Charlotte dan Engfa semakin dekat sejak hari itu. Hubungan mereka semakin kuat dan penuh kasih sayang, dan teman-teman mereka pun cepat beradaptasi dengan dinamika baru di antara mereka. Kedua gadis itu tak terpisahkan, dan ikatan mereka terlihat jelas bagi siapa pun yang melihat mereka bersama.
Pada suatu Senin pagi yang cerah, Charlotte dan Engfa tiba di sekolah bergandengan tangan. Mereka disambut oleh teman-teman mereka dengan senyuman hangat dan sapaan yang ceria. Hari sekolah dimulai seperti hari-hari lainnya, dengan kelas dan tugas yang membuat mereka sibuk. Namun, momen-momen yang mereka lalui di sela-sela kelas menjadi momen-momen terbaik dalam hari itu.
Selama istirahat pagi, Charlotte dan Engfa memutuskan untuk minum bersama. Mereka menuju ke kafe kecil di dekat pintu masuk sekolah, tempat mereka sering menghabiskan waktu mengobrol dan menikmati kebersamaan. Saat mereka berdiri dalam antrean, Engfa dengan lembut memegang tangan Charlotte dan meremasnya pelan.
"Aku sangat bahagia kita memiliki waktu bersama ini," kata Engfa, matanya berbinar penuh kasih sayang.
Charlotte tersenyum, mencondongkan tubuhnya lebih dekat. "Aku juga, Engfa. Setiap momen bersamamu adalah momen yang istimewa."
Mereka mengambil minuman mereka dan menemukan sudut yang tenang untuk duduk. Sambil menyeruput minuman mereka, mereka membicarakan rencana mereka untuk akhir pekan dan berbagi cerita tentang teman-teman mereka. Percakapan mengalir lancar, diselingi tawa dan tatapan penuh kasih sayang.
Ketika bel berbunyi, menandakan berakhirnya waktu istirahat, mereka dengan enggan kembali ke kelas. Sisa pagi berlalu dengan cepat, dan segera tiba saatnya makan siang. Charlotte dan Engfa bergabung dengan teman-teman mereka di meja biasa, di mana mereka disambut dengan campuran ejekan dan rasa ingin tahu yang tulus tentang hubungan mereka.
"Kalian berdua sungguh menggemaskan," kata Heidi sambil menyeringai. "Aku turut bahagia untukmu.
"Terima kasih, Heidi," sahut Charlotte sambil merasakan pancaran kebahagiaan yang hangat.
Saat mereka selesai makan siang, guru wali kelas mereka, Tuan Nguyen, memasuki kafetaria dan meminta perhatian semua orang.
"Selamat siang, para siswa. Saya punya pengumuman menarik," katanya sambil tersenyum lebar. "Minggu depan, kita akan pergi jalan-jalan. Kalian akan dibagi menjadi enam kelompok, dan setiap kelompok akan memiliki aktivitas dan tantangan khusus untuk diselesaikan.
"Para siswa bersorak kegirangan, dan Tuan Nguyen melanjutkan, "Ini kelompoknya: Marima, Heidi, Tina, Nesa, Engfa, dan Charlotte, kalian akan masuk ke Kelompok Satu."
Sorak sorai terdengar dari meja mereka saat gadis-gadis itu merayakan kebersamaan mereka dalam kelompok yang sama.
"Ini pasti seru sekali!" seru Tina sambil menepukkan kedua tangannya.
"Aku tak sabar," imbuh Marima, matanya berbinar penuh harap.
Engfa dan Charlotte bertukar pandang bahagia, gembira karena mereka akan menghabiskan lebih banyak waktu bersama dalam perjalanan itu.
Sisa hari sekolah diisi dengan obrolan tentang perjalanan yang akan datang. Di sela-sela pelajaran, teman-teman mendiskusikan apa yang ingin mereka lakukan dan lihat, dan bagaimana mereka berencana untuk mengatasi tantangan yang akan mereka hadapi. Kegembiraan terlihat jelas, dan bahkan para guru tampak ikut larut dalam antusiasme para siswa.
Saat bel pulang berbunyi, Charlotte dan Engfa berjalan pulang bersama-sama, tangan mereka saling bertautan. Matahari mulai terbenam, memancarkan cahaya hangat ke seluruh kota, dan mereka membicarakan betapa mereka menantikan perjalanan itu.
"Berada di kelompok yang sama akan menjadi hal yang luar biasa," kata Engfa, suaranya penuh dengan kegembiraan.
"Aku tahu. Aku tidak sabar untuk menghabiskan lebih banyak waktu denganmu dan teman-teman kita," jawab Charlotte sambil mencondongkan tubuhnya ke Engfa saat mereka berjalan.
Mereka tiba di rumah Charlotte, dan Engfa memeluknya erat sebelum mereka mengucapkan selamat tinggal.
"Sampai jumpa besok," kata Charlotte sambil mencium Engfa dengan cepat.
"Sampai jumpa," sahut Engfa sambil tersenyum hangat.
Saat Charlotte melihat Engfa pergi, ia merasakan gelombang kebahagiaan dan antisipasi. Perjalanan itu menjanjikan petualangan, tetapi yang lebih penting, itu adalah kesempatan lain untuk mempererat hubungan mereka dan menciptakan lebih banyak kenangan berharga bersama.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Haiiiiii, jangan lupa Vote dan Komen
Makasih buat yang udah baca sampai bab ini 😍, makasih juga buat yang selalu semangatin autor buat lanjutin ceritanya 🥰🥰
Love you alll ❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinginnya Cinta (ENGLOT)
RomanceCharlotte, influencer populer, masuk sekolah baru dan langsung menjadi pusat perhatian. Namun, ia justru tertarik pada Engfa, siswi pendiam yang misterius. Penasaran, Charlotte mencoba mendekati Engfa, dan seiring waktu, mereka membangun hubungan ya...