Pada hari-hari berikutnya, Charlotte kembali tekun belajar dan bersosialisasi. Ia dikelilingi teman-teman yang mendukungnya dan menyibukkan diri dengan proyek dan kegiatan yang ia sukai. Perlahan-lahan, rasa sakit di hatinya mulai mereda, digantikan oleh rasa memiliki tujuan dan ketahanan.
Ia fokus pada bagian fashion, menuangkan kreativitasnya ke dalam desain dan pemotretan baru. Para pengikutnya menanggapi dengan antusias, dan Charlotte menemukan penghiburan dalam umpan balik positif mereka. Ia menyadari bahwa hasratnya terhadap fashion bukan hanya tentang popularitas—melainkan tentang mengekspresikan dirinya secara autentik, tanpa tekanan ekspektasi
Persahabatannya dengan Heidi dan Marima semakin kuat, dan mereka menjadi pilar pendukungnya di saat-saat ragu. Bersama-sama, mereka menjelajahi kafe-kafe baru, menghadiri pameran seni, dan bahkan melakukan perjalanan darat spontan di suatu akhir pekan. Charlotte menghargai saat-saat tawa dan persahabatan ini, bersyukur atas hubungan yang tulus dalam hidupnya.
Namun, meskipun ia berusaha untuk melupakannya, pikiran tentang Engfa masih terngiang-ngiang di benaknya. Ia tidak bisa melupakan kenangan tentang hubungan mereka yang singkat namun intens, atau rasa sakit penolakan yang mengikutinya. Kadang-kadang, larut malam, ia mendapati dirinya menggulir pesan-pesan lama atau menatap foto mereka berdua, bertanya-tanya apa yang mungkin terjadi.
Suatu sore, saat menjelajahi toko buku, Charlotte menemukan kumpulan puisi. Saat membolak-balik halamannya, ada satu puisi yang menarik perhatiannya—sebuah refleksi pedih tentang cinta, kehilangan, dan keberanian untuk terus melangkah maju. Kata-kata itu sangat menyentuh hatinya, menawarkan perspektif baru tentang perjalanan hidupnya sendiri.
Dia menyadari bahwa pengalamannya dengan Engfa telah menjadi pelajaran tentang ketahanan dan penemuan jati diri. Ini bukan hanya tentang menemukan cinta atau penerimaan dari orang lain, tetapi tentang belajar mencintai dirinya sendiri sepenuhnya, dengan segala kekurangannya. Engfa telah menjadi katalisator pertumbuhan, menantang Charlotte untuk menghadapi rasa tidak amannya dan mendefinisikan ulang prioritasnya.
Berbekal kejelasan baru ini, Charlotte mulai menulis lagi - bukan hanya blog mode, tetapi juga refleksi pribadi tentang perjalanannya selama beberapa bulan terakhir. Ia menuangkan hatinya ke dalam setiap kata, menangkap suka duka menjalin persahabatan, menemukan gairahnya, dan menyembuhkan diri dari patah hati.
Suatu malam, saat ia duduk di tempat favoritnya di dekat jendela, menulis di jurnalnya, Charlotte merasakan kedamaian menyelimuti dirinya. Ia menyadari bahwa ia telah mencapai titik awal, merangkul kemandiriannya dan merangkul kemungkinan-kemungkinan yang ada di depannya. Rasa sakit karena penolakan telah mereda menjadi kenangan pahit-manis, sebuah pengingat akan kekuatan yang telah ia temukan dalam dirinya sendiri.
Dengan keyakinan baru, Charlotte berjanji pada dirinya sendiri untuk terus mengejar mimpinya, memelihara hubungan yang paling penting, dan tidak pernah melupakan sosok yang sedang ia jalani. Ia tahu bahwa jalan di depannya tidak akan selalu mudah, tetapi ia siap menghadapinya dengan keberanian dan keanggunan.
Saat menutup jurnalnya dan menyimpannya, Charlotte merasa beban di pundaknya terangkat. Ia menatap cakrawala kota, bermandikan cahaya senja yang lembut, dan tersenyum. Masa depan tidak pasti, tetapi untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Charlotte merasa penuh harapan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
HAIIIIIII, jangan lupa vote dan komennya kalok rame yang baca autor balakan up lagi nanti malem
Semoga suka sama ceritanya🥰🥰🥰
Terimakasih kepada yang sudah membaca sampai sejauh ini🙏🙏🙏
Love you all❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinginnya Cinta (ENGLOT)
RomanceCharlotte, influencer populer, masuk sekolah baru dan langsung menjadi pusat perhatian. Namun, ia justru tertarik pada Engfa, siswi pendiam yang misterius. Penasaran, Charlotte mencoba mendekati Engfa, dan seiring waktu, mereka membangun hubungan ya...