Jevannya berdiri membeku di depan pintu kelas. Calisto Aedric, dengan senyum misterius dan aura yang memikat, menatapnya seolah dia adalah pusat dari dunia ini.
Dalam novel, Calisto digambarkan sebagai pria dengan kepribadian tenang namun manipulatif, jenis tokoh yang tahu semua rahasia orang lain, termasuk kelemahan mereka.
Namun, menurut alur cerita sama seperti pemeran utama lainnya, Calisto hanya mencintai Rosalie bahkan sampai akhir novel itu.
"Kenapa kau memandangku seperti itu? Masuklah" katanya dengan nada lembut, tetapi di matanya terdapat kilatan tajam.
Jevannya memaksa dirinya melangkah masuk, mencoba bersikap senormal mungkin meskipun napasnya sedikit tersengal. Di belakangnya, dia bisa merasakan tatapan para siswa yang mengamati interaksi mereka dengan rasa penasaran, dan sedikit memberikan tatapan sinis pada Jevannya.
Saat ia melewati Calisto, dia berkata sesuatu dengan pelan namun cukup jelas untuk membuat Jevannya merinding.
"aku merindukan mu, Jevannya."
Jevannya menggigit bibirnya, merasa ucapan itu seperti ancaman atau sesuatu yang memiliki arti terselubung. Apa maksudnya?
Jevannya segera menuju bangkunya dan duduk, berharap hari ini segera berakhir. Namun, saat pelajaran dimulai, pikirannya terus-menerus mengulang kejadian pagi ini.
Lucian, Axel, dan sekarang Calisto? Kenapa semuanya mulai memperhatikanku?
°°°
Waktu Istirahat di Kafetaria
Rosalie menyeret Amara ke kafetaria seperti biasa, senyum cerah di wajahnya. Seolah semua yang terjadi pagi ini tidak ada artinya baginya.
"Kau harus mencoba croissant di sini, Jevannya! Sangat enak, aku bahkan memimpikannya selama liburan!" kata Rosalie, menunjuk ke arah barisan makanan.
Jevannya tersenyum kecil, berusaha terlihat santai, meskipun hatinya tidak tenang. Namun, sebelum mereka sempat memesan, suara lain memotong suasana riang itu.
"Rosalie, Jevannya."
Jevannya berbalik dan mendapati Lucian berdiri di sana, memandang mereka berdua.
Kali ini, tatapannya tidak sedingin sebelumnya. Sebaliknya, ada sesuatu yang lebih intens dalam sorot matanya menatap kearah Jevannya.
"Kalian duduk lah di meja yang sama denganku," katanya, bukan sebagai permintaan, melainkan perintah.
Rosalie tampak terkejut, tapi kemudian tersenyum cerah. "Tentu saja, Lucian! Kami senang bergabung denganmu."
Jevannya ingin menolak, tetapi Rosalie sudah menggandeng lengannya dan menariknya mengikuti Lucian. Mereka menuju meja di sudut ruangan, di mana Axel sudah duduk dengan ekspresi santai.
"Oh, akhirnya kalian datang," sapa Axel dengan senyum lebar.
Lucian mendudukkan dirinya dengan gagah, tatapannya menyapu Jevannya sejenak sebelum beralih ke Rosalie. "Aku hanya ingin membicarakan sesuatu."
Namun sebelum percakapan dimulai, suara langkah kaki lain terdengar, dan sosok yang tak asing muncul.
"Lucian, kau tidak keberatan jika aku ikut, bukan?"
Calisto.
Jevannya hampir tersedak udara. Sekarang, tiga dari lima tokoh utama pria ada di meja yang sama dengannya. Ini buruk. Sangat buruk.
Calisto duduk di kursi kosong di sebelah Jevannya, dan dia bisa merasakan tatapan tajamnya.
"Sepertinya kau agak gelisah, Jevannya," katanya, suaranya rendah tetapi cukup untuk membuatnya semakin gugup.
Rosalie, yang tampaknya tidak menyadari ketegangan di sekitar mereka, tertawa kecil. "bukan kah ini pertama kali kita berkumpul lagi setelah sekian lama kita berpisah? walau hanya kita berlima hari ini. dan selamat menikmati makanannya"
"Benar sekali," kata Axel, mencoba mencairkan suasana. "Jevannya, kau harus mencoba pai apel di sini, ini salah satu favorit ku, aku yakin kau akan menyukainya."
Jevannya hanya bisa mengangguk, merasa seperti tikus kecil yang dikelilingi kucing-kucing lapar.
Melihat interaksi antara Axel dan Jevannya, kedua laki laki yang juga hadir disana menatap Axel dengan tatapan kesal.
°°°
Setelah Sekolah
Jevannya berhasil bertahan hingga akhir hari tanpa insiden besar lainnya. Namun, dia tahu situasi ini tidak akan berlangsung lama.
Entah mengapa ketiga pria itu menunjukkan minat yang tidak semestinya padanya.
Saat dia berjalan menuju gerbang sekolah, suara langkah kaki mengejarnya. Dia menoleh dan melihat Rosalie berlari kecil menghampirinya.
"Jevannya, aku ingin mengajakmu ke toko kue favoritku. Kau pasti akan menyukainya!" Rosalie tersenyum manis, menggandeng lengan Jevannya tanpa menunggu jawaban.
Namun, sebelum mereka sempat pergi lebih jauh, sebuah mobil hitam mewah berhenti di depan mereka. Jendela mobil terbuka, memperlihatkan wajah Lucian di balik kemudi.
"Masuk," perintahnya singkat.
Jevannya terdiam, bingung bagaimana harus bereaksi.
"Lucian, kenapa kau di sini?" tanya Rosalie, terdengar terkejut.
"Aku ada urusan dengan Jevannya," jawabnya tanpa basa-basi, tatapannya tertuju langsung pada Jevannya.
Urusan? Dengan aku? Jevannya hampir tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Umm, aku sebenarnya-"
"Aku tidak menerima penolakan," potong Lucian tegas.
Jevannya tahu dia tidak punya pilihan. Dengan berat hati, dia masuk ke mobil, sementara Rosalie hanya menatap mereka dengan ekspresi bingung dan kesal pada Lucian karena gagal untuk membawa Jevannya ke toko kue favorit nya yang sudah lama ia tak kunjungi.
°°°
Di Dalam Mobil
Lucian tidak mengatakan apa-apa selama beberapa menit pertama. Hanya ada suara mesin yang mengisi keheningan. Jevannya akhirnya tidak tahan lagi, dan mencoba memulai percakapan.
"Lucian, apa sebenarnya yang kau inginkan dariku?" tanyanya, mencoba menjaga suaranya tetap tenang meskipun hatinya berdebar kencang.
Lucian meliriknya sejenak sebelum kembali fokus pada jalan. "Aku hanya ingin memastikan sesuatu."
"Memastikan apa?"
Dia tidak langsung menjawab, tetapi setelah beberapa saat, dia berkata dengan nada rendah, "Kau berbeda."
Jevannya menegang. Lagi-lagi kata itu. "Apa maksudmu?"
Lucian menghela napas, matanya yang dingin menatapnya lekat-lekat. "Entahlah, kurasa kau seperti mencoba menghindari ku"
Jevannya merasa seluruh tubuhnya membeku. Ini tidak baik. Sama sekali tidak baik.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
I became the best friend of the female main character
Novela JuvenilAmara seorang gadis berusia 20 tahun yang secara tak sengaja masuk kedunia novel yang berjudul "destiny led you to me" bergenre romance, reverse harem, yang cuma jadi karakter tambahan??? ditambah amara malah menjadi sahabat dari karakter utama wani...