(Jevannya jadi Vannya)
°°°
Setelah meninggalkan taman belakang, Vannya berjalan menuju aula dengan langkah cepat. Suara percakapan murid-murid bergema di sepanjang koridor, namun pikirannya sibuk memikirkan pertemuannya dengan Rosalie.
Begitu tiba di aula, ia melihat Rosalie berdiri di tengah ruangan, memandangi panggung yang kosong. Wajahnya tampak serius, jauh berbeda dari biasanya.
"Rosalie," panggil Vannya lembut.
Rosalie menoleh, senyumnya langsung mengembang. "Vannya! Akhirnya kau datang."
"Ada apa? Lucian bilang kau mencariku," tanya Vannya sambil mendekat.
Rosalie menghela napas. "Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja setelah festival kemarin"
Vannya terdiam sesaat, mencoba mencari jawaban yang tepat. "Rosalie, terima kasih karena telah mengkhawatirkan ku, aku baik baik saja"
"Kau tahu, kemarin adalah hal yang paling menyenangkan untuk kesekian kalinya, kau juga terlihat begitu menikmatinya, aku merasa senang akan hal itu Vannya" Rosalie meraih tangan Vannya, menggenggamnya erat.
Vannya tersenyum kecil. "terima kasih Rosalie, aku juga senang mendengarnya"
Namun, sebelum percakapan mereka berlanjut, suara langkah berat menggema di aula. Vannya menoleh dan melihat Zayn muncul dari pintu samping, mengenakan jaket kulit hitam yang menutupi seragam sekolah nya seperti biasa dengan penuh percaya diri.
"Vannya, akhirnya aku menemukan mu" katanya sambil menyeringai kecil.
"Zayn?" Vannya menatapnya bingung. "Apa yang kau lakukan di sini?"
Zayn melangkah mendekat. "Aku hanya ingin memastikan kau tidak dikelilingi oleh orang-orang membosankan. Seperti Rosalie, misalnya."
Rosalie mendengus kesal, "cih, apa kamu pikir kamu lebih baik dari aku?"
"Tentu, bahkan aku lebih baik dari mu" Zayn membenarkan jaket nya lalu memasukan kedua tangan nya ke dalam saku "aku hanya ingin mengajak Vannya keluar, bagaimana?"
"Keluar? Untuk apa?" tanya Vannya, heran.
"jalan jalan dan shopping mungkin atau mungkin kau lebih suka di sini bersama Rosalie? manusia menyebalkan ini?" Ucap Zayn, matanya memandang Rosalie sekilas.
"Hei!" Rosalie memprotes dengan raut wajah tak suka memandang ke arah Zayn.
Vannya menggelengkan kepala. "Aku belum selesai bicara dengan Rosalie, Zayn"
Zayn mendesah, lalu melipat tangan di dada. "Baiklah, aku tunggu di luar, Tapi jangan terlalu lama, oke?"
Setelah Zayn pergi, Rosalie memutar matanya. "Dia sungguh menyebalkan, Vannya dengarkan aku, jangan sampai kau jatuh kedalam pesona mereka, ah..aku mengakui kalau mereka ber5 memang tampan, tapi aku tak akan memberikan mu pada salah satu dari mereka, karena kau kan sahabatku!"
Vannya hanya tertawa kecil. "haha Rosalie tenang saja, aku tak tertarik pada jodoh orang lain"
Rosalie menatap heran ke arah Vannya, kemudian wajah nya berubah dengan menampilkan senyuman manis nya "ah! itu benar sekali, dan mereka bukan orang yang baik, ya meskipun kita ber7 telah berteman selama bertahun tahun
"Tapi aku tak tahu mengapa, setelah kepulangan kita dari Thalassia, mereka seperti berusaha mendekati mu" Ucap Rosalie sembari membuat wajah bingung, begitu pun dengan Vannya juga bingung akan hal itu.
"OHH AKU TAHU!, mereka mencoba mendekati mu karena kamu baik dan cantik, mereka juga mau menjalin persahabatan dengan mu, dan menjauhkan mu dari ku!! sudah kuduga" Ucap Rosalie terlihat kesal akan hal itu.
Vannya hannya membuang nafas, ia bahkan tak sampai berfikir seperti apa yang Rosalie pikirkan, "Rosalie tenang saja, aku tetap akan jadi sahabatmu" Vannya berusaha menenangkan Rosalie.
"Ya tentu saja, selama nya, kau akan tetap jadi sahabatku!" Rosalie memeluk Vannya dengan erat dan wajah penuh kegembiraan.
Vannya berfikir seperti nya memang benar kalau Rosalie, perempuan yang tak peka.
'Mereka berusaha memisahkan kita, agar dapat mendekati mu, bukan kah di novel mereka berfikir aku adalah sebuah ancaman? karena kamu begitu terikat padaku, aku tak tahu apa rencana mereka, tapi aku harap kita akan tetap bersahabat... kamu adalah sahabat pertama ku untuk sekarang dan di kehidupan ku sebagai Amara..' Isi hati Vannya saat berpelukan dengan Rosalie.
Namun, sebelum mereka sempat melanjutkan percakapan, suara langkah lain terdengar. Kali ini, Calisto muncul dari arah pintu utama aula, membawa map tebal di tangannya.
"Vannya," panggilnya tanpa basa-basi.
"Ada apa, Calisto?" tanya Vannya, mencoba untuk tetap tenang.
"Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan" jawab Calisto dengan nada tenang.
Rosalie menatap Vannya, tampak bingung. "huh! apa lagi ini, aku bahkan baru bertemu Vannya"
"bukannya setiap saat kamu bersama nya, Rosalie? apa kamu kurang puas? biarkan aku bicara dengan nya" Calisto menatap Rosalie dengan tatapan sendu dan senyum lebar, Vannya yang melihat nya malah terlihat menyeram kan, karena ia tau Calisto memiliki kepribadian yang menyeramkan baginya.
"Vannya kan sahabatku, jadi tak masalah jika aku terus ingin bersama nya" Rosalie menatap Calisto dengan tatapan tajam
"oh yeah?" Calisto berjalan mendekati Rosalie.
Vannya yang melihat hal itu langsung menghadang Calisto yang akan menghampiri Rosalie.
"Tentu, tapi aku akan segera menemui mu setelah urusan ku dengan Rosalie selesai" ujar Vannya berusaha memendam rasa gugupnya.
"hm baiklah Vannya, aku akan selalu menunggu mu datang padaku" Calisto mengusap pelan rambut Vannya dan mencium nya.
"CALISTO!!" Rosalie tampak kesal dengan tingkah yang Calisto lakukan pada Vannya.
"Sampai jumpa nanti Vannya" Calisto pergi dengan senyuman nya yang mulai memudar.
'aku harus waspada agar tak terlihat seperti ancaman bagi mereka, karena di dalam novel dia begitu terobsesi dengan Rosalie, bahkan dia lebih gila dari pemeran utama lainnya' pikir Vannya dengan perasaan merinding.
Vannya menghela napas panjang. Rosalie menatapnya penuh rasa ingin tahu. "kamu baik baik saja Vannya?"
"ah aku sendiri tidak tahu keadaan ku sekarang, Rosalie," jawab Vannya jujur. "Tapi... aku baik baik saja"
'apa yang harus aku lakukan, menjauh dari Rosalie? atau bagaimana, aku memang tau alur cerita novel nya, walaupun aku merubah novel dan tak akan meracuni Rosalie seperti yang ada di dalam novel nya, Vannya jelas akan mati dengan cara lain, karena itu ulah para pemeran utama pria!'...
'tapi masalah nya bukan itu saja, aku mati pada pertengahan cerita, dan masalahnya adalah... Villain disini bahkan lebih gila lagii...ahh kenapa aku harus hidup seperti ini? apa hidup ku kurang menyedihkan di kehidupan ku sebagai Amara? hidup sebatang kara, bekerja dari kecil untuk bertahan hidup, dan sekarang...memang aku tak perlu bekerja lagi untuk hidup, bahkan aku memiliki keluarga yang membuat ku bahagia, memiliki keluarga impian yang selama ini aku ingin kan, tapi kenyataan nya, hidupku tak akan tenang, bahkan hidup sampai umur 30 saja aku sudah sangat bahagia, aku ingin hidup lebih lama, kalau bisa aku ingin sampai memiliki cucu.' keluh kesah Vannya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
I became the best friend of the female main character
Teen FictionAmara seorang gadis berusia 20 tahun yang secara tak sengaja masuk kedunia novel yang berjudul "destiny led you to me" bergenre romance, reverse harem, yang cuma jadi karakter tambahan??? ditambah amara malah menjadi sahabat dari karakter utama wani...