DECIDED XI: Choose

3 1 0
                                    

***

        𝐏𝐈𝐍𝐓𝐔 berderit ketika Astra menyambut mentari yang baru saja bersinar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        𝐏𝐈𝐍𝐓𝐔 berderit ketika Astra menyambut mentari yang baru saja bersinar. Bayi mungil setia di gendongan nya, hari demi hari bayi tersebut semakin tumbuh besar. Sementara Astra belum tahu keberadaan nyonya Arnoland.

Astra melihat sebuah amplop undangan mewah di teras nya. tangan lentiknya memungut lembaran kertas dengan ukiran mewah tersebut, membaca satu demi satu hurufnya. Dirinya sedikit terkejut ketika undangan tersebut ditujukan untuknya.

Undangan dari Keluarga Kerajaan Timur. Dahi gadis muda tersebut mengernyit, ia hanya rakyat biasa yang tinggal di ujung pedesaan. Mengapa bisa ia mendapatkan undangan dari Keluarga kerajaan.

    'With respect, we are looking for a talented girl who plays the piano.'

Astra mulai tertarik dengan undangan tersebut, keinginan nya untuk menjadi pemain piano terkenal yang selama ini ia dambakan. Ia akan mengikuti kompetisi tersebut.

Dirinya menitipkan bayi Arnoland ke tetangga nya, langkah nya terburu-buru melanjutkan perjalanan ke tengah kota untuk datang ke Kerajaan timur.

Hingga Astra lupa memberitahu kepergian nya kepada Nic karena terlalu bersemangat untuk mengikuti kompetisi tersebut. Langkah nya begitu semangat tanpa tahu ada seseorang dengan kuda putih mengawasi nya sedari tadi.

Kau hanya milikku Astra, bukan Haeden!

Nic terbangun dengan kondisi pintu rumah terbuka, dirinya mengelilingi rumah kecil tersebut mencari keberadaan sang Kakak yang hanya berkata memberi makan bayi Arnoland.

"Kak.. Kak Astra." Panggil Nic kepada sang kakak.

"Kak Astra, Kakak dimana?"

Nic dapat mendengar pintu depan rumahnya diketuk oleh seseorang, itu tetangganya.

"Nak, tadi pagi nak Astra menitipkan bayi ini. Nak Astra berkata jika Nic sudah bangun, titipkan saja kepada Nic."

"Nak Astra berkata dia akan pergi menuju kota" Kata tetangga nya kepada Nic, menaruh perlahan tubuh bayi mungil di atas tempat tidur.

"Terimakasih nyonya, maafkan Aku dan Kakak karena merepotkan mu"

Wanita paruh baya tersebut menggeleng sembari tersenyum ke arah Nic. "Bukan masalah besar nak Nic, nyonya pamit dulu"

Sepeninggalan nyonya tersebut, Nic menggendong bayi mungil tersebut di pelukan nya. Terus berusaha menghibur bayi mungil yang ada di pelukan nya tidak menangis. Nic khawatir mendengar sang kakak pergi menuju tengah Kota.

Nic menunggu sang kakak hingga hari menjelang sore, dirinya memilih mencari makanan untuk di makan malam bersama sang bayi mungil.

Sesekali dirinya memikirkan bagaimana kondisi sang Kakak disana, dirinya ingin sekali menemui Haeden. Hanya Raja Kerajaan Barat itu yang menghantui pikiran Nic, Ia ingin pergi ke seberang dan meminta bantuan Haeden.

DECIDE: Greed Make The MiseryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang