Baekhyun keluar dari kelas bersama teman-temannya. Hari ini sekolah berakhir disore hari, bahkan mataharipun tampak bersinar dan memantul ke wajahnya, Baekhyun mengerjapkan mata lalu melengoskan wajahnya sebab sinar matahari menganggu pandangan.
"Baekhyun, apa kau telah memutuskan untuk masuk universitas apa?". Tanya temannya sembari mengalukan tangannya pada bahu ke Baekhyun.
Ah,universitas ya?
Baekhyun sampai lupa sebab kesibukannya akhir-akhir ini. Baekhyun memikir sebentar, sebenarnya ia sudah memilih universitas yang akan ia tuju. Keluarganya juga mendukungnya. "Harvard". Singkatnya.Universitas Harvard salah satu kebanggaan semua orang, termasuk dirinya. Jadi, tidak salahkan ia memilih Harvad menjadi jenjang sekolah selanjutnya?
"Serius?! Kau serius?!". Cerca salah satu temannya memakai cardigan putih tulang. Ia tidak percaya kalau Baekhyun memilih Harvad menjadi tujuan berikutnya. Memasuki Harvad sunggulah sulit, hanya anak-anak terpilih yang dapat bersekolah disana. Tapi, ketika ia mengingat anak seperti apa Baekhyun, tentu ia tidak akan menganggapnya remeh.
Baekhyun mengangguk, "Aku akan pergi ke Harvard. Aku sudah menyiapkan semuanya dari awal".
Dua temannya bertambah tidak percaya, lihatkan, manusia ambisius seperti ini tidak bisa di anggap remeh, kan.
"Wah, sepertinya kau memang bagus memasuki Harvard. Apa boleh buat jika seperti ini".
Diangguki oleh salah satunya, "Mungkin aku akan pulang kampung, Hongkong. Aku akan melanjutkan dikampung halamanku, terdengar menyenangkan". Sambungnya.
Baekhyun menangguk, asal itu aktivitas baik haruslah menyenangkan.
"Mungkin aku akan sambil berkerja juga. Aku penasaran sekali dunia bisnis". Ucap Songjun --- temannya berambut cepak dan bermantel dingin itu jenaka, bahkan sambil terkekeh."Terserahlah, asal tidak merugikan". Sambung Baekhyun pelan.
Terdengar suara jentikan jari, Junghoon menatap sumringah ke arah Songjun dan Baekhyun. "Aku lupa, restoran kakak iparku mengeluarkan menu baru. Aku akan mengundang kalian untuk mencicipinya. Mau datang, tidak?".
Songjun melebarkan matanya, Lalu merangkul temannya itu dengan semangat, "Ajak aku, tau sekali aku sedang lapar kau".
Junghoon senyum dengan lebar, lalu memukul balik bahu Songjun semangat. Temannya yang ini memang selalu bisa ia andalkan. Lalu, keduanya menatap Baekhyun, menunggu jawaban laki-laki dingin ini.
Baekhyun mendengus lalu mengangguk pasti, "Baiklah, waktuku juga senggang, aku bisa da----".
"Baekhyunie!!".
Sungjun dan Junghoon serempak menoleh ke belakang, begitu juga dengan Baekhyun membalikan tubuhnya dengan pelan.
Baekhyun lupa, waktunya tidak cukup senggang. Disana ia melihat Kyungsoo tengah berlari kecil menghampir. Wajahnya tenggelam karena syal tebal di lehernya.
Ketika Kyungsoo sudah berada di depannya, Baekhyun menundukan pandangannya, sedikit heran sebab Kyungsoo tidak mengenakan mantel dingin. Rasanya Baekhyun ingin mencercanya sekarang, tapi ingat ada kedua temannya disini. Dimana otaknya, cuaca sedingin ini.
Cuaca sudah memasuki musim dingin, tepatnya sudah memasuki bulan Desember --- natal. Artinya sudah hampir enam bulan Baekhyun menjadi guru privat belajar gadis itu.
Setelah mengenalnya selama ini, Baekhyun sangat heran dengan kelakuan Kyungsoo, gadis gila yang kelakuannya tidak pernah masuk akal, sangat menguras tenaga.