Dua Orang di Akhir Dunia

6 2 0
                                    

Sudah satu minggu telah berlalu. Kota Mekar Jaya yang sebelumnya dipenuhi oleh kedamaian dan nuansa pemandangan indah telah berubah menjadi tempat mengerikan. Alwi terbangun dari tempat tidur setelah matahari perlahan memasuki kamarnya.

Rasa kantuk yang berat membuat Alwi ingin sekali kembali memeluk bantal serta bermalas-malasan di sepanjang hari. Sejak kejadian di rumah sakit, Alwi sudah hidup sendirian di rumah neneknya. Sebab sejak kejadian itu, dia sudah tidak melihat neneknya lagi.

Terasa sunyi dan sepi tanpa adanya suara kendaraan. Dalam film tentang kiamat yang sering Alwi lihat. Seharusnya pada bencana seperti kiamat zombi, kota Mekar Jaya sudah gelap gulita tanpa adanya listrik. Hal ini membuat Alwi penasaran, mengenai keadaan di luar kota. Alwi menduga kalau di luar kota masih terlihat baik-baik saja.

Memandangi semua yang terjadi. Alwi merasa akan sangat bodoh jika dia tidak beraktivitas untuk mencari tahu cara keluar dari kota ini. Apalagi dia masih terlalu takut saat dikejar oleh zombi perempuan dengan kecepatan luar biasa pada hari pertama.

Alwi segera turun dari tempat tidurnya. Tidak lupa dia membuka kunci pintu kamarnya untuk berjaga-jaga. Dia bergerak dengan cepat menuruni tangga dan memeriksa pintu depan. Untungnya pintu itu masih terkunci rapat. Untuk sesaat, ada bayangan kecil di kepalanya kalau kumpulan zombi yang ada di luar rumah bisa mendobrak pintu dengan bersama-sama.

Mencoba menggoyangkan sofa berat yang dijadikan penghalang di pintu. Alwi yakin kalau sofa itu bisa menahan pintu. Berkat hal itu, dia mencoba menghilangkan pikiran negatif terkait kematian yang sudah di depan mata.

Tubuh Alwi bergerak ke sudut ruangan dengan papan yang sebelumnya dipasang di dinding pada beberapa hari lalu. Papan itu dipenuhi coret-coretan yang ditulis oleh Alwi mengenai sisa bahan makanan, menghadapi akhir kiamat seperti dalam film dan perkembangan zombi dari hari ke hari.

"Hm...." gumam Alwi menatap semua catatan itu.

Alwi baru menyadari catatan mengenai mie instan yang tersisa di rumah neneknya sudah ingin habis. Dengan garuk-garuk kepala, Alwi harus segera bersiap-siap untuk kembali pergi keluar rumah untuk mencari perbekalan. Tanpa berpikir panjang, Alwi langsung menuju kamar mandi. Dia mencuci wajahnya agar terlihat segar di pagi hari.

Dia langsung bergerak ke dalam kamar. Alwi mengambil tas besar. Tidak lupa mengambil sebilah pisau yang tergeletak di atas meja. Dia memang belum pernah melawan zombi dengan pisau tersebut. Namun, dia selalu membawanya untuk siap siaga jika ada sesuatu yang tidak diinginkan.

Merasa perlengkapannya sudah selesai. Alwi berjalan ke arah jendela kamarnya. Tangannya mengulur tali demi mengeluarkannya ke bagian dunia luar. Alwi merasa kalau menggunakan tali sebagai sarana pintu-keluar masuk jauh lebih baik daripada harus membuka kembali pintu depan yang sudah tertutup rapat.

Seusai menginjak tanah. Alwi langsung bergerak mengendap-endap untuk tidak membuat keributan agar tidak menjadi sorotan zombi ganas. Sebenarnya Alwi menamai zombi yang bersifat unik sebagai zombi ganas. Sebab tindakan mereka sangat tidak mencerminkan zombi dalam film yang Alwi tonton.

Jarak dari tempat Alwi menuju supermarket yang sebelumnya dia kunjungi sekitar kurang lebih satu kilometer. Dia tentu akan kesana setelah beberapa hari lalu, Alwi menjarah warung-warung kecil yang sangat dekat dengan rumah neneknya.

Untungnya dalam perjalanan menuju supermarket, Alwi tidak mendapatkan banyak rintangan. Sebab dia sempat berpikir akan bertemu zombi yang menghalangi perjalanan. Dengan cepat, Alwi berdiri di depan supermarket yang terlihat sangat berantakan.

Alwi kembali mengendap-endap untuk memeriksa apakah ada zombi di dalam supermarket. Karena itulah, Alwi mendorong pintu kaca dengan sangat hati-hati agar tidak menciptakan keributan.

Heat ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang