Monster (Bagian 2)

6 2 0
                                    

Membicarakan tentang pistol. Monika sebenarnya selalu ragu untuk memberikan senjata itu kepada orang lain. Bukan hanya benda itu berbahaya. Namun, benda itu, bisa saja membunuhnya suatu waktu. Karena itu, ketika memandang Alwi, Monika yakin kalau Alwi tidak akan mengarahkan moncong pistol ke arah manusia seperti dirinya.

Melihat situasinya, Monika yakin jika senjata itu jatuh ke orang yang berada di depannya akan sangat membahayakan. Dia masih ingat dengan ucapan para anak-anak yang dilontarkan pada beberapa hari lalu.

"Woi bangsat! Mana pistolnya!" seru pria berkacamata.

"Ada yang aneh dengan pria itu," bisik Monika pada Alwi, "Lihat lehernya. Ada bekas gigitan disana. Namun, mengapa pria itu tidak berubah menjadi zombi?"

Alwi mengangguk setuju setelah diberitahu oleh Monika.

Pria itu mengerutkan dahinya. Selanjutnya dia tertawa terbahak sambil memegang lehernya yang terasa seperti ada bekas gigitan disana. Dia menjelaskan kalau sebelumnya dia terlibat dengan pertarungan manusia gila. Tentu saja, dia mengaku kalau sudah membunuhnya.

Mendengar kata 'manusia gila' yang diucapkan oleh pria itu. Membuat Alwi mengerti dengan cepat. Orang yang ada di depannya menyebut makhluk zombi itu dengan istilah tersebut.

Monika mencoba mengulur waktu, "Serius. Gue rasa lu cuma salah paham disini. Kami hanya bertarung melawan zombi menggunakan pisau. Tidak ada yang menggunakan pistol disini."

"Lu pikir gue goblok, ya?" desak si pria, "Gue cuma berjarak lima belas meter dari sini saat tembakan itu terdengar. Hanya ada kalian disini.'

"Bisa kita mendinginkan kepala terlebih dulu? Memangnya apa yang sejak tadi lu lakuin?"

"Membantai para orang gila itu. Apa lu gak lihat pakaian gue ini?"

"Padahal lu jelas-jelas digigit. Lalu kenapa lu gak berubah seperti mereka?"

Pria itu mengangkat kedua bahunya, "Entahlah? Mungkin ini adalah berkah Tuhan karena penindasan yang dia lakukan selama ini."

Monika melirik ke arah Alwi, "Pistol tadi masih sama lu, 'kan?"

Alwi mengiyakannya. Pistol itu diselipkan ke kantong belakang celana Alwi. Memandangi situasi yang terasa begitu tegang membuat Alwi menghembuskan napas berat.

Secara mengejutkan pria berkacamata langsung berlari mendekati Alwi dan Monika. Ketidaksiapan Alwi dan ketidakwaspadaan Monika membuat Alwi terjatuh ke tanah dan membuat pistol itu terpental ke sebelah kanan.

"Udah gue duga!" teriak pria berkacamata.

Alwi langsung beranjak dari tanah. Dia berusaha untuk mengambil pistol yang diberikan oleh Monika. Disaat Alwi ingin menggapai pistolnya, pria berkacamata langsung menendang Alwi dengan kuat hingga Alwi menubruk pagar besi. Monika yang tidak tinggal diam langsung melemparkan pisaunya ke arah pria berkacamata.

Pria berkacamata berhasil menghindari lemparan pisau Monika. Dia melihat wajah Monika sambil tersenyum mengangkat kedua sudut bibirnya. Pria itu mengaku tertarik melihat lemparan pisau dari Monika. Alih-alih pria itu mengambil pistol yang ada di depannya. Dia berjalan ke arah pisau yang dilempar Monika dan memungutnya.

"Lu sangat membuat gue kesal. Mungkin Tuhan memang selalu membenci makhluknya yang lemah ini," ungkap si pria berkacamata.

Monika bersiap dengan pisau baru di kedua tangannya, "Jadi, siapa nama lu?"

"Gue gak terima pertanyaan dari orang yang bakal mati."

Pria berkacamata langsung berlari ke arah Monika. Tangan kanannya langsung tertusuk pisau Monika. Anehnya wajah pria itu tidak terlihat kesakitan. Dia hanya menyeringai dengan lebar dan menendang perut Monika hingga menghantam pagar kayu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heat ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang