Andai melupakan perasaan sayang ke orang lain, segampang mengganti pesanan menu makan. Pasti nggak merepotkan.
Sejak ditolak secara tidak langsung oleh Bang Sabda, aku membaca berbagai tips move on di internet. Untuk saat ini aku baru mencoba melakukan dua poin yang tertulis di suatu artikel.
Yang pertama fokus pada diri sendiri, yang kedua adalah dengan gabung fanbase. Katanya, banyak orang yang berhasil move on lewat jalur fandom.
Jadi, selama berhari-hari aku berselancar di dunia maya dengan akun keduaku, untuk membahas hal-hal menarik yang dilakukan para idol.
Lucu, aku juga jadi bisa mendalami lebih jauh perasaan dan effort para Titahku buat karier dan hidupku selama ini.
"Ta, gimana persiapan single Lo selanjutnya? kapan workshop?" Albi yang duduk di sebelahku, dari tadi berusaha mengajakku ngobrol. Mengganggu keasikanku membaca teori-teori fans soal kisah asmara para idol.
"Udah, kemaren."
"Yah, kok Gue nggak tahu sih."
"Lo emang siapa sampai harus tahu detail jadwalnya Titah?" Ivone mengeplak kepala Albi dengan sebungkus rokok.
Aku, Bila, Albi, dan Ivone memang kebetulan sedang bisa kumpul bareng setelah sekian lama sibuk dengan kegiatan manggung masing-masing.
Kami coba-coba nongkrong di warung dekat kantor label. Harusnya aman, karena yang biasa makan di sini rata-rata pegawai kantoran yang nggak terlalu peduli dengan artis atau penyanyi.
"Ta, awas ketuker sama first account kalau mau repost-repost postingan." Bila menengok ke layar ponselku dari arah samping kiri.
"Sibuk apaan emangnya?" Albi juga ikutan cari tahu.
"Si Titah lagi jadi new army Al," terang Ivone.
"Army? militer? apa sih maksudnya?"
"Lo nggak bakal ngerti, ini tuh dunia fanbase fandom oppa korea. Army sebutan fans BTS."
"Astaga, emang apa serunya ikutan fanbase gitu?"
"Ya sama aja kayak kamu suka club bola. Lagian sejak aku ikutan beginian, aku jadi bisa lebih ngertiin Titahku. Tahu kalau fans itu banyak layer-nya." Aku menerangkan pada Albi yang masih memasang muka gagal paham.
"Eh, tapi Ta kalau di Titahku banyak nggak yang saling ribut adu hate?" Bila meluaskan topik yang lebih relevan buatku.
"Belum sih, semoga nggak akan pernah ya. Fanbase kamu gimana Bil? kalian juga aman kan?" Aku gantian memancing semua orang untuk bicara soal 'rumah' berkaryanya. Ya, buatku fanbase itu sudah seperti rumah bagi seorang idola. Mampu menerima dan menyimpan semua karya dengan baik.
"Alhamdulillah sih Ta, rukun-rukun semua seluruh Indonesia," jawab Bila.
"Sama, aku juga," ungkap Ivone.
"Di luar lingkup fanbase ya, artinya ini secara umum. Aku malah seneng kalau ada hate ke aku." Perkataan Albi membuat Ivone dan Bila melotot heran.
"Emang agak serem sih. Bang Sabda tuh juga pernah bilang, Lo belum seterkenal itu berarti kalau belum dapet hate comment, atau karya Lo nggak sebagus itu kalau belum dapet contra opinion." Aku melihat Albi yang mengangguk sepaham dengan kalimatku barusan.
***
Beberapa hari berlalu. Ucapanku di suatu sore soal hate comment, akhirnya beneran mampir ke hidupku.

KAMU SEDANG MEMBACA
SABDA TITAH (selesai)
ChickLitAku, Titah Cinta. Panggung demi panggung adalah duniaku, penuh tantangan yang harus kuhadapi tanpa ragu. Sebagai penyanyi aku terbiasa berdiri dengan penuh keberanian dan kepercayaan diri di bawah sorot lampu. Aku juga terlatih menghadapi banyak tat...