiarkannya mewujudkan keinginan itu dengan mudah.
°°°
Di Koridor Sekolah
Saat berjalan menuju kelas, Amara mendengar suara bisik-bisik di sekitarnya.
"Kenapa Lucian bicara pada Jevannya tadi pagi?"
"Axel juga tampak manis padanya... bukankah dia selalu dekat dengan Rosalie?"
"Jevannya itu hanya sahabat Rosalie, kenapa dia tiba-tiba terlihat dekat dengan mereka berdua"
Amara merasa kulitnya merinding. Dia tahu dunia ini penuh dengan drama, tetapi tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi bagian dari itu.
Saat tiba di depan kelas, pintu terbuka, dan seorang pria dengan rambut hitam berdiri di sana. Mata ungunya yang tajam menatapnya, senyumnya tipis namun seakan memiliki arti yang dalam.
Calisto Aedric, tokoh utama pria ketiga.
"Oh, akhirnya kau datang, Jevannya," katanya. Suaranya terdengar lembut.
Amara berhenti di tempat, sekarang Calisto juga???
•••
Next chapter Amara di panggil Jevannya ya, jangan lupa Vote nyaa
KAMU SEDANG MEMBACA
I became the best friend of the female main character
Teen FictionAmara seorang gadis berusia 20 tahun yang secara tak sengaja masuk kedunia novel yang berjudul "destiny led you to me" bergenre romance, reverse harem, yang cuma jadi karakter tambahan??? ditambah amara malah menjadi sahabat dari karakter utama wani...