Special Part : Tempat Paling Romantis di Muka Bumi

1.5K 155 79
                                    

2017

Hujan baru reda, tapi karena cuma turun sebentar akhirnya malah membawa hawa panas lembab yang makin terasa.

Belum lagi aktivitasku saat ini yang kian memanas, suara desahanku beradu dengan derak kipas angin kamar kosku. "Aduh, sakit Sab. Jangan digigit, pelan-pelan aja."

Mbak Mayang memisahkan wajah kami yang saling memerah, menahan hasrat yang memuncak. "Masukin dan mainin lidahnya pelan aja ya, jangan digigit juga bibirku. Santai aja."

Aku mengangguk dan kembali mencium bibirnya, tanganku yang sedikit gemetar mulai meraba pelan pinggangnya, pahanya, punggungnya, lalu dengan memberanikan diri kuletakkan ke buah dadanya.

Kuremas sekali, dan Mbak Mayang kembali mengaduh. "Sakit sayang, aduh."

"Maaf? aku terlalu keras ya?" kuucapkan sambil tetap menatap penuh ke arah bibir kekasihku yang memerah dan menebal natural karena ciuman kami. Rasa panas dan manis sisa ciuman itu juga tertinggal di bibirku.

Ingin kurasakan lagi bibir Mbak Mayang yang beraroma cerry. Tapi aku ragu dan takut membuatnya tidak nyaman. "Maaf sayang, aku bikin kamu sakit dan nggak nyaman."

Dia mengelus rambutku dan mengecup keningku. "Nggak papa, emang lagi sensitif aja soalnya mau dateng bulan. Kamu bukannya mau ketemu temen-temen habis ini? aku pulang ya?"

Kupeluk erat tubuh kekasihku."Nanti dulu, aku masih mau kamu di sini."

"Sab, aku juga harus jemput Damar sama Sari." Aku langsung melepaskan pelukan itu saat Mbak Mayang menyebutkan nama kedua anaknya. Pikiranku langsung kalut dikuasai rasa cemburu lagi.

Kuraih kaos yang tergeletak di sisi kasur, lalu mengenakannya cepat. Aku lalu melangkah ke dekat jendela kamarku dan mulai menyesap batang rokok pertamaku. "Sayang, aku pulang ya?" Mbak Mayang mendekat dan memelukku dari samping.

"Aku kekanakan kan kalau cemburu dan marah?"

Aku tahu, Mbak Mayang akan selalu membawa kenangan masa lalunya seumur hidup. Karena dari pernikahannya dulu, ia punya dua anak dengan mantan suaminya.

Tapi kadang, aku kesal saat membayangkan ia pernah mencintai pria lain lebih hebat dariku? Mbak Mayang pernah bercinta dengan pria lain sampai punya dua anak. Hal itu terus menganggu pikiranku.

"Aku udah bilang dari awal, nggak mudah buat sayang dan nerima masa laluku kan Sab?"

Aku menghembuskan asap rokok dengan kasar. "Aku tahu, tapi aku sayang sama kamu Mbak. Sayang sampai mati." Kubuang rokokku, lalu kembali kucium bibir Mbak Mayang cukup lama.

"Aku sayang kamu," kubisikkan itu berulang kali di akhir ciuman kami.

Dia cuma tersenyum dan tidak membalas kalimatku. "Sayang, what's wrong?" Aku butuh mendengar ungkapan yang sama darinya.

"Nothing." Dia cuma melepaskan diri, lalu bersiap mencangklong tasnya.

"Mbak, tell me that you love me." Aku menahan tangannya yang bersiap pergi.

Dia mengelus pipiku dan tersenyum singkat. Sekilas kulihat kilat sedih di matanya. "Mbak, aku minta maaf. Aku janji nggak akan kesel atau cemburu nggak jelas lagi. Aku mau sama kamu selamanya. Please."

"Sab." Dia menghentikan usahaku untuk terus membujuknya.

"Mbak, aku udah dapet kerja bahkan sebelum wisuda. Aku nggak cuma bisa ngasih kamu cinta. Aku mau kamu percaya itu, aku bisa bantu kamu. Ngeringanin beban kamu, jadi sandaran kamu."

SABDA TITAH (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang