Part 9

1.7K 122 8
                                        

Michi merapatkan pakaiannya berkali-kali. Ia tidak menyangka akan mengenakan pakaian yang seksi seperti ini. Ia berpikir hanya datang dan tidak berenang. Jadi, ia bisa menggunakan pakaian biasa. Namun, untuk acara di kola. Renang harus menggunakan pakaian dengan semestinya. Apa lagi acara ini diadakan oleh mereka yang memiliki segalanya. Mungkin Celine terbiasa dengan pakaian seperti ini. Tapi, Michi merasa tidak nyaman.

Michi mengikuti Cedric. Pria itu hanya mengenakan celana pendek. Tubuhnya ditutupi oleh bathrobe.

"Celine, aku sudah menyiapkan tempat untukmu khusus di sini. Jadi, kau bisa melihat acara ini dengan nyaman. Tidak akan ada yang menghampirimu."

Celine melihat sofa dan meja kecil di sudut ruangan. Di atas meja terdapat makanan dan minuman. Sementara di sudut lainnya ada sofa besar, kursi pantai, dan meja besar. Di sana banyak makanan dan juga minuman alkohol.

"Duduklah di sini, jika kau bosan, kau boleh bergabung dengan kami."

"Terima kasih, Kakak." Celine duduk dengan kikuk. Entah apa yang ia pikirkan saat meminta ikut ke acara seperti ini. Padahal Cedric sudah menjelaskan semua yang hadir adalah teman prianya.

Celine melihat satu persatu teman Cedric datang. Ia melihat dari kejauhan, mereka semua bertelanjang dada. Mereka mengobrol dan berenang. Sesekali meneguk minuman mereka.

"Astaga, siapa ini?" Jiwa mesum Michi keluar. Ia mendekati pria itu dengan tatapan lembut. Ia tidak pernah tahu bagaimana orang menilai tatapannya tersebut.

Celine mulai bosan. Ia berjalan ke tepi kolam. Ia bertemu dengan pria yang berdiri sambil termenung. Rambut dan seluruh tubuhnya basah. Sepertinya ia baru saja naik.

"Ya ampun badanmu bagus sekali." Celine menyentuh dada kotak-kotak dan keras tersebut secara spontan.

Pria itu terbelalak. Ia mundur sedikit untuk menghindari sentuhan yang lebih jauh."Ce-Celine."

Celine tersentak."Astaga dia kenal aku? Si-siapa?"

"Jika kau menyentuh sekali lagi, kau harus bertanggung jawab." Pria itu berkata dengan tatapan tajam.

"Ah, tanggung jawab seperti apa? Aku ingin tahu." Celine mendekat lalu menyentuhnya sekali lagi. Bahkan kali ini dengan lebih intens.

Wajah pria itu merona. Ia terlihat salah tingkah, tapi, berusaha bersikap tegas. "Jika kau melakukannya lagi, aku akan menciummu."

"Astaga, benarkah?" Wanita itu memegang dadanya sekali lagi, lalu menyodorkan bibirnya."Ayo cium aku!"

"Kau sudah gila, ya?" katanya sambil melenggang pergi.

"Hei tunggu, kau mau ke mana?" Michi mengikutinya dengan langkah cepat. Ia menatap punggung lelaki itu. Ia ingin memeluknya dari belakang.

"Celine!" Cedric menghentikan langkah adiknya itu.

Wanita itu meringis malu karena ketahuan mengejar pria tampan. "Ah, Kakak~ aku hanya mengikutinya kok."

"Ada apa lagi kamu sama Ditrian? Padahal dia sudah diam di sana. Tapi, kamu malah menghampirinya." Cedric menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

"Di-Ditrian? Oh jadi, itu yang namanya Ditrian. Tidak salah lagi, dia memang seksi dan menawan. Bukannya dia ngirimin bunga untuk Celine? Kok sekarang terasa asing?"

"Aku hanya mengajaknya bicara, Kak. Aku agak bosan."

"Jangan membuat Ditrian patah hati lagi. Dia masih belum bisa melupakanmu. Lebih baik kamu menjauh, itu akan membuatnya lebih baik," kata Cedric sungguh-sungguh. Ia tidak suka memberi peringatan seperti ini pada Celine. Itu sama saja memarahi adiknya. Tapi, hati Ditrian juga terluka. Pria itu mengalami hal tidak menyenangkan karena perasannya.

"Patah hati kenapa? Apa yang kulakukan padanya, Kak?"

Cedric menyentil jidat Celine yang pura-pura lupa. Ya, adiknya itu memang selalu menghindar jika itu pembicaraan tentang Ditrian."Kamu kan menolak cintanya sebanyak lima kali demi Lukas." Cedric tertawa mengejek.

Celine menganga."Astaga Celine, kau benar-benar bodoh. Bisa-bisanya menolak Ditrian yang bentuk badannya seperti kasur palembang."

"Sekarang kau berlagak pura-pura tidak ingat?"

Celine menggeleng."Kakak, aku ingin dekat dengannya."

Kening Cedric mengernyit."Kenapa? Kau kan jijik dengannya, Celine? Kau sudah sering menyakitinya. Jadi, kalau ingin dekat dengannya~ kau harus bersikap baik padanya."

"Aku akan baik padanya mulai sekarang."

"Kalau begitu buktikan saja. Ajak Ditrian bicara dan minta maaf secara serius."

Celine mengangguk."Aku ke sana dulu~"

Cedric mematung di tempat. Ia tidak percaya yang ia lihat saat ini adalah Celine. Sepertinya Celine sudah menyadari kesalahannya.  Lalu, sekarang ia sedang berusaha menebus kesalahannya itu.

Ditrian duduk di tepi kolam dengan kaki yang tenggelam di air. Celine melangkah pelan dan duduk di sebelah lelaki itu.

Ditrian menoleh dan terperangah."Kenapa kau ke sini?"

"Aku ingin dekat dengan Kakak."

"Kakak?" Jantung Ditrian berdegup kencang. Tidak. Ia tidak boleh tertipu dengan sikap manis Celine. Wanita itu pasti ada maunya.

"Terima kasih bunganya. Aku suka bunga mawar." Michi menatap wajah Ditrian. Tapi, pria itu tidak menatapnya sama sekali.

"Kukira kau langsung membuangnya."

"Bunganya masih ada di kamarku. Lihat, aku bahkan sempat berfoto di rumah sakit." Michi memperlihatkan foto yang diambil oleh Caedric untuknya.

Ditrian melihat foto itu sekilas. Wajah Ditrian merona. Ia tidak menyangka Celine akan melakukan itu.

"Wah, ada apa dengan kalian?"

Michi mendongak. Ada seorang pria tampan di hadapannya."Astaga siapa lagi ini?"

"Memangnya kenapa?" balas Ditrian.

"Kau mencoba menyatakan perasaan pada Celine lagi?"

Ditrian menggeleng."Tidak." Pria itu langsung melompat ke kolam usai bicara.

"Astaga~" Michi terkejut. Padahal ia masih ingin bicara pada Ditrian. Tapi, pria di hadapannya ini mengganggunya.

"Nggak apa-apa lah. Dia ganteng juga kayak artis thailand." Michi tertawa di dalam hati.

"Celine, bagaimana keadaanmu? Maaf ya tidak bisa jenguk. Aku dan Ditrian ada di luar kota saat itu. Kuharap kau suka bunganya."

"Ah, ini Jarrel!"

"Terima kasih, Kak Jarrel. Aku suka bunganya. Aku masih menyimpannya di kamarku. Itu bunga mahal, repot-repot sekali memberikanku hadiah seperti itu," balas Michi. Ia sempat mencari tahu harga bunga peony.

Bagi mereka itu pasti sangat murah. Tapi, bagi Michi, itu harga yang tidak masuk akal. Karena nantinya akan layu dan mati. Untungnya ia bisa meminta Inna menaruh di vas dan air. Setidaknya bunga itu bisa bertahan beberapa hari lagi.

"Syukurlah kalau kau menyukainya. Tumben sekali kau ikut ke sini?"

"Aku ingin mencoba suasana baru. Ternyata menyenangkan." Michi terkekeh.

"Ayo berenang," ajak Jarrel.

Michi menggeleng."Kakak melarangku berenang. Aku hanya boleh menonton kalian."

"Kalau begitu, ayo makan dan minum bersama kami," ajak Jarrel.

Wanita itu mengangguk dengan semangat. Ia ikut bergabung dengan teman-teman Cedric. Sementara Cedric sibuk berenang dan tidak sadar adiknya itu ada di antara banyak pria.

Michi menelan ludah saat melihat pria'pria dengan rambut yang basah. Tubuh kotak-kotak dipenuhi bulir air dan mata yang sedikit merah. Mereka duduk santai seperti sedang memanggil-manggil Michi untuk berlari ke pelukan mereka.

"Pantas saja aku nggak pernah ketemu cowok ganteng dan kaya. Ternyata mereka ada di sini. Mereka punya circle sendiri."

AKU JADI WANITA JAHATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang