Part 12

155 47 10
                                    

Guys ada yang curi ciuman pertama Michi di part 15. Mau baca duluan bisa ke karyakarsa.

Michi sudah tiba di kantornya. Semua mata tertuju padanya saat sedang mengisi absen. Gerakan Michi melambat. Ia bingung kenapa semua orang menatapnya seperti itu. Padahal ia yakin sekali tidak terlambat. Michi mengabaikan tatapan tersebut. Ia harus terbiasa dengan mereka. Tatapan seperti itu pasti dihadapi Celine setiap hari.

"Astaga, Celine, kau kuat juga ya. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah resign dan pindah ke kantor lain."

Michi berjalan ke ruangannya. Semua orang masih menatapnya.

Lucas sangat terkejut melihat kehadiran kekasihnya itu. Ia menjadi panik dan menghampiri Celine. "Ko-kok kamu masuk kerja? Apa kau terlambat datang bulan?"

"Aku sedang datang bulan. Kenapa membicarakan hal seperti itu dengan keras. Itu memalukan," bisik Michi.

"Semua orang juga sudah tahu. Semua orang sudah hapal kalau di tanggal ini kamu cuti menstruasi," balas Lucas tanpa sungkan.

"Oh begitu. Ya sudah aku masuk." Michi buru-buru masuk karena malu. Jadi itulah alasan kenapa semua orang menatapnya. Mereka pasti bingung karena Celine yang asli pasti tidak hadir hari ini.

Michi bisa mengerti kenapa itu terjadi. Karena itu memang sakit yang luar biasa. Tapi, Michi adalah karyawan yang pantang menyerah. Biar sakit atau hujan badai, ia harus tetap pergi bekerja. Karena uang adalah segalanya bagi mereka yang tidak memiliki siapa pun di dunia ini.

Lucas melipat kedua tangannya di dada."Kenapa belakangan ini dia berubah, ya. Apa dia marah padaku? Tapi, seharusnya dia tidak seperti itu. Dia pasti mengirimku pesan. Ah, perasaanku saja. Mungkin dia sedang menyiapkan kejutan untuk ulang tahunku sebentar lagi."

Michi menggeliat setelah seharian duduk bekerja. Ia mulai bisa mengikuti alur pekerjaan Celine. Ternyata tidak begitu sulit. Seandainya sewaktu menjadi Michi ia bisa naik jabatan, itu pasti menyenangkan. Ia bisa pindah ke divisi ini dan berteman dengan Celine. Tapi, bagaimana mungkin, Celine yang asli tidak akan mau berteman dengan orang biasa.

Michi keluar ruangannya untuk makan siang. Ia melihat Lukas sedang bicara dengan beberapa wanita. Michi melintasi mereka.

"Maafkan saya, Mbak Celine. Saya hanya bicara soal pekerjaan."

Tiba-tiba saja salah satu dari mereka langsung meminta maaf. Semua orang melihat ke arah Celine dan langsung berdiri tegak dengan kepala tertunduk.

Michi bingung dengan perubahan sikap mereka. Apa yang membuat mereka seperti itu, Michi tidak tahu. Padahal ia hanya berniat menghampiri Kevin.

"Sayang, maafkan mereka ya. Jangan membuat kekacauan lagi. Aku mencintaimu," ucap Lukas.

Michi bergidik ngeri mendengar ucapan Lukas. Pria itu mengatakan cinta dengan mudah di depan orang lain. Pria itu pasti pura-pura. Kalimat itu tidak memiliki perasaan sama sekali. Melihat ekspresi yang lainnya, sepertinya mereka sudah terbiasa dengan situasi ini.

"Memangnya kenapa aku harus marah? Aku hanya lewat," balas Michi.

"Kau mau makan siang?" tanya Lukas.

Michi mengangguk pelan."Benar."

Lukas mengusap tengkuknya."Hmmm, aku sudah memiliki janji makan siang di luar. A-aku pikir kau tidak masuk hari ini. Aku telanjur membuat janji. Tapi, aku nggak bisa membatalkannya gitu aja."

"Oh, tidak apa-apa, silakan saja. Aku juga ingin pergi sendiri kok." Michi menatap Lucas curiga."Hah, bilang aja kau mau ketemu perempuan lain. Pergilah sana. Aku juga nggak mau sama laki-laki muka biawak."

"Oh, jadi tidak apa-apa jika aku pergi?" Lukas menatap Celine tak percaya. Begitu juga dengan yang lainnya.

"Iya. Pergilah." Michi kembali ke ruangannya agar Lukas bisa segera pergi. Setelah itu Michi keluar kembali dan menghampiri Kevin.

Kevin membetulkan kaca matanya, memastikan bahwa yang ada di hadapannya kali ini benar-benar Celine.

"Klara~ eh Kevin, kau punya mobil kah?"

"I-Iya punya."

"Ayo makan siang bareng aku. Kita naik mobilmu ya. Nanti aku ganti uang bensinnya," kata Michi.

"Ah, memangnya nggak apa-apa? Mobilku kecil dan murah." Kevin meringis malu.

"Memangnya kenapa? Toh itu tetap mobil kan. Mau nggak?"

Kevin mengangguk cepat."Bo-boleh, ayo."

Michi dan Kevin pergi bersama untuk makan siang di sebuah mall. Michi ingin makan sesuatu yang ada di gedung tersebut.

"Celine, ini mahal banget~ uang aku nggak cukup makan di sini. Kita makan di tempat lain aja,"kata Kevin jujur.

"Ya udah aku traktir kok. Kan aku yang ajak." Michi memberi kode agar mengikutinya.

Kevin terbelalak."Yang bener?" Pria itu langsung mengekori Celine. Hari ini ia mendapatkan rejeki yang bagus. Ia bisa makan enak di akhir bulan.

"Makan sepuasnya." Michi terkekeh. Ia butuh satu teman saja yang bisa mendukungnya di kantor. Pendekatannya dengan Mira tidak berhasil. Jadi, ia akan mendekati pria seperti Kevin.

Saat sedang makan, Michi menangkap sosok Lukas sedang berduaan dengan wanita. Ia memeluk pinggangnya dengan mesra. Mata Michi menyipit dan penuh dendam.

"Kena kau, biawak!"

Kevin melihat ke arah sorotan mata Celine. Pria itu memekik."Astaga~ Celine itu, kan~"

Michi mengangguk."Benar! Itu Lukas."

"Tap-tapi, kamu nggak apa-apa, kan?"

Michi mengepalkan tangan dan memukul meja pelan."Kevin, aku akan memberimu sepuluh juta jika kau berhasil mengambil video mereka yang bermesraan."

"Itu gampang!"kevin menjentikkan jarinya."Aku bisa melakukannya sekarang. Tapi, uangnya juga sekarang, kan?"

"Akan kutansfer setelah videonya kuterima."

Kevin tertawa bahagia."Itu mudah. Sebentar, ya." Pria itu berjalan cepat mengejar Lukas dan wanita itu.

Michi makan sambil tersenyum puas. Memang paling mudah berteman dengan orang seperti Kevin. Ya, lebih mudah lagi karena Celine memiliki uang.

Sepuluh menit kemudian, Kevin kembali sambil mengibas-ngibaskan ponselnya."Aku dapat, nih."

Michi menonton video yang diambil oleh Kevin. Ia tersenyum puas."Kerja bagus, Vin. Kirim ke aku sekalian nomor rekeningmu."

Kevin menganga."Aku beneran dapat uang segitu? Astaga~" Pria itu tertawa bahagia. Padahal sepanjang jalan tadi ia sudah cemas. Ia takut membuat wanita itu marah dan memecatnya. Tapi, ternyata sekarang ia mendapat rejeki yang besar.

"Terima kasih sudah bertransaksi denganku." Michi mengajak Kevin berjabat tangan.

"Dengan senang hati, dear. Kalau butuh bantuanku, katakan saja."

Michi mengangguk. Ia menyimpan video tersebut dengan baik. Ia akan membongkarnya di saat yang tepat agar hubungan ini bisa berakhir.

"Apa kalian akan putus?" bisik Kevin," sepertinya ini bukan pertama kali."

"Hmm aku memang ingin putus sama mokondo itu," balas Michi.

"Astaga~ kenapa kau baru menyadarinya sekarang? Aku tidak bisa terima kau menghadiahkan ibunya tas kremes. Lukas memamerkannya ke mana-mana," kata Kevin dengan muka julidnya.

"Percayalah, aku juga menyesal. Keluarga itu mencuci otakku!" Michi jadi kesal karena harus mengingat itu semua."Dia juga cerita di kantor?"

Kevin mengangguk."Ya. Itu menjijikkan."

"Benar." Michi mengangguk. Dalam beberapa detik perhatiannya langsung teralihkan dengan bahu lebar seseorang.

"Kevin, tunggu di sini. Aku segera kembali." Michi berjalan cepat menghampiri seseorang yang masuk ke toko perhiasan.

AKU JADI WANITA JAHATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang