Diantara KITA 🤗

167 42 9
                                    

Sebelumnya, Freen butuh beberapa hari untuk mencerna semuanya, sehingga tercipta jarak antara dirinya dan Becky. Becky menghargai kebutuhan Freen akan ruang, meskipun hal itu menyakitkan baginya karena ia sangat merindukan wartawan itu. Akhirnya, Freen memutuskan bahwa ia siap untuk bertemu Becky lagi, tetapi sebelum ia sempat, ia diculik oleh seseorang yang secara khusus mengincar Becky. Namun, anggota The Club selangkah lebih maju, berhasil melacak lokasi Freen dan menyelamatkannya sebelum terjadi bahaya.

Becky, LH, dan Jas duduk di ruang tunggu The Club yang remang-remang, menunggu dengan cemas kru lainnya tiba bersama Freen. Ketegangan di ruangan itu terlihat jelas. Becky tidak bisa duduk diam; dia mondar-mandir, pikirannya berpacu dengan campuran harapan dan ketakutan. Harapan untuk melihat Freen aman dan sehat hampir tak tertahankan. Dia perlu melihat Freen, memeluknya dan tidak pernah melepaskannya lagi.

Setiap derit bangunan, setiap suara yang jauh membuat jantungnya berdebar kencang. Pikiran Becky seperti angin puyuh. Di tengah kecemasannya, kekhawatiran yang mengganggu menggerogoti dirinya: bagaimana jika Freen membencinya karena membawanya ke situasi berbahaya ini? Bagaimana jika dia menyalahkan Becky karena membahayakan nyawanya? Pikiran itu hampir terlalu menyakitkan untuk ditanggung, tetapi Becky tahu dia harus menghadapi kemungkinan itu pada akhirnya.

Dia melirik LH dan Jas, yang berusaha sebisa mungkin untuk tetap tenang. Jas terus memeriksa ponselnya untuk mengetahui kabar terbaru, sementara LH duduk diam, wajahnya seperti topeng tekad yang terfokus. Becky menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Dia tahu bahwa satu-satunya fokusnya saat ini adalah keselamatan Freen. Segala hal lain bisa menunggu. Dia harus memastikan Freen juga terlindungi dari ancaman apa pun di masa mendatang.

Seolah alarm telah berbunyi, bunyi ping lift berbunyi, menandakan kedatangannya. Jantung Becky berdebar kencang saat ia bergegas menuju pintu, napasnya tercekat di tenggorokannya. Ia menyaksikan dengan napas tertahan saat pintu bergeser terbuka perlahan, memperlihatkan orang-orang di dalamnya.

"Dia aman. Aku sudah memastikannya," Dr. Stacy meyakinkan Becky saat mereka keluar dari lift. Becky melihat Danny berjalan ke arahnya, hendak berbicara, tetapi dia tiba-tiba didorong ke samping oleh Mills sambil berkata tegas, "Tidak sekarang."

Dan di sanalah dia berada. Freen muncul dari lift, tampak agak pucat, yang langsung membuat Becky waspada. "Hai," sapa Becky lembut saat mata mereka bertemu. Melihat Freen lagi, bahkan dalam keadaan seperti ini, membawa rasa lega yang luar biasa. Dia sangat merindukannya, dan kehadirannya lagi terasa tepat. Namun, dia tidak berani mengatakan apa pun lagi atau bahkan bergerak, tidak yakin bagaimana perasaan Freen saat itu.

Namun Freen mendongak, menatap mata Becky, dan saat itu juga, semua kekhawatirannya sirna. Ia merasakan kekhawatiran di mata Becky dan tahu bahwa ia perlu meyakinkannya. Sambil melangkah maju dua langkah lebar, Freen melingkarkan lengannya di pinggang Becky. "Hai," jawabnya selembut sentuhannya.

Becky tidak membuang waktu untuk membalas pelukan itu, menarik Freen seerat mungkin. "Maafkan aku," bisiknya, suaranya bergetar karena emosi.

"Itu bukan salahmu," jawab Freen, nadanya lembut dan meyakinkan.

"Memang. Mereka menargetkanku dan mengejar orang-orang yang kusayangi," Becky mengaku, dengan nada sedih dalam suaranya.

"Jadi kamu peduli padaku?" goda Freen, mencoba mencairkan suasana.

Becky terkekeh mendengar komentar Freen. "Aku benar-benar peduli padamu," jawabnya sambil tersenyum, membungkuk untuk memberikan kecupan kecil di dahi Freen.

ORANG ASING DI TENGAH MALAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang