Email

147 22 3
                                    

Beberapa minggu kemudian, Charlotte menerima pesan yang tak terduga. Saat ia sedang asyik membuka ponselnya, sebuah pemberitahuan email muncul dari sebuah majalah mode bergengsi yang ia kagumi. Karena penasaran, ia pun segera membukanya.

"Kepada Charlotte,
Kami telah mengikuti fashion mode Anda dan terkesan dengan gaya dan kreativitas unik Anda. Kami ingin menampilkan Anda dalam edisi mendatang majalah kami, yang menyoroti perjalanan dan karya Anda. Harap beri tahu kami jika Anda tertarik untuk diwawancarai dan difoto.

Salam hormat, Meena Rina Editor Senior, Majalah Style & Vogue

Jantung Charlotte berdebar kencang saat membaca email tersebut. Inilah kesempatan yang selama ini ia impikan, kesempatan untuk menunjukkan hasratnya kepada khalayak yang lebih luas. Ia segera mengetik tanggapan, mengungkapkan kegembiraan dan keinginannya untuk berpartisipasi.

Wawancara dan pemotretan dijadwalkan pada minggu berikutnya.Charlotte menghabiskan hari-hari menjelang wawancara dengan persiapan yang cermat. Ia memilih pakaian terbaiknya, memilih aksesori, dan melatih responsnya terhadap pertanyaan wawancara yang mungkin diajukan. Heidi dan Marima sangat gembira untuknya, memberinya semangat dan membantunya dalam persiapan.

Hari pemotretan pun tiba, dan Charlotte berjalan menuju studio dengan perasaan gugup sekaligus gembira. Saat masuk, ia disambut oleh Meena, seorang wanita tenang dan ramah berusia awal tiga puluhan.

"Charlotte, senang bertemu denganmu," sapa Meena hangat sambil menjabat tangannya."Kami sudah menantikan hal ini."

"Terima kasih banyak atas kesempatannya," jawab Charlotte, kegugupannya sedikit mereda.

Pemotretan berjalan lancar, fotografer menangkap esensi Charlotte dalam serangkaian bidikan yang memukau. Charlotte merasa percaya diri dan berseri-seri, hasratnya terhadap mode tampak bersinar. Wawancara pun dilakukan, dengan Meena mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam tentang perjalanan Charlotte, inspirasinya, dan tujuan masa depannya.

Saat wawancara berakhir, Meena mencondongkan tubuhnya sedikit, ekspresinya lebih personal. "Charlotte, kisahmu sangat menginspirasi. Aku bisa melihat seberapa besar kamu telah berkembang dan seberapa berdedikasinya kamu pada keahlianmu. Aku yakin kamu akan sukses."

Mata Charlotte berbinar karena rasa terima kasih. "Terima kasih, Meena. Itu sangat berarti bagiku." Ucapnya.

Saat meninggalkan studio, Charlotte merasakan kepuasan yang luar biasa. Ia tahu ini baru permulaan, dan ia bersemangat untuk masa depan.

Selama beberapa hari berikutnya, Charlotte kembali ke rutinitasnya dengan tujuan baru. Ia terus mencurahkan hatinya ke dalam blog fashion, mendokumentasikan pengalamannya, dan berbagi desainnya dengan para pembacanya yang terus bertambah.Teman-temannya tetap di sisinya, mendukungnya di setiap langkah.

Suatu sore, saat sedang mengerjakan posting blog baru, Charlotte menerima pesan dari Engfa. Karena terkejut, ia ragu sejenak sebelum membukanya.

Engfa: "Hai Charlotte, saya harap kamu baik-baik saja. Saya melihat artikelmu di Style & Vogue dan ingin mengucapkan selamat. Kamu tampak luar biasa, dan kisahmu sungguh inspiratif."

Hati Charlotte melunak mendengar pujian yang tak terduga itu. Ia menarik napas dalam-dalam dan menjawab.

Charlotte: "Terima kasih, Engfa. Aku menghargai itu. Bagaimana kabarmu?"

Engfa merespon dengan cepat

Engfa: "Aku baik-baik saja. Aku banyak memikirkan tentang percakapan terakhir kita. Sekarang aku sadar bahwa aku mungkin bersikap terlalu kasar. Maaf jika aku menyakitimu."

Charlotte membaca pesan itu dengan saksama, perasaannya campur aduk. Ia menghargai permintaan maaf Engfa tetapi tidak yakin bagaimana menanggapinya. Setelah merenung sejenak, ia memutuskan untuk jujur.

Charlotte: "Terima kasih sudah mengatakan itu, Engfa. Memang menyakitkan, tapi aku belajar banyak dari pengalaman itu. Sekarang aku fokus pada pertumbuhan dan kebahagiaanku sendiri."

Engfa: "Saya senang mendengarnya. Kamu pantas mendapatkan semua kesuksesan dan kebahagiaan di dunia ini. Mungkin suatu hari nanti kita bisa bicara lagi, sebagai teman."

Charlotte tersenyum lembut mendengar pesan itu. Ia menyadari bahwa meskipun rasa sakit karena penolakan itu sangat dalam, penolakan itu juga menjadi katalis bagi pertumbuhannya. Ia menjadi lebih kuat dan lebih bertekad.

Charlotte: "Mungkin suatu hari nanti. Jaga dirimu, Engfa."

Dengan perasaan lega, Charlotte meletakkan telepon genggamnya. Ia merasakan kedamaian baru, mengetahui bahwa ia telah melakukan yang terbaik untuk sembuh dan melangkah maju. Perjalanannya masih jauh dari selesai, tetapi ia siap menghadapi apa pun yang akan terjadi selanjutnya dengan keberanian dan keanggunan.

Seiring bergantinya minggu menjadi bulan, blog Charlotte terus berkembang pesat. Ia memperoleh lebih banyak kesempatan, berkolaborasi dengan influencer mode lainnya, dan bahkan mulai menggarap fashion busananya sendiri. Kerja keras dan dedikasinya membuahkan hasil, dan ia sangat bahagia.

Selama itu semua, Charlotte tetap bersyukur atas pelajaran yang telah dipelajarinya dan orang-orang yang telah mendukungnya. Ia tahu bahwa masa depannya cerah dan ia memiliki kekuatan untuk meraih mimpinya. Dengan hati yang penuh harapan dan tekad, Charlotte menyambut setiap hari baru, siap untuk menciptakan kehidupan yang benar-benar miliknya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Haiiiiii, jangan lupa vote dan komen, karena ada yang minta lanjut jadi autor lanjutin ya sayangku ceritanya. Semoga sukaaa❤️❤️❤️
Aduhhhh gasabar buat bab selanjutnya 🤯
Mohon maaf kalok ada salah kata Terimakasih sudah membaca 🥰🥰🥰
Love you all

Dinginnya Cinta (ENGLOT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang