Suara gaduh di dalam kamar dengan nuansa elegan itu membuat Jevannya atau tepatnya, Amara tertegun.
Gadis yang baru saja menyeretnya dengan semangat luar biasa kini menatapnya dengan raut wajah penuh keheranan.
“Jevannya, kau tidak apa-apa?” tanya gadis itu lagi, nada suaranya terdengar lebih khawatir sekarang.
Amara mengedarkan pandangannya. Kamar ini sama sekali tidak seperti kamar yang ia kenal. Tempat tidur besar dengan kanopi putih lembut, meja rias penuh perhiasan, dan berbagai barang mahal yang tampak seperti diambil langsung dari majalah mode. Semuanya terasa asing.
"Siapa kau?" tanya Amara dengan suara bergetar.
Gadis di hadapannya berdiri terpaku.
Tatapan matanya berubah dari bingung menjadi curiga.
“Kau... kenapa bertanya seperti itu? Aku Rosalie, sahabatmu. Kau sakit, Jevannya?” Rosalie mencoba menyentuh dahinya, tapi Amara segera mundur.
Jevannya? Nama itu menghantam kesadaran Amara seperti petir yang baru saja menyambarnya.
Dia memandangi tangannya sendiri, kulitnya terlihat lebih putih bersih dan halus, dia bergegas menuju cermin besar di sisi ruangan.
Dan di sanalah ia melihat pantulan dirinya di cermin, Rambut keemasan yang berkilau, mata biru terang, dan wajah cantik yang sangat ia kenali sebagai ciri cirinya.
Wajah itu adalah milik Jevannya Yvette Alissia, karakter pendukung dalam novel yang baru saja ia tamatkan malam sebelumnya.
“Apa yang terjadi pada tubuhku…? Ini tidak mungkin…” gumam Amara, mencoba memahami apa yang telah terjadi.
Rosalie semakin mendekat, cemas. “Jevannya, kau terlihat sangat aneh pagi ini. apa kau benar baik baik saja? atau masalah tentang kepulangan kita ke eldoria?”
Eldoria. Nama itu membangkitkan ingatan tentang novel tersebut. Amara tahu alurnya mereka sedang dalam perjalanan pulang ke negara kelahiran mereka setelah tinggal bertahun-tahun di Thalassia. Ini adalah awal cerita, tepat sebelum mereka masuk SMA Atteria Arvandor.
Dan dia tahu lebih dari itu. Dia tahu apa yang akan terjadi pada karakter Jevannya di masa depan.
Jevannya akan mati.
Tidak, dia tidak akan membiarkan itu terjadi! Amara menggigit bibir, mencoba menenangkan pikirannya. Jika dia benar-benar berada di dalam dunia ini, maka dia harus menemukan cara untuk bertahan hidup. Dia harus mengubah takdir Jevannya.
“Tidak apa-apa, Rosalie,” katanya akhirnya, mencoba menenangkan gadis itu. “Aku hanya... kurang tidur.”
Rosalie memutar bola matanya. “Itu tidak mengejutkan. Kau tidur larut malam lagi???, huftt... Sekarang cepat bersiap atau kita akan benar-benar terlambat.”
Amara mengangguk pelan, meskipun pikirannya masih kalut. Ia membuka lemari besar yang penuh dengan pakaian indah, mencoba memilih sesuatu yang sederhana untuk dikenakan. Namun, saat tangannya meraih gaun, pikirannya terus berputar.
Dia harus membuat rencana.
Rencana untuk bertahan hidup.
°°°
Di Bandara Internasional Thalassia
Kerumunan orang berlalu lalang dengan kesibukan masing-masing. Rosalie tampak ceria seperti biasa, sementara Amara yang kini benar-benar menjadi Jevannya berusaha menyembunyikan kegelisahannya.
“Apa kau merasa lebih baik sekarang?” tanya Rosalie, menggandeng lengan Jevannya dengan lembut.
Jevannya memaksakan senyum “Ya, aku hanya sedikit pusing tadi pagi.”
"Bagus, aku tidak sabar untuk pulang ke Eldoria. Akan sangat menyenangkan bertemu teman kitaa, dan memulai tahun ajaran baru di Atteria!” Rosalie tersenyum lebar.
Amara, di sisi lain, merasa berat mendengar itu. Dia tahu apa yang menantinya di sekolah itu drama, intrik, dan kehadiran lima pria yang semuanya akan jatuh cinta pada Rosalie.
Dan lebih buruk lagi, mereka semua akan memandang Jevannya sebagai ancaman.
Amara mengepalkan tangan. Dia harus memastikan dirinya tetap berada di pinggir cerita. Dia hanya perlu hidup damai, jauh dari para tokoh utama.
°°°
Beberapa Hari Kemudian di SMA Atteria Arvandor.
Sekolah itu jauh lebih megah daripada yang ia bayangkan. Bangunannya seperti istana, penuh dengan siswa dan siswi dari keluarga terpandang. Di sinilah cerita benar-benar akan dimulai...
Saat mereka melangkah masuk, Rosalie menarik lengan Jevannya. “Ini akan menjadi tahun yang luar biasa, aku bisa merasakannya!”
Amara hanya tersenyum kecil, berharap dia bisa bertahan melewati hari pertama tanpa menarik perhatian siapa pun. Tapi seketika, sebuah suara keras memecah lamunannya.
“Jevannya!”
Dia menoleh dan melihat seorang pemuda tampan dengan rambut hitam dan mata tajam berwarna merah menghampirinya. Wajahnya terlihat marah.
“Jangan pernah mencoba menghindariku lagi” katanya dengan nada dingin.
Amara menelan ludah, dia sepeeti mengenal pemuda itu Lucian de Vryne, salah satu pemeran utama pria dalam novel ini.
hah? Kenapa dia memanggilku?...
•••
hiii readers, aku harap kalian cukup terhibur yaa, jangan lupa untuk vote dan komen nyaa, see uu
KAMU SEDANG MEMBACA
I became the best friend of the female main character
Novela JuvenilAmara seorang gadis berusia 20 tahun yang secara tak sengaja masuk kedunia novel yang berjudul "destiny led you to me" bergenre romance, reverse harem, yang cuma jadi karakter tambahan??? ditambah amara malah menjadi sahabat dari karakter utama wani...