Sepanjang sisa hari itu, Wu Xie mencoba untuk bersantai di sofa. Dia menatap matahari terbenam ke balik bukit melalui jendela. Udara mulai terasa dingin, dan kesibukan di jalan pun kian mengecil. Walaupun sepi, Wu Xie masih merasa relatif aman di sini, dikelilingi oleh tetangga yang tidak menampakkan diri, tapi ia tahu mereka ada di dalam rumah.
Di sisi lain, dia tetap waspada, matanya terus-menerus memindai kehampaan gelap di luar sana, seolah-olah waspada terhadap ancaman apa pun. Efek dari perhatian wanita tua yang menjadi tetangganya sama sekali tidak menenangkan, tetapi sebaliknya. Dia ingat bagaimana cara Nyonya Lan menatapnya. Sorot mata penuh pertanyaan, sekaligus peringatan.
Dia mencoba mencari ketenangan dari secangkir kopi, kemudian menghadapi laptopnya untuk mengetik naskah baru. Beberapa ide dan kalimat bagus yang terlintas di kepalanya ia coba tuangkan dalam rangkaian kata.
Ini tidak akan berhasil, desahnya dalam diam, menenggelamkan punggungnya di sandaran sofa. Hanya dua halaman lebih yang bisa ia kerjakan dan selebihnya buyar. Sekilas Wu Xie merasa kesal pada diri sendiri karena terlalu dikendalikan firasat tidak mengenakkan yang tiba-tiba datang menyergap. Namun ia pun tidak perlu terlalu berusaha. Belum ada naskah yang sukses diterbitkan.
Dia menutup mata dengan tangannya dan menahan keinginan untuk mendesis, menggerutu, menciptakan kata-kata makian yang baru dan kreatif. Dia tahu itu tak ada gunanya. Tak ada Pangzi, tak ada Wang Meng, tak ada siapa pun yang bisa diomeli.
Jam dinding terus berdetak melahirkan ketukan yang monoton. Wu Xie berdiri dari sofa, mengintip keluar lewat jendela. Wajahnya mendongak, melewati puncak pohon dan atap rumah tetangga. Awalnya dia mengira langit mendung, bintang-bintang tersembunyi, tapi kemudian ia melihatnya berkilauan di kegelapan. Bintang-bintang ada di sana, mereka menyala hitam di langit malam, dan di antara bintang-bintang itu bergerak sesuatu yang besar dan mengerikan. Kabut tipis berlayar menutupi bintang dan bulan separuh, kemudian menyentuh atap rumah. Memberikan kesan suram seperti dalam gambaran novel gothic.
Wu Xie menghela napas lagi, merasakan sesak, lemas, dan sedikit mengantuk. Menutup laptopnya, dia memutuskan untuk pergi tidur.
⋇⋆✦⋆⋇
Nada-nada sendu kembali menggema. Lambat, menekan berat, diselimuti energi gelap. Ada sesuatu yang mengusik tidur Wu Xie selain denting piano. Sesuatu yang hanya bisa ia rasakan, tapi tak bisa ia lihat atau temukan. Energi gelap yang seperti spiral, menarik jiwanya dari ketidaksadaran dan indahnya alam mimpi. Satu dorongan asing yang membuatnya terjaga.
Wu Xie membuka mata, tepat menatap jam weker. Pukul satu malam dan ia sangat kedinginan. Hawa dingin terasa nyata, sangat menggigit, seakan-akan ia berdiri di alam terbuka dalam keadaan telanjang. Di luar, kabut melingkar di antara pepohonan dan seekor burung berseru di tengah gelapnya malam, dan Wu Xie sendirian.
Lantunan piano sialan lagi, benaknya bergumam antara sadar dan tidak.
Dia menghembuskan napas panjang, frustasi saat dia duduk di tepi ranjang. Butuh beberapa menit untuk mengumpulkan kesadarannya, memutuskan bahwa ia akan benar-benar menegur siapa pun yang memainkan piano di tengah malam.
Setelah mengusap wajah beberapa kali, ia mulai menstabilkan kedua kakinya dan tersaruk-saruk menuju pintu.
Aroma asap ...
Pertama kali yang menyentuh indranya adalah satu aroma yang tidak familiar. Wu Xie menyembulkan kepala lewat pintu, menengok ke ruang tengah yang gelap. Tak ada siapa pun selain dirinya, mungkinkah ada benda terbakar di dapur? Tapi ini bukan aroma asap pembakaran biasa. Ini asap ... rokok.
Ada seseorang di sini!
Geram oleh munculnya fenomena ganjil yang mengganggu, Wu Xie menyerbu ke ruang tengah untuk memergoki maling sialan atau siapa pun itu. Namun pemandangan yang menyambutnya adalah perabotan bisu dan piano yang berhenti memperdengarkan melodi. Seperti kemarin, ia tidak melihat siapa pun dalam ruangan, tapi kali ini ada sebatang rokok di dalam asbak yang diletakkan di tepi piano, tepat di samping partitur. Batang rokok itu terbakar setengahnya, kerlip bara masih menyala. Merah cerah di tengah kegelapan.
![](https://img.wattpad.com/cover/310045878-288-k999689.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐬𝐲𝐜𝐡𝐨𝐩𝐚𝐭𝐡 𝐏𝐫𝐢𝐯𝐚𝐭𝐞 𝐍𝐨𝐭𝐞𝐬 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞 𝐕𝐞𝐫𝐬𝐢𝐨𝐧)
Fiksi PenggemarSatu pemukiman tenang, satu rumah indah dan sebuah rahasia kelam, menyambut Wu Xie kala ia menginjakkan kaki di Magnolia State. Dia bermaksud untuk menjauhkan diri dari kerumitan hidupnya, tetapi di luar dugaan, ia justru terjerat sebuah misteri pe...