" Sadyakala itu menjadi saksi bagaimana hangatnya senyum mu.
-Zein Bumantara.
"Alah ngaco." Ucapku dengan muka memerah.
Dia hanya terkekeh. Mungkin ini pertama kali nya aku tersipu karena perkataan orang. Dan orang itu adalah seorang Zein Bumantara. Seperti apa yang ku jelaskan sebelumnya aku bukan tipe orang yang suka berinteraksi dengan orang. Mungkin ini kali pertama aku bisa terbawa perasaaan dalam bertukar cerita kepada orang lain. Perasaan ini tanpa sadar ikut hanyut dalam hangatnya cengkramanya.
"Oh ya aku punya sesuatu buat kamu. Mungkin engga seberapa buat kamu. Jadi aku mohon diterima." Dia berucap dengan nada yang hangat, dengan menyerahkan sebatang coklat yang yang ditali pita warna merah dan juga terdapat sepucuk surat di coklat itu.
"Terimakasih." Tuturku sembari menerima coklat itu.
"Apa kamu suka?." Tanyanya
"Sangat suka, aku suka sekali sama coklat." Ujarku dengan semangat.
"Syukurlah. Nanti aja buka nya dirumah sekarang sudah bell sana kekelas nanti kamu dimarahi guru lho."
"Iya makasih Zein." Aku berlari sembari melambaikan tangan kearah zein.
._._._.
Bel pulang pun tiba, hari ini mas Bentala tak bisa mengantarkan aku pulang. Dan tadi Zein sempat menawarkan untuk pulang bareng. Dia juga mengajak ku untuk pergi main dulu. Dan disini lah kita sekarang ditaman balekambang yang lumayan dekat dengan SMA. entah kenapa zein mengajak ku kesini.
Kita duduk direrumputan. Ditemani jajanan dan esteh yang sudah kita beli tadi. Minuman manis itu sudah mencair sejak tadi karena suhu panas kota solo.
"Ana kamu tau ga. Ini Adalah tempat yang paling aku sukai, jika aku sedang sedih, marah aku pasti datang kesini."
"Kenapa tempat ini?."
"Karena tempat ini. Hanya satu satunya kenangan keluargaku." Aku cukup terkejut dengan apa yang diucapkan dia.
"Emang dimana keluarga mu sekarang?." Aku bertanya dengan hati hati.
"Entah." Dia menjawab dengan malas.
"Zein kamu tau tidak. Aku baru pertama kali diajak ketaman dengan orang lain selain keluargaku." Aku mengalihkan obrolan agar dia tidak hanyut dalam kesedihan.
"Oh ya. Jadi aku orang yang beruntung dong menjadi orang pertama yang mengajak mu kesini." Aku hanya terkekeh pelan.
"Em Zein aku boleh tanya?."
"Tanya saja. Kamu tak perlu ijin kepadaku."
"Apa benar tahun lalu ada kasus diSMA kita tentang pembulyan"
"Ada." Dia menjawab dengan acuh.
"Kira kira kenapa dia dibuly."
"Tak tau. Sudah lah ayo kita pulang langit sudah mulai gelap." Selesai menyelesaikan apa yang ku katakan dia langsung memotong pertanyaan ku.
Aku pun berdiri dan mengikuti langkah zein yang semakin menjauh. Kenapa orang itu, sepertinya Zein marah kepada ku, apa karena aku tanya tentang pembulyan itu dia marah. Aku harus meminta maaf kepada dia.
"Zein tunggu." Teriak ku mengejar zein.
Dia hanya diam.
"Kamu marah?. Aku minta maaf klo aku ada salah."
"Kamu enggak salah." Dia menjawab dengan acuh.
"Trus kenapa tadi kamu ninggalin aku."
"Tak apa aku hanya ingin mengerjai mu." Apa apaan orang ini. Sangat menyebalkan aku ingin menenggelamkan nya di danau tadi.
"Awas aja nanti. Akan ku balas lebih kejam." Ucap ku marah.
Dia hanya terkekeh. Semakin membuatku merajuk.
"Ish, jangan marah dong. Nanti cantiknya hilang lho." Aku hanya diam tak menanggapi dia.
"Kamu beneran marah." Dia menyentuh tangan ku tapi langsung ku hempaskan.
"Aku minta maaf Ana. Iya aku salah udah bikin kamu kecewa." Dia berucap dengan nada membujuk.
"Siapa yang marah?." Tanya ku.
"Kamu. Kamu tadi ngehempas tangan ku. Aku minta maaf."
"Aku engga marah cuma lagi balas kamu aja. Hahahahaha, makanya jangan nipu orang kena tipukan." Aku tertawa melihat mimik muka dia yang memperlihatkan rasa bersalah.
"Awas aja kamu." Dia pun tersenyum dan langsung mengejarku. Karena kaget dia tiba tiba berlari kearah ku tanpa sadar aku juga ikut berlari. Jadi kita berlarian dia area taman. Saling mengejar satu sama lain.
Taman itu menjadi saksi bisu bagaimana bahagia nya Renjana ketika bersama orang yang dianggap orang asing yang tiba tiba mendobrak pintu hatinya itu.
"Akan ku tangkap kamu awas aja." Zein berlari mengejarku diiringi oleh tawa nya dan tawa ku.
"Ayo kejar." Aku berlari menghindari kejaran Zein.
"Udah cape." Ucapku dengan tangan ku berada di pinggul dan mencoba menarik nafas.
"Ketangkap." Dia memegang tangan ku.
"Ini minum dulu baru pulang." Dia berucap sembari menyerahkan botol minum nya dia.
"Terimakasih. " ucapku setelah menerima botol itu dan langsung meminumnya. Air itu sepert air terjun di padang tandus. Air itu mengalir melewati kerongkongan yang sudah kering menuju ke lambung.
Kita pun pulang dan aku di bonceng zein menggunakan sepedanya. Tak masalah jika aku di bonceng menggunakan apa saja yang penting aku pulanh dengan sekamat.
Aku sudah pulang sedari tadi. Dia tadi mengantarkan ku sampai depan rumahku. Aku tersenyum saat mengingat wajah usilnya dan senyumannya. Sekarang senyumannya adalah candu ku.
Tadi kita juga sempat berfoto bersama setelah melewati banyak drama dulu. Aku melihat kembali foto foto tadi kita. Dia tersenyum manis dikamera ku. Disana juga banyak aib kita berdua. Hahaha lucu sekali dia.
Terima kasih banyak sudah membaca
Jangan lupa vote dan komen
Maaf kalo typo
Hts an aja bangga
Gaje banget sumpah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Belenggu Kasih Dikota Bengawan (Proses Revisi)
Acak"sebenarnya kamu siapa zein" renjana yang penasaran dengan kehidupan kakak kelasnya yang diasingkan semua murid disekolah. bagaimana kelanjutannya.... langsung aja membaca Terispirasi dari kisah nyata. Tapi ada yang ku buat non fiktif. Asli dari ot...