#29. Tiada

7 2 0
                                    

Halowww

Apa kabar kalian?? Semoga baik 🤗

Masih dengan sama, tanpa pemeran utama. Mau jadi Anara? Tapi jangan Tiada sebelum waktunya ya.

Selamat datang kembali, terima kasih telah menyempatkan waktu untuk mampir 🤗

********

"Waktu, apa tidak bisa di putar?"

-anonim

********

Banyak hal tentang kehidupan yang telah di ajarkan, tentang rasa ikhlas, menerima, dan memahami. Banyak hal juga tentang rasa kecewa, berat hati dan sedih. Tentang Anara Shevaya Wiratama, katanya yang memperhatikan gundukan tanah juga mereka yang ada di sekitar makam itu dari jauh.

“Gue kecewa sama Lo” ujarnya lirih, pergi dari sana tanpa menghampiri dan ikut menangis tersedu seperti mereka keluarga yang ditinggalkan.

Juga tentang ia yang mengetahui, dan kata “Maaf” yang hanya terucap dalam batin.

Ingin apa? Jika Naya di beri pertanyaan seperti itu mungkin ia akan menjawab “Ingin di beri kesempatan sekali lagi, untuk melihat ia hidup lebih lama”

Anara Shevaya Wiratama, kata mereka yang datang dengan banyaknya ucapan bela sungkawa “Terima kasih, telah menjadi sumber bahagia kami”

Dan jangan lupakan juga janji antara sahabat yang dulu pernah terucap dari keduanya “Bahagia Naya, bahagia Anara juga”

“Kenangan basi” batin Naya, bohong? Bohong untuk apa? Memang basi kan? Tidak akan terpakai lagi. Tidak akan terucap dari seseorang yang sekarang bahkan tak bisa melihat dunia.

“Ash, kami pulang dulu ya” ujar Clara menepuk pelan pundak Asheva.

Diangguki oleh sang empu dengan mata sembab “Hati-hati ya kalian” ujarnya lirih hampir tak bersuara.

“Tante, saya pulang dulu ya” ujar Elvano yang ada di sana bersama Nafisha tentunya. Dan juga mereka yang satu persatu mengirim karangan bunga, entah itu dari penggemar, grup ke penulisan, teman kampus, bahkan orang-orang baik yang sedang berjuang dan telah di bahagiakan oleh seorang Anara Shevaya Wiratama.

-Plot twist terbesar dalam hidup adalah, ketika hal tidak di sangka terjadi tanpa ada aba yang menggelitik di telinga.

“Kalian lebih baik pulang, untuk istirahat lagian udah sore juga” pinta Wira pada Naya yang masih terdiam setia duduk di sana, di temani oleh Navaro yang dari tadi juga setia mengusap punggung Naya dengan lembut.

“Om, sama Tante juga. Biar istirahat” jawab Navaro, melihat wajah lelah mereka yang ditinggalkan.

Dari kejauhan sana juga ada mereka yang memperhatikan dengan baik, tanpa ada celah.

“Tega ya”

“Mau gimana lagi, takdir udah berkata A apa bisa kita ubah jadi Z?”

“Ya ngak begitu kali jawabnya, santai aja”

“Lah yang nge gas siapa, yang ngamok siapa? Lagian ya takdir hanya bisa kita rubah menjadi B atau C, yang mengibaratkan bahwa itu langkah dekat tapi terlihat jauh”

Nothing Same Person (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang