Bersantai, satu hal yang Hyunjin lakukan setiap hari.
Hyunjin tengah asik bermain dengan ponselnya sembari merebahkan tubuhnya di sofa. Jangan lupakan cemilan yang berjejer di meja.Bangchan yang baru saja turun dari lantai dua rumah Hyunjin, menggelengkan kepala melihat kelakuan sepupuhnya itu.
Bangchan melangkah untuk menghampiri Hyunjin. ketika sudah berada di dekat Hyunjin, Bangchan meraih bantal sofa lalu memukul pelan kaki Hyunjin menggunakan bantal sofa itu " kebanyakan rebahan, cari kerja sana mendingan, gak bosen lu nganggur terus. "
Dengan wajah tengilnya Hyunjin melirik Bangchan yang sudah duduk di sofa seberang Hyunjin. " Gue mahasiswa ya, bukan pengangguran. Hari ini gak ada kelas jadi gue bebas bersantai seharian " kata Hyunjin kembali bermain dengan ponselnya.
Bangchan menggelengkan kepala, membiarkan Hyunjin, Bangchan pun memilih bermain dengan ponselnya.
Untuk beberapa menit keduanya asik dengan dunia masing-masing. Tapi, tak lama keheningan yang melanda terhenti karena suara Hyunjin
" Lu sendiri kenapa cuma duduk aja, gak nyari kerja ? "Bangchan melirik Hyunjin yang berbicara sembari fokus pada ponselnya. Tak lama Bangchan tersenyum tipis, lalu ia meletakan ponselnya di meja. Kemudian, Bangchan menatap Hyunjin dengan serius. " Lu lupa gue anak siapa ? " tanya Bangchan dengan wajah tengilnya. Tentu saja itu hanya candaan di antara keduanya.
" tau, anak Om cristoper pemilik perusahaan ternama dan seorang Bangchan cristoper adalah salah satu pewaris perusahaan itu. "
Sahut Hyunjin, dan lagi matanya tak lepas dari ponsel." jadi ? " tanya Bangchan lagi.
" jadinya gue kalah " Hyunjin menghela nafas kasar lalu bangkit dari posisi tidurnya " elu sih ngajak ngomong mulu, kalah nih gue "
" gak jelas " kata Bangchan.
Hyunjin memberi dengusan.
Tak lama terdengar ketukan di pintu rumah Hyunjin, otomatis Hyunjin dan Bangchan menoleh ke arah pintu yang terbuka itu.
Bangchan seketika terdiam melihat sosok tamu yang berdiri di ambang pintu itu. Sedangkan Hyunjin berekspresi biasa saja, karena kedatangan sosok itu adalah hal yang biasa.
" kenapa Kak ? " tanya Hyunjin.
Jisoo, wanita cantik yang membuat Bangchan seketika terdiam memberi senyuman manisnya. Lalu Jisoo melangkah mendekati kedua pria yang tengah duduk diruang tamu itu.
Hyunjin tak sengaja melirik ke arah Bangchan, ia pun melihat Bangchan yang tengah menatap Jisoo dengan tatapan yang sulit di artikan.
Hyunjin terkekeh dan menggelengkan kepala, lalu dengan jahil ia melempar bantai sofa ke arah Bangchan hingga Bangchan pun tersadar. Bertepatan dengan itu, Jisoo pun sudah berada di dekat keduanya.
" Bisa minta tolong, gak.? " tanya Jisoo, raut wajah seperti mengharap jika keduanya menganggukan kepala. dan harapan Jisoo jadi nyata, baik Bangchan maupun Hyunjin menganggukan kepalanya.
" kamu perlu bantuan apa ? " tanya Bangchan dengan nada suara lembut.
Hyunjin menahan tawa, ingin sekali mencibir sepupuhnya itu. Bisa-bisanya tadi Bangchan kasar kepada Hyunjin dan sekarang begitu lembut kepada Jisoo.
" ada yang bisa anterin aku ke minimarket depan, gak.? " tanya Jisoo, matanya kembali memancar penuh harap.
" Bisa " jawab Bangchan lantang dan mendahului Hyunjin yang sebenarnya akan menyahuti juga.
Hyunjin kembali terkekeh, ia menggeleng pelan, dalam penglihatan Hyunjin, Bangchan terlihat begitu jelas jika dia menganggumi Ibu satu anak itu.
Jisoo tersenyum tipis, lalu menatap Hyunjin.
Dari tatapan Jisoo, Hyunjin tahu jika Jisoo merasa canggung kepada Bangchan. Tapi, menurut Hyunjin tidak ada salahnya membuat keduanya menjadi lebih akrab. " ah, iya Kak, sama Bangchan aja ke depannya. Kebetulan aku ada kelas, sebentar lagi berangkat. "
Bangchan mengerutkan dahi, lalu ia beralih menatap Hyunjin. Dalam hati Bangchan bertanya, bukankah tadi Hyunjin berkata jika ia tidak ada kelas, lalu kenapa sekarang ia berbohong. Heran, sudah pasti Bangchan rasakan. Tapi, ia juga harus berterima kasih pada Hyunjin, itu berarti, ia bisa mengatar wanita yang sejak awal mencuri hatinya itu.
" ya udah deh kalau kamu gak bisa, kamu gak masalah kan, Chan. Ngater aku ? " tanya Jisoo memastikan meski ia sedikit canggung.
Bangchan dengan antusias dan tak lupa tersenyum, ia menggelengkan kepala memberi tanda pada Jisoo jika ia tidak merasa keberatan.
Melihat itu Hyunjin kembali menahan tawanya " Nih bawa mobil aja, takutnya belanjanya banyak, kalau di motor nanti susah. " kata Hyunjin memberikan kunci mobil yang memang tergeletak di meja.
Jisoo tersenyum, sedangkan Bangchan sedikit memberengut meski tak terlihat. Sebenarnya, Bangchan ingin mengantar Jisoo menggunakan sepeda motor. Mengapa ? Menurut Bangchan keduanya bisa lebih dekat pada saat diperjalanan. Jika di mobil, pasti Jisoo akan fokus pada jalanan.
" Bisa berangkat sekarang kan, Chan.? " tanya Jisoo memastikan.
Bangchan terkesiap, ia pun menganggukan kepala " i ,, iya " jawabnya dengan tergagap.
" yuk " ajak Jisoo lalu berbalik dan melangkah lebih dulu untuk keluar dari rumah Hyunjin.
Segera, Bangchan meraih kunci mobil yang masih berada dalam genggaman Hyunjin, lalu Bangchan berlari kecil guna menyusul Jisoo.
" maaf ya, jadi ngerepotin kamu " kata Jisoo yang sudah berdiri di dekat mobil Hyunjin.
Bangchan yang berdiri di sisi lain, tersenyum. " gak masalah kok, manusia harus saling membantu. " katanya.
Keduanya hendak memasuki mobil milik Hyunjin. Tapi, suara Diyo menghentikan niat keduanya.
" kalian berdua mau kemana ? " teriak Diyo dari teras rumah Jisoo.
Bangchan dan Jisoo menoleh, Jisoo menghela nafas sedangkan Bangchan tersenyum.
" ke minimarket sebentar, kamu jaga rumah ya " seolah tau apa yang ada dipikiran putranya, Jisoo menyuruh Diyo berjaga di rumah.
Seketika Diyo memberengut, bahkan kedua tangannya sudah bergerak dan kini melipat di atas perutnya. " ikut " katanya.
Jisoo menghela nafas lagi, kemudian ia membuka mulutnya untuk berbicara. Tapi, didahului oleh Bangchan.
" ayo " kata Bangchan dan membuat wajah memberengut Diyo sirna. dengan wajah riangnya, Diyo berlari menghampiri Bangchan dan Ibunya itu.
" ayo berangkat " kata Diyo antusias.
Bangchan tertawa sedangkan Jisoo menggelengkan kepala. Lalu, ketiga manusi berbeda usia itu masuk ke dalam mobil milik Hyunjin.
Tak lama mobil yang Bangchan kendarai itu melalu meninggalkan pekarangan rumah Hyunjin.
..
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
menjadi kita ..!
Fanfictionsulit kembali mempercayai seseorang disaat kita pernah merasakan sakitnya dikhianati , rasa takut kembali dikhianati selalu muncul dalam benak setiap jiwa .