Sebuah foto berbingkai kayu berdiri di mejanya. Bahkan setelah satu tahun ia tersiksa oleh wajah putranya yang tersenyum. Ia seharusnya menyingkirkan foto itu tetapi malah membiarkannya terlihat karena terus-menerus menyiksa diri sendiri adalah metodenya untuk mencoba menebus kesalahannya.
Beberapa waktu lalu dia menerima telepon dari petugas Han bahwa berkas kasus hilangnya Wen Jun akan diselidiki ulang oleh seorang detektif andal bernama Zhang Qiling. Setidaknya, keluhannya ditanggapi dengan baik meskipun ia tidak yakin dengan hasilnya.
"Sebenarnya dalam aturan kami, jika seseorang berusia dua puluh lima tahun menghubungi dan menyatakan bahwa dia ingin pergi, itu tidak bisa dikategorikan kasus orang hilang," demikian petugas Han menjelaskan.
"Namun Detektif Zhang bersedia menyelidiki ulang. Semoga hasilnya lebih baik."
"Tapi putraku tidak mungkin kabur. Dia tidak punya alasan untuk melakukan itu," tukas Tuan Wen, suaranya gemetar.
"Maafkan aku, Pak. Tapi aku sendiri yang menerima telepon dari Wen Jun satu tahun lalu."
Setelah percakapan menyesakkan itu selesai, Pak Tua Wen itu menghela napas berat, memandang foto puteranya penuh kesedihan. Berharap detektif yang disebutkan itu bisa menjawab semua pertanyaan yang membusuk dalam hatinya.
Tidak mungkin Wen Jun kabur, ia bersikeras pada diri sendiri. Menggelengkan kepala kuat-kuat.
Tidak mungkin....
=====
Di ruang tamu pondok peristirahatan Wu Xie, pertanyaan itu menggantung di udara. Membuat atmosfer menjadi berat.
"Sulit dipastikan," akhirnya Zhang Qiling bersuara. Nadanya goyah.
"Haruskah aku memperlihatkan ini pada Nyonya Lan?" Wu Xie menunjuk pada sketsa di tangan Pangzi. "Aku ingin tahu bagaimana reaksinya."
"Aku tidak yakin itu akan ada gunanya." Wajah Zhang Qiling menjadi lesu. "Dia hanya akan setuju dengan semua bukti ini."
Wu Xie menggaruk dagu.
"Atau mungkin saja pemuda yang tewas ini dan pemuda yang dilihat Nyonya Lan adalah dua orang berbeda. Mereka hanya mirip," Pangzi berkomentar.
Zhang Qiling dan Wu Xie menatap bersamaan, terheran-heran dengan komentar yang tidak cerdas itu. Sepertinya kekenyangan mengurangi kinerja otak seseorang.
"Sepertinya kau terlalu banyak menonton drama serial, gendut." Wu Xie mencibir tipis.
Pangzi mendengus. Tapi tidak membantah Wu Xie. Mereka terjerat lagi dalam keheningan. Sementara Zhang Qiling sibuk memikirkan beragam asumsi. Wu Xie melihat-lihat sketsa itu sekali lagi, lalu berulang kali menghembuskan napas berat.
"Wu Xie, bagaimana kalau kau meminta arwah pemuda itu menunjukkan diri lagi padamu?" Lagi-lagi Pangzi mengguncang suasana dengan ucapan ngawurnya.
"Diam kau. Aku ini penulis, bukan dukun!" Wu Xie mendengkus kesal. Tapi bicara tentang arwah, ingatannya kembali pada penampakan roh pemuda di air terjun. Tiba-tiba ia kembali menatap Zhang Qiling dengan sangat serius sampai-sampai detektif itu merasa tidak tahan.
"Mengapa kau menatapku seperti itu?" tanyanya mengandung protes.
"Uh, aku teringat permintaanku tempo hari padamu."
"Apa?"
"Menggali tanah di bawah pohon, dekat air terjun."
Astaga...
Zhang Qiling memijat pelipisnya.
Sore harinya, Wu Xie menyempatkan diri untuk mengunjungi Nyonya Lan dan memperlihatkan pada wanita tua itu sketsa wajah yang diberikan tim forensik padanya. Reaksinya seperti orang tua pada umumnya. Matanya yang kelabu dan dikelilingi kerutan tampak berkaca-kaca, jari menutup bibirnya dan ia berkata terbata-bata,
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐬𝐲𝐜𝐡𝐨𝐩𝐚𝐭𝐡 𝐏𝐫𝐢𝐯𝐚𝐭𝐞 𝐍𝐨𝐭𝐞𝐬 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞 𝐕𝐞𝐫𝐬𝐢𝐨𝐧)
FanfictionSatu pemukiman tenang, satu rumah indah dan sebuah rahasia kelam, menyambut Wu Xie kala ia menginjakkan kaki di Magnolia State. Dia bermaksud untuk menjauhkan diri dari kerumitan hidupnya, tetapi di luar dugaan, ia justru terjerat sebuah misteri pe...