05

1 6 0
                                    

Di rumah sakit north city, di ruangan mawar VVIP nomor 213 lebih tepatnya di ruangan Byanca di rawat. Kemarin pas mereka pulang dari camping Devan langsung membawa Byanca ke rumah sakit ini. Rumah sakit yang dulu nya pernah Byanca tempati juga.

"Acha, sorry gue gak bisa jagain lo, harus nya gue bersama lo aja kemana pun lo pergi" ujar Devan dengan menggenggam tangan Byanca sambil meneteskan air mata dan wajah penuh penyesalan.

"Acha cepat sembuh yaa, gue gak mau Acha gue begini, Acha gue itu orang yang kuat, lo harus cepat sembuh kalau engga, gue bakal benci diri gue sendiri sampai gue mati" lirih Devan yang masih senantiasa menggenggam tangan Byanca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Acha cepat sembuh yaa, gue gak mau Acha gue begini, Acha gue itu orang yang kuat, lo harus cepat sembuh kalau engga, gue bakal benci diri gue sendiri sampai gue mati" lirih Devan yang masih senantiasa menggenggam tangan Byanca.


Tok.. tok.. tok...

Suara ketukan pintu membuat Devan langsung menghapus air matanya dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

"Sayang, kamu makan dulu gihh, dari tadi pagi kamu belum ada makan" ucap seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam ruangan tersebut sambil mengelus rambut Devan dan menarik Devan kedalam pelukannya.

"Devan gak mau makan sampai Acha bangun mami" sahut Devan sambil menyembunyikan wajahnya ke perut maminya, iyaa yang datang tadi maminya Devan.

"Kamu ga boleh gitu sayang, yang ada nanti Acha marah sama kamu, karena kamu gamau makan" omel Shasya maminya Devan.

"Mami ini semua gara-gara Devan yang gak memperhatikan Acha mi, sampai Acha seperti ini" ucap Devan dengan suara bergetar karena menangis dipelukan mami nya.

"Bukan salah kamu sayang, ini murni kecelakaan, tidak ada yang salah disini, jadi berhenti menyalahkan diri kamu sendiri okey? Sekarang kita hanya bisa berdoa saja agar Acha bisa cepat sembuh" ujar Shasya dengan bijak sambil mengelus rambut Byanca yang berada di depan nya.

"Tapi Devan yang maksa dia buat ikut mami, ini salah Devan" tangis Devan semakin kencang, membuat Shasya yang sedang mengelus rambut Byanca menjadi pindah mengelus rambut Devan seraya menenangkan nya.

"Udah ya, stop nyalahin diri kamu sendiri, Acha gasuka sama Devan yang begini" ucap Shasya dengan suara yang lembut.

Krek.....

Suara pintu terbuka menandakan bahwa ada orang yang masuk ke ruangan tersebut.
Orang itu langsung berlari ke arah bankar rumah sakit yang ditempati Byanca sambil meneteskan air mata nya. Dan yang satu orang lagi berjalan ke arah Devan dan Shasya.

"Acha sayang nya papa, kemarin kan Acha janji gabakal terjadi apa-apa kenapa sekarang hal yang papa takutin terjadi lagi sayang, maafin papa yaa harusnya papa tidak mengizinkan kamu untuk pergi camping waktu itu" ucap papa Byanca dengan penyesalan sambil menggenggam tangan putrinya.

"Om maafin Devan, Devan yang salah, harusnya Devan jagain Acha" ucap Devan sambil memegang tangan papa Byanca.

"Sudah lah berhenti menyalahkan diri sendiri, semua nya udah terjadi, percuma saja menyalahkan diri sendiri, itu gabisa buat Acha kembali kan? " ujar seorang pria yang tak lain adalah Zayyan papinya Devan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NEON BLOODSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang