11 : Hopefully it's not what I thought

4 2 0
                                    

Maaf yaa telat banget update nya, soalnya wattpad error dan bab nya sempet ngacak, jadi harus aku beresin dulu.

Happy reading




BUAGKHH!!

"KAK JEANO MAS NAREN NYA KOK DIPUKULIN?!"

Jeano tercekat mendengar pekikan Nayara. "Mas? Oh.. ya.." Alis Jeano menukik tajam menatap Naren yang terkapar di lantai. Bogeman mentah nya tidak main-main. "Biar gue kasih hadiah buat 'mas Naren'  ini."

DUGKHH!

SRETT!
Setelah memebenturkan Naren ke dinding hingga mimisan, Jeano langsung menjambak rambut adiknya kuat hingga mendongak.
"Kak... sshh.. d-dengerin gue jelasin dulu sialan.."

"Hiks... jangan berantem..."

Jeano menatap Nayara yang seperti akan menangis.

Gadis itu takut melihat bagaimana Jeano memberikan pukulan mentah pada Naren, padahal Naren tidak melakukan kesalahan apapun.

Jeano hanya salah paham.

Jeano melepas cengkraman nya pada rambut Naren hingga pemuda itu limbung dan terbaring di lantai, menghirup napas sebanyak mungkin.

Jeano menatap pada Nayara yang berdiri dengan mata sembab. Dagu Jeano menunjuk ke arah soffa mengisyaratkan nya untuk duduk tanpa mengeluarkan suara.

Urat yang tercetak di leher dan lengan Jeano menunjukan betapa marahnya ia sekarang. Ia mendekat pada Naren merangkul tubuh lemas Naren untuk duduk disebelah Nayara, gimana ga limbung?! Orang dah babak belur dipukulin lagi.

Jeano berdiri, melipat tangan nya didada, mengangkat bahunya. "Jelasin."

Naren mengatur napasnya, oke ... seperti yang ditakutkan nya ia disidang sekarang. "Gue tadi emang sendirian di rumah ini, hari ini.. ga lama sehabis lo telepon, Nay mampir, gue tau lo orangnya ga bisa mikir positif makanya gue ga izinin lo kesini dan... pas lo dateng gue sembunyiin Nay di balik soffa.... soalnya gue udah terlanjur ngomong disini ga ada cewe kan, ya tapi kan emang tadinya sebelum Nay dateng beneran ga ada cewe demi! Gue cuma takut lo kek gini aja..." Jelas Naren panjang lebar pada Jeano, walau pemuda itu nampaknya masih tidak begitu percaya.

"Terus?" Jeano menunjuk seragam Nayara yang berantakan.

"Ah ini." Nay nyengir kuda. "Aku dateng kesini pake kostum maskot penguin buat bagiin cokelat... pas disini, nyemil sama mas Naren.. eh baju aku kotor jadi aku numpang kamar mandi buat cuci seragam." Nayara menunjukan kostum penguin yang dilipat di sudut soffa.

Jeano masih menyimak penjelasan keduanya, mulai sedikit percaya karna ia lihat tadi di Asrama Pemimpi para siswi mengenakan kostum dan berbagi cokelat.

"Oh jadi—"
"/Kalo masih ga percaya perlu gue tunjukin cctv?" Tawar Naren sambil menyodorkan ponselnya pada Jeano.

"Ga usah." Jeano menggelengkan kepalanya pelan, mengambil beberapa lembar tissue dan memberikan nya pada Naren. "Bersihin darah lo sendiri, siapa suruh nyembunyiin anak orang? Bikin gue naik darah aja lo."

Naren menepis tangan Jeano kasar sembari beranjak pergi ke arah kamar mandi dengan jalan nya yang tertatih. Gila aja pukulan Jeano tuh.

Sekarang tinggal Jeano dengan Nayara. Pemuda itu mengulurkan tangan. "Maafin kakak ya, udah berpikiran buruk sama kamu."

Nayara tersenyum. "Gapapa kak, lagipun ka Jeano salah paham juga... Ngomong-ngomong... mas Naren itu adeknya ka Jean ya??"

Jeano mengangguk. "Half siblings."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

2. Broken Fate  || 2024 - 2025Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang