Part 10

2K 112 15
                                        

Semua memandang Celine. Raut wajah mereka menunjukkan kebingungan. Celine yang sebenarnya tidak akan mau bergabung bersama mereka.

"Celine, ayo duduk," panggil Jarrel.

Celine mengangguk."Baik~"

Wanita itu bersemangat sekali. Ia pasti akan memilih duduk di sebelah Ditrian. Langkah Michi terhenti dan memegang perutnya.

"Astaga, kenapa perutku. Kenapa jadi sakit sekali astaga."

Tubuh Celine jatuh ke lantai. Ia terus memegangi perutnya yang sakit bukan main. Ini pertama kalinya Michi merasakan sakit seperti ini.

"Celine, kamu kenapa?" tanya Jarrel khawatir.

Ditrian melirik, ia ikut cemas, tapi, masih duduk di posisinya. Sepertinya ia pernah melihat kejadian serupa.

Cedric berlari menghampiri Celine. Pria itu melihat raut wajah Celine. Adiknya itu memegangi perutnya. Lalu ia mengingat tanggal hari ini. Ditrian ikut mendekat.

"Ah, dia pasti datang bulan," kata Cedric.

"Apa?" Ditrian mundur secara spontan pria itu merasa ngeri jika berdekatan dengan wanita yanh sedang datang bulan, terutama Celine. Wanita itu bisa berubah menjadi seratus ekor singa.

Cedric tersenyum geli. Ia mengerti kenapa Ditrian bersikap seperti itu. Celine pernah melemparnya dengan gelas karena mengajaknya bicara saat datang bulan."Aku bisa mengatasinya. Kau bisa kembali."

"Ka-kak, aku kenapa?" Keringat dingin mulai mengalir di wajah Celine.

"Kau datang bulan, Celine."

"Astaga~ sesakit ini?" Michi berteriak dalam hatinya.

Cedric membopong Celine dan membawanya ke kamar hotel.

Michi melihat Ditrian yang hanya mematung. Jika ia pergi, maka kesempatannya bertemu Ditrian akan hilang begitu saja. Sementara ia tidak tahu bagaimana cara agar bertemu lagi dengan lelaki itu."Kakak~ Ditrian~"

"Kenapa dengannya?"

"Aku ingin bersama Ditrian," kata wanita itu dengan nada manja.

Cedric membalikkan badan,"Ditrian! Ayo ikut!"

Ditrian mengerutkan keningnya. Meskipun begitu ia mengikuti Cedric. Michi merasa senang, tapi, rasa sakit ini sungguh membuatnya tidak nyaman.

Cedric meletakkan Celine di atas ranjang. Wanita itu meremas perutnya kesakitan.

"Sabar, ya, obatnya masih diambilkan."

"Astaga kenapa sesakit ini." Michi menangis. Air matanya membanjiri wajahnya.

Ditrian memandang Celine dengan iba. Tanpa sadar ia berdiri di dekat wanita itu.

Michi memeluk kaki Ditrian erat karena rasanya memang sesakit itu. Akhirnya ia menemukan hal paling yang tidak mengenakkan saat menjadi Celine. Saat menjadi Michi, ia tidak pernah mengalami sakit sedikit pun saat datang bulan. Tapi, kali ini rasanya sampai ingin pingsan.

"Celine, pakaianku basah. Nanti kamu ikut basah dan masuk angin." Ditrian bisa merasakan cengkeraman Celine yang kuat. Wanita itu benar-benar kesakitan.

Wanita itu menggeleng, ia mengeratkan pelukannya.

"Baiklah, Celine. Tapi, paling tidak biarkan Ditrian ganti pakaian dulu. Setelah itu kau boleh memeluknya lagi."

Celine melepaskan pelukannya. Ditrian segera keluar untuk mengambil pakaiannya.

Celine terisak."Kakak, sakit sekali~"

Cedric mengangguk sambil mengusap kepala Celine."Sabar, ya, obatnya sebentar lagi datang."
Sekarang ia yang menggantikan Ditrian memeluk Celine.

Lima menit kemudian, Ditrian datang membawa obat titipan sopir Cedric. Obat milik Celine ada di dalam mobil. Sementara itu ia sudah mengganti pakaiannya. Ia tidak menyangka akan ada kejadian seperti ini. Jadi, ia hanya menyiapkan celana pendek dan kaus tipis untuk ia kenakan pulang.

"Celine, diminum obatnya," kata Cedric.

"Obat apa itu?"

"Ini kan obat kamu kalau lagi datang bulan."

Michi mengerti sekarang. Jadi, Celine memang selalu seperti ini setiap bulan. Jadi, ia memiliki obat khusus untuk menangani masalah ini. Michi meminum obatnya dengan cepat. Ia berharap rasa sakitnya segera mereda.

Wanita itu memegangi perutnya lagi sambil berbaring. Ia menatap Ditrian dan memanggilnya.

Ditrian dan Cedric bertukar pandang. Ditrian menghampiri Celine."Ada apa, Celine?"

"Tolong duduk di sini."

Ditrian duduk di sisi ranjang. Pria itu membatu saat Celine memeluk pinggangnya. Ditrian menatap Cedric. Sementara Cedric hanya menahan tawanya.

Michi meraih tangan Ditrian dan meletakkan ke perutnya."Tolong diusapkan."

Ditrian mengusap-usap perut Celine. Pria itu sedikit terusik dengan pakaian yang dikenakan Celine. Itu cukup seksi dan menggodanya. Untunglah di sini ada Cedric. Jadi, ia tidak berniat melakukan apa pun pada wanita yang ia cintai itu.

"Seperti suami yang sedang mengusap perut istrinya yang mengandung," ejek Cedric.

"Anggap saja kami sedang simulasi," kata Michi sambil menahan sakit.

Cedric menepuk lengan Ditrian sambil tertawa.

Celine mengangkat kepalanya."Kalau Kakak capek duduk, tidur saja di sampingku. Aku ingin begini saja."

"Astaga, mana bisa," kata Ditrian frustrasi. Tapi, ia tidak bisa menolak permintaan wanita itu.

Ditrian menghela napas panjang. Ia berbaring di sebelah Celine. Wanita itu memeluk pinggangnya dengan erat. Tubuh Ditrian menjadi kaku karena ia terlalu tegang. Cedric duduk di sofa. Keduanya berbincang-bincang.

Ditrian melirik ke arah Celine. Wajita itu tampaknya tertidur. Ditrian ingin melepaskan diri. Ia bergerak dengan hati-hati. Tapi, Celine menarik tubuhnya kembali.

Ditrian menatap Cedric bingung. Ia bertanya melalui ekspresi wajah. "Dia tidak mau melepasku."

"Ya sudahlah, kita tidur di sini saja. Aku akan tidur di sebelah sini." Cedric berbaring di sisi yang kosong. Sementara Celine ada di tengah-tengah mereka.

"Astaga, tapi, badanku jadi kaku."

"Rilekskan badanmu. Jangan tegang, kau kan menunggu momen seperti ini. Kali ini aku merestuimu." Pria itu tertawa sambil menarik selimut untuk Celine.

Pukul lima pagi, Michi terbangun. Ia merasa tubuhnya agak berat dan sesak. Ia membuka mata dan sedikit terkejut. Ia tidur dengan Ditrian. Mereka berbaring berhadapan. Satu tangan Ditrian memeluknya.

"Astaga, gantengnya calon suamiku." Wajah Michi terasa panas. Tangannya bergerak ke belakang dan kaget. Ia menoleh. Ternyata ada Cedric di belakangnya.

"Astaga, aku tidur di antara dua pria. Ini mereka nggak ada yang berniat grepe-grepe aku apa? Atau kita bisa threesome, kan? Astaga~" Michi benci dengan pemikirannya sendiri. Ia tidak boleh berpikir demikian pada Cedric.

"Oke, fokus pada Ditrian saja. Aku nggak mau jadi adik durhaka." Michi menatap Ditrian. Wanita itu tersenyum penuh arti. Lalu tangannya bergerak dan menyenggol sesuatu yang keras.

Michi memekik pelan. Ia menajamkan pandangannya ke sesuatu yang ia senggol.

"Kon~konbrut." Michi menutup mulutnya."Maksudku~punya dia kenapa sampai keluar dari celana? Apa karena begitu panjang." Michi menelan ludahnya. Ia tahu jika milik seorang pria akan menegang saat bangun tidur. Tapi, biasanya 'mereka' hanya akan tersimpan di dalam celana. Tapi, milik Ditrian melampaui pinggang celananya.

"Apa aku hisap aja, ya~ eh jangan nanti dia bangun. Aku pegang aja~ eh jangan nanti makin keras. Astaga naga aku mikir apa, sih."

AKU JADI WANITA JAHATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang