Seorang pemuda tinggi berbalut pakaian yang hampir menutupi seluruh tubuhnya mendekati tubuh Juan yang tampak tak bergerak di atas tanah. Sakya tidak bisa bersyukur karena terselip rasa gelisah saat melihat pria di hadapannya, entahlah Sakya tetap meminta pertolongan untuk Juan yang tidak mungkin baik-baik saja sekarang.
Mata mereka saling bertatapan cukup nyalang. Mendadak kepala Sakya mendadak pening, ia melihat wajah itu di mana-mana, di televisi atau bahkan di dalam mimpi. Saking bencinya Sakya dengan sosok ini, pemuda itu hampir tidak pernah absen memimpikan Joule di dalam mimpinya. Sakya selalu memukul Joule sampai lebur di alam bawah sadarnya, saat ini Joule di depannya tapi tangan dan kakinya mati. Tidak ada serangan dari Sakya selain sorot matanya yang menusuk Joule, Sakya sudah tidak punya apa pun.
"Ada pemuda pingsan di jalan kenanga, di dekat toko es krim Matchania. Tolong ke sini, dia bersama pemuda disabilitas." Joule berbicara dengan rumah sakit untuk mengharapkan ambulan datang dengan ponsel Juan. Sakya tersinggung jika disebut disabilitas meski faktanya memang begitu.
"Kenapa lo berani muncul di hadapan gue?" tanya Sakya.
"Siapa yang mau muncul demi lo? Ini demi Juan Jayasena kembaran gue, Juan adalah saudara gue. Terkejut? Usir dia dari hadapan lo." Joule berjongkok, membuat dua wajah tampan itu saling bertatapan dengan serius.
Sakya tertawa, senyumnya licik. Ia sudah memulai menyukai Juan sebagai tempat yang aman untuknya, meski lumpuh Juan akan tetap menerimanya. Juan tahu caranya membuat Sakya yang lumpuh menerima diri sendiri, tidak mengasihani Sakya yang mana justru menbuat Sakya malu.
"Hahahaha!" Sakya tertawa sumbang, Joule mendecih melihat sosok yang dia anggap tidak berguna. Kenapa dia tidak mati saja? Merepotkan.
"Stres lo?"
"Gue nggak akan biarin Juan lepas dari gue, dia bakal sama gue dan lo akan khawatir seumur hidup." Sakya tersenyum, terlihat jahat. Sakya menemukan kelemahan terbesar seorang kriminal besar dan itu dekat dengannya.
Kenapa Juan mau mengabdi untuknya tanpa dibayar. Juan bisa dengan mudah melarikan diri dengan kembarannya yang jahat itu, apa Juan memang setulus itu? Atau dia punya maksud lain? Yang jelas Sakya ingin tetap bermain dalam permainan ini meski pun tubuhnya tidak mampu bergerak lagi.
Joule berlari dan lantas menghilang ke semak-semak setelah suara sirine ambulance berbunyi semakin mendekat. Setidaknya, Juan harus selamat untuk membuat Joule merasa terancam seumur hidupnya.
Joule mungkin bisa melarikan diri dengan mudahnya tanpa Juan untuk menghindari hukuman mati. Namun, bagi Joule dia tidak takut mati—-dia takut berpisah dengan Juan.
***
Sementara Juan harus dirawat karena masalah serius pada tubuhnya. Sakya menimbang-nimbang apa yang harus dia turuti di dalam kepalanya? Membalas dendam pada Joule lewat Juan? Atau melaporkan Joule kepada polisi? Sebenarnya mati justru adalah pilihan yang terlalu mudah.
Jika Joule tertangkap dia akan diadili dan mati seketika, sementara Sakya tidak punya batas waktu untuk lumpuh dan hidup dengan mengerikan.
"Juan perlu donor sumsum tulang belakang." Yumna tertegun. Ia tidak tahu dari mana dia harus mendapatkan apa yang Juan butuhkan, Joule adalah satunya pendonor yang cocok untuk Juan dan sekarang dia sama sekali tidak bisa ditemukan.
Sakya cukup sedih jika Juan sakit seperti ini, tapi ia tersenyum miring. Apakah Joule akan keluar ke permukaan untuk mendonorkan sumsum tulang belakang untuk orang terkasihnya? Jika benar, Sakya akan memiliki mainan baru.
Mati tidak pernah mengerikan bagi Joule, kunci yang membelenggunya hanyalah Juan Jayasena.
***
"Gue nggak apa-apa, jangan cari Joule!" Juan sedang meracau di atas ranjang saat hanya Yumna yang memasuki ruangannya untuk berdiskusi terkait keadaan Juan yang tidak bisa dianggap enteng.
Juan kesulitan bernapas, seluruh tubuhnya hampir lebam total, dan ia merasakan sakit yang tak karuan.
"Terus lo mau gimana? Lo mau Joule sendiri di dunia ini? Dengan kesusahan yang dia miliki saat ini?"
"Yumna ... dia lari, kalau lo ngabarin dia. Dia bakal ketangkep."
"Kabur itu bakat alaminya Joule."
"Gila lo bisa kabur setelah donor sumsum?"
***
Archer ketua unit di Bareskrim datang ke rumah sakit sesaat setelah mengetahui Juan dibawa ke rumah sakit. Seseorang menelepon ambulance, sementara Juan hanya bersama Sakya yang bahkan tidak mungkin membuka layar ponsel. Saat diselidiki, rekaman telepon yang berhasil diamankan sepertinya memang milik pria muda. Archer tidak pernah mendengar suara buruannya itu sehingga sulit untuk memastikan secara instan jika itu memang suara Joule atau bukan.
"Apa tadi pria ini yang menolong Joule?" tanya Archer pada Sakya.
"Iya."
Hati Archer sedikit tersentuh, akhirnya dia menemukan titik terang. Senyum terbit dari penegak hukum yang ini.
"Lalu sekarang dia pergi kemana?"
"Dia menghilang ke arah selatan tempat kami berada sebelumnya, Pak. Dia tidak pergi ke luar negeri, dia masih di sini sebagai Joule." Sakya menerangkan beberapa informasi yang dia dapat.
"Saya bisa terlibat dalam kasus ini, tidak sebagai korban tetapi pemancing. Umpannya adalah Juan," tutur Sakya, Archer mengangguk sepertinya memang hanya Sakya yang mengerti jalan main yang dia rencanakan sebelumnya.
Namun, bagaimana dia bisa bekerja sama dengan tubuh lumpuh seperti ini?
"Jangan lihatin saya begitu, saya juga nggak tahu bisa atau enggak karena saya lumpuh." Sakya nampak sedih.
"Satu kali dua puluh empat jam, saya akan bertamu. Pertemuan rahasia antara saya dan kamu, tidak ada Juan dan juga gadis perawat yang mungkin tidak bersalah, tapi jelas berpihak ke orang yang bersalah."
"Baik, Pak."
Archer mengulurkan tangannya, hendak bersalaman sebagai bentuk persetujuan dan hanya ditanggapi bola mata Sakya yang memutar. Archer menarik kembali tangannya yang canggung.
"Terima kasih atas koorporasinya, Sakya."
***
Joule membawa dua tangkai bunga ke makam kedua orang tuanya, meletakkan di atas tempat peristirahatan terakhir yang telah mengering. Kata orang Joule adalah anak durhaka, faktanya yang selalu mencabut rumput dan menyiram tanah kering itu adalah dia bukan Juan yang dikenal sebagai anak baik hati.
"Juan ini kenapa ikut-ikutan kaya Mama, sih? Sok baik, sok pahlawan, sok malaikat, sih? Joule jadi kesulitan kabur."
Joule menghela napas, ia selalu bertolak belakang dengan norma lalu Juan ada di sana. Kali ini kembarannya itu yang bertentangan, ia tak pernah segelisah ini dalam hidup.
"Joule? Kalau Sakya mati apa Juan berhenti?" Joule terdiam mendengarkan celoteh asal dari Arin.
Joule tidak pernah berpikir akan menjadi seorang pembunuh, tapi bukannya sudah terlanjur?

KAMU SEDANG MEMBACA
Die Triangle [Ended]
Fiction généraleKoneksi yang terjadi antara Sakya dan Juan terjadi bahkan saat kejadian paling buruk di dunia ini menimpanya. Kriminal seperti Joule telah menghancurkan dunia Sakya, terlalu hancur dan Juan seolah-olah mengerti.