Hari Akhir Untuk Dunia

6 2 0
                                    

Alwi terbangun di tempat yang gelap. Dia melihat ke banyak tempat. Hanya ada kegelapan dimana-mana. Merasa ingin menghindari kegelapan yang absolut. Alwi mencoba berlari maju ke depan dengan napas yang terengah-engah. Sudah tak terhitung jaraknya dia berlari. Alwi tidak menemukan jalan untuk keluar dari kegelapan.

Hingga kemudian secara tiba-tiba Alwi sedang berada di dalam kelas yang berisik. Sebuah kertas yang dibentuk menjadi bola mendadak jatuh ke atas kepalanya. Penasaran dengan datangnya benda tersebut. Alwi mencoba menoleh dan menemukan orang-orang yang dia benci selama masa SMP.

***

Dengan keringat yang bercucuran. Alwi terbangun di sebuah kursi yang terletak di koridor rumah sakit. Ada banyak orang datang dengan mondar-mandir tanpa memperhatikan Alwi yang sedang tertidur. Dengan memegang kepalanya yang terlihat sakit. Alwi baru saja mengingat alasan kenapa dirinya berada di rumah sakit.

Tiga jam yang lalu, Alwi berlari demi datang ke rumah sakit di tengah kota setelah mendengar kalau kakak perempuannya mengalami keracunan setelah memakan ikan.

Merasa kelelahan setelah ada banyak hal yang terjadi. Alwi memutuskan untuk berdiri dari kursi rumah sakit. Dirinya kembali memikirkan tentang kondisi keluarganya. Dia berjalan ke sebuah kamar yang terletak di sudut koridor lantai dua.

Alwi dengan cepat menemukan kalau kedua orang tuanya sedang tertidur di samping Manda. Di tempat lain, tepatnya di dekat jendela. Alwi melihat Rafli yang masih fokus mengetik di depan laptopnya. Dia tidak ingin mengangguk kakak laki-lakinya itu. Sebab dia tahu, kalau kakaknya sedang mengejar pekerjaan dari penerbit.

Jam di dinding menunjukkan pukul hampir dua belas malam. Alwi mencoba menghabiskan waktu malamnya dengan berjalan-jalan di sekitar rumah sakit. Perhatian Alwi teralihkan dengan dua mobil ambulan yang datang perlahan.

Seorang perawat dengan tergesa-gesa menghampiri mobil ambulan yang baru saja datang. Buku catatan yang dia pegang sampai terjatuh ke lantai dan membuat perawat itu kembali untuk mengambil buku catatan miliknya. Sesampainya di depan mobil ambulan dia mengatakan kalau sudah tidak ada lagi tempat ruang untuk merawat para korban yang keracunan.

Sopir dari ambulan tersebut meminta solusi dari hal itu. Perawat segera mengambil ponsel dari sakunya dan menelepon seseorang dengan wajah yang panik. Kemudian panggilan teleponnya diangkat dan dia mengangguk sambil mendengar instruksi tersebut.

"Kata kepala rumah sakit. Kalian bisa membawa korban lainnya ke rumah sakit di kota seberang pegunungan lainnya. Masih ada banyak tempat disana," jelas si perawat kepada sopir ambulan, "Kepala rumah sakit sudah menjelaskan situasinya kepada rumah sakit disana. Mereka setuju untuk memberikan ruang rawat inap."

Mendengar intruksi yang diberikan oleh perawat membuat sopir dari kedua mobil ambulan pergi dari rumah sakit. Dengan keadaan yang tergesa-gesa, para sopir harus segera sampai ke kota sebelah.

Alwi yang melihat itu langsung melanjutkan kegiatan isengnya untuk mengelilingi rumah sakit. Sebab dia sulit untuk kembali tidur walau saat ini sudah menunjukkan tengah malam.

Disaat Alwi sudah sampai di gedung rumah sakit bagian barat. Dia menemukan kantin rumah sakit yang masih buka dan dipenuhi banyak orang. Disana ada beberapa pekerja rumah sakit, perawat, dokter dan keluarga dari para korban keracunan. Semuanya berbaur dengan kesuraman di wajah mereka.

Merasa sedikit lapar. Alwi bergerak ke arah kantin yang menjual beberapa potong roti. Dia membeli dua potong roti dengan teh hangat. Setelah itu, dia memilih kursi kosong yang terletak di sudut kantin.

"Kudengar ilmuwan terkenal itu akan kembali kesini besok."

Seorang perawat menyambar topik, "Pak Dika yang pernah menjadi dokter di sini?"

Heat ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang