Satu pemukiman tenang, satu rumah indah dan sebuah rahasia kelam, menyambut Wu Xie kala ia menginjakkan kaki di Magnolia State.
Dia bermaksud untuk menjauhkan diri dari kerumitan hidupnya, tetapi di luar dugaan, ia justru terjerat sebuah misteri pe...
Disclaimer Place and event in this story are fictional.
Character belong to Kennedy Xu
Author's Note :
Fanfic ini adalah remake dari Yizhan Fanfiction : Psychopath Private Notes Kolaborasi dengan ArYizhan Ada beberapa perubahan dalam alur cerita yang disesuaikan dengan karakter Pingxie.
⋇⋆✦⋆⋇
Aku menghirup aroma kopi yang masih panas dalam cangkir yang kupegang di tangan kanan, sementara tirai menjadi fokus tangan kiriku.
Mengintip dari jendela kamar lantai dua, aku mencermati kembali lingkunganku yang tercinta.
Sebuah taman bermain berbatasan dengan rumahku di sebelah timur, dan tepat di barat ada sebuah gereja dengan jalan paving blok yang menghubungkandenganjalanraya. Sebuah pohon wisteria berdiri di pertigaan, bunga ungunya meluncur turun dari puncak pohon hingga nyaris menyentuh rerumputan.
Lalu ada rumah di barisan utara. Nomor 13.
Aku bisa mendengar hembusan angin yang berbisik di luar, tetapi aku tidak pernah tergoda untuk melihat ke sepanjang jalan atau taman. Satu-satunya yang menarik perhatianku adalah seseorang.
Ada seorang pendatang baru tinggal di rumah itu.
Sejujurnya, aku merasa sedikit aneh pada malam pertama, tapi tidak ada yang perludikhawatirkan. Tidak ada masalah.
Hanya ... aku merasakan auranya sangat memikat. Dia terlihat unik, dan berbeda.
Aku tidak yakin, tapi aku memikirkan. Apakahdia akan menjadimangsaselanjutnya?
⋇⋆✦⋆⋇
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Magnolia State
Wu Xie menghentikan sedan Chevrolet hitamnya di tepi jalan selebar empat meter yang berbatasan dengan taman di satu sisi dan barisan rumah di sisi lain. Siang yang berawan di musim gugur, ia menghindari pepohonan yang menggugurkan ribuan daun keemasan, mengubah jalan itu menjadi jalur jingga nan indah. Wu Xie mengamati sebuah rumah molek di sisi kiri, lantas mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.
"Paman Kedua, kurasa aku sudah menemukan rumahnya," dia berkata dengan suara penuh semangat.
"Kau yakin? Nomor 13, bukan? Blok utara. Periksa lagi fotonya," suara seorang pria paruh baya menyahut di seberang.