Part 6 : Masa depan itu seperti apa?

359 7 0
                                    

Sebuah notifikasi muncul bersamaan dengan dering handphone ku. Terlihat wajah seorang pemuda Arab dengan setelan jasnya, dari wajahnya terpancar kharisma yang kuat. Sejujurnya aku terpesona melihatnya, namun membayangkan perlakuan mas Anton padaku membuatku merasa jijik pada lelaki.
"Ini wajah mister Wahab. Jangan sampai telat, pastikan kamu dan mas Denis menyambutnya dengan baik" ucap pria itu dari pesan yang baru saja aku terima. Mas Denis? Pikirku didalam hati, Mungkin nama mas yang sedang nyetir ini. Aku bahkan tidak memperhatikan wajah orang yang berada didepan ku sebelumnya. Aku terlalu sibuk bermain dengan pikiran ku sendiri.
"Siap mas" ujar ku singkat.
Mobil sudah memasuki kawasan bandara, kamipun memasukin parkiran bandara. Kami berjalan menuju bagian kedatangan internasional, memandangi wajah orang - orang yang perlahan keluar dari pintu gerbang. Ternyata tidak ada satupun wajah mister Wahab yang turun.
Ternyata masih ada 30 menit lagi sebelum penerbangan dari Singapura baru akan mendarat, aku terduduk di kursi panjang didekat gate itu.
"Mbak dian, sini. Itu bukan orangnya?" Ujar mas denis padaku.
"Sepertinya betul mas, coba tunggu sebentar" ujarku sambil mencoba mendekati pemuda keturunan Arab itu.
"Excuse me, mister Wahab ?" Aku mencoba berbicara dengan orang yang berpostur tinggi besar itu.
"Yes?" Dia menoleh kearahku.
"I'm dian, mr. Anton send me here to pick you up" ucapku pada mister Wahab. Ini pertama kalinya aku berkomunikasi dengan seseorang dengan bahasa Inggris ku yang sangat terbatas.
"Oh, okay.. please wait a little longer. My friend still waiting for our bag. I came out first to find you guys, to make sure we get the accomodation to hotel like mister Anton told us before" ucap mister Wahab padaku.
"Oke sir, would you come and join us waiting in the coffee shop right there. It would be more comfortable than setanding here" ucapku menawarkan untuk menunggu ditempat yang lebih nyaman.
"Actualy miss dian, saya bisa berbahasa Indonesia" ucap mister Wahab sambil tertawa.
"Aku dulu punya pengasuh dari Indonesia, dan aku belajar beberapa bahasa dari beliau" ucapnya membuatku shock. Mas Anton bilang dia tidak bisa berbahasa Indonesia.
"Aku jadi malu nih mas" bisik ku pada mas Denis yang berada disebelahku.
"Hahaha... tuan Anton tidak bilang kepadamu soal ini?" Tanya mister Wahab padaku.
"Tidak pak, eh mister" ucapku padanya.
"Tidak apa - apa, santai saja" ucapnya dengan bahasa Indonesia yang terdengar kaku.
Tak berselang lama teman mister Wahab pun keluar, membawa beberapa koper diatas trolly barang. Mas Denis langsung inisiatif untuk mendorong trolly itu. Kamipun berjalan menuju depan. Dan mas Denis segera menuju parkiran setelah meletakkan trolly didekat bagian orang menunggu jemputan. Aku menunggu disana sambil berbincang dengan mister Wahab.
"This is the first time u come to Indonesia sir?" Ucapku mencoba berbicara padanya.
"Tidak juga, sudah ada beberapa kali eee.. aku pirgi dan pulang dari Indonesia".
"Baru beberapa bulan lalu, sekitar dua atau tiga bulan saya sudah lupa" ucapnya dalam bahasa Indonesia.
"Selamat datang di Indonesia sir, semoga saya bisa membantu anda dalam kunjungan kali ini. Kita akan langsung menuju ke hotel tempat nanti mister akan menginap" ucapku pada mister Wahab.
"Eee... kemarin tuan Anton bilang akan ada siapa itu nama, oh ya dian" ucapnya sambil berpikir. "Ee kamu akan ikut bersama kami selama kami di Indonesia katanya" ucap mister wahab padaku.
"Maksudnya mister?" Ucapku bingung.
"Itu tuan Anton cakap, kamu akan ikut sama kita selama kita disini.".
Aku shock mendengar perkataan itu. Namun hal lebih buruk apalagi yang akan aku alami ini? Aku benar - benar takut. Aku ingin kabur rasanya saat ini juga, namun aku memikirkan nasib mbak fani jika aku lari. Astaga Tuhan, berikanlah aku perlindungan. Gumamku dalam hati.
"I'm so sorry sir, i've got missunderstanding about mr. Anton instruction. I'll stay with you then" ucapku padanya.
"Tapi aku ga bawa pakaian ganti, ucapku pada mas Denis" ucapku pada mas Denis.
"Pak Anton ada pesan sih tadi, mbak fani ada beli beberapa baju buat mbaknya. Kayaknya di bagasi belakang deh" ucap mas Denis padaku.
"Tidak apa dian, kalau perlu kita belanja dulu sebelum ke hotel" ucap mister Wahab padaku.
"Ga perlu mister, aku pakai yang ada saja" ucapku padanya.
Kami pun berjalan menuju hotel yang sudah di booking mas Anton, sebuah hotel elite yang sering menjadi tempat dia menginap dulu. Hotel yang cukup mewah di kota ini.
Aku pun ikut turun bersama tamu mas Anton ini, ikut berjalan keatas bersama mereka.
"She is your wife mister?" Ucap mbak resepsionis ketika melirik kearahku.
"Yes she is" ucap mister Wahab untuk mengonfirmasi ulang booking kamar hotel tersebut. Ternyata semua sudah di atur oleh mas Anton. Aku hanya bisa pasrah dan ikut naik keatas. Kamar yang dipesan ada dua, namun kami bertiga berkumpul dalam satu kamar yang sama, aku sudah membayangkan hal yang akan terjadi selanjutnya. Mempersiapkan mentalku untuk menghadapinya.

Berawal dari putus cinta, berakhir menjadi wariaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang