Chapter 3: Sucks.

88 44 2
                                    

Fiona sampai dirumahnya. Sepi, pikirnya.

Bagaimana tidak sepi, Fiona hanya tinggal dengan adiknya, Kenya. Jika Kenya keluar atau menginap otomatis, Fiona sendirian.

Fiona melempar tasnya sembarang. Dia menyalakan tv. Tidak ada yang seru. Karena bosan, Fiona pun mengambil ponselnya.

To: Ernest.

Nest, kau pasti bosan dirumah, ya kan? Temenin jalan dong, aku bisa mati karatan dirumah nih.

Sent.

Beberapa menit kemudian ponsel Fiona bergetar.

From: Ernest.

Lha punya temen jomblo mah ribet. Ke tempat biasa aja, ajak yg lain, k?

Fiona langsung membalas pesannya,

To : Ernest

Ngomongnya sih temen, tapi masih ngebully aja y. Ajak saja, 15 menit y gapake lama.

Sent.

~~~

Pukul 07.12 P.M

“Geez! Mereka dimana? Kita sudah menunggu disini selama 30 menit. Tapi mereka belum datang juga!" Dumel Fiona.

Ernest memutarkan matanya, “Sabar, Fiona. Mereka pasti-wait! Itu mereka dan ada Renathan!"

Oh, great. Mereka semua membawa pasangan.

Allison bersama Andrew, Harifa bersama Presta dan Ernest bersama Renathan. Mereka semua berpasangan-oh, wait! Fanya! Fiona menoleh ke kanan dan ke kiri mencari Fanya. Tapi sia-sia. Kayaknya Fanya tidak ikut. Fiona menghela napas, pasrah.

Pasrah karena hanya dia sendiri yang belum mempunyai kekasih disini. Sucks.

“Fiona! Astaga! Apa kau menunggu lama? Aku harap tidak," Ucap Allison sambil menebarkan senyumnya.

“Menurutmu? Sudahlah, kalian duduk dulu. Kita pesan makanan. Kau tau, kalian lama sekali dan perutku sudah berbunyi lebih dari seratus kali." Balas Fiona.

“Oh, ini dia. Drama queen is back, people!" Sambar Presta. Mereka semua pun tertawa.

Selesai makan, mereka semua menonton bioskop. Dan seperti biasa, Fiona sendiri. Karena Fiona sendiri–tidak mempunyai pasangan– Fiona memesan kursi di dekat tangga.

“Guys, aku di dekat tangga aja, ya." Ucap Fiona.

Teman-temannya mengerutkan dahi mereka. “Memang kenapa?" Tanya Ernest.

Fiona menggeleng dan mengangkat bahunya, “Tidak apa-apa. Hanya ingin dekat dengan tangga." Dusta Fiona. Okay, ini memalukan–tidak, tidak, ini sangat memalukan! Nonton bioskop sendiri? Dekat tangga? Astaga, ini sudah kelewatan batas. Mana ada orang yang nonton bioskop sendirian? Pft. Ini sangat memalukan. Dimana Darrel? Kenapa dia tidak datang? Bukankah dia juga diundang? Oh, great. Sekarang aku memikirkan Darrel.

“Fiona? Apa kau mendengarkan aku? Fionaa!" Panggil Allison yang membuat Fiona balik ke dunia kembali. Eh?

“Huh? Kenapa? Ada apa?"

“Kursi di dekat tangga semuanya sudah di pesan sama orang lain. Ada nya dua disebelah tangga. Kau mau atau tidak?" Tanya Allison. Tambah memalukan.

“Ya, ya. Itu lebih bagus."

Setelah memesan tiket, mereka pun masuk ke auditorium ke 3. Btw, ini nonton apaan? Hih, gara-gara pusing sama masalah jomblo jadi lupa semua, deh. Memalukan.

“Guys, kita nonton apa, ya?" Tanya Fiona kepada temannya. Setelah semuanya sudah di tempat duduknya masing-masing, barulah Andrew menjawab pertanyaan Fiona.

“Kau ini dari tadi kemana aja, huh? Kita akan nonton The Fault In Our Stars."

Fiona mengerutkan dahinya, “The Fault In Our Stars? Bukankah itu film drama?" Tanya Fiona lagi.

Renathan memutarkan matanya, “Astaga, tuhan, kenapa kau memberikanku teman yang super duper bolot, tuhan? Kenapa?" Ucap Renathan dengan nada drama.

Ewh. Sekarang gantian Fiona yang memutarkan matanya.

Beberapa menit kemudian, filmnya mulai. Fiona menoleh ke sebelah kirinya, kosong. Katanya, tadi sudah ada yang mesan. Mana? Kursinya terlihat kosong. Fiona mengangkat bahunya dan lanjut menonton filmnya.

Beberapa menit kemudian, ada seseorang duduk di desebelah Fiona. Laki-laki. Fiona menatap sebelahnya tajam sebelahnya. Wajahnya.. sepertinya aku mengenalnya. Batin Fiona.

“Permisi, bisakah kau berhenti menatap ku? Itu agak mengganguku," Ucap laki-laki itu. Sedetik kemudian, Fiona tersadar kalau dia sedang menatap laku-laki itu. Astaga, ini memalukan.

Fiona tersenyum malu ke arah laki-laki itu. Stop! Berhenti memikirkan yang aneh-aneh Fiona! Konsentrasi pada filmnya. Fiona berusaha untuk tetap stay cool.

Setelah film selesai, Ernest tiba-tiba menggandeng tangan Fiona. Ada apa dengan anak ini? Tanya Fiona didalam hatinya.

“Hey, kau tau tidak? Kalau orang disebelah mu itu tadi adalah Avarrel? Anak baru yang ada disekolah kita. Dia seangkatan dengan Presta dan Andrew. Dengar-dengar, dia orangnya sangat misterius. Dia saja jarang mengobrol dengan orang." Celoteh Ernest.

Sedetik kemudian, Fiona tertawa berbahak-bahak, bahkan sampai meneteskan air matanya. “Apa? Misterius? Kau bercanda? Kau hidup di tahun berapa, Ernest? Mana ads orang 'misterius'. Kau ini lucu sekali."

Ernest mendecak. “Kalau kau tidak percaya, lihat aja nanti sendiri. Dan jangan lupa, terakhir kau mengucapkan kata itu adalah saat pertama kali kau melihat Darrel. Dan lihatlah sekarang, kalian menjadi best couple wanna be!"

“Karma tetap berlaku sampai sekarang, Fiona Abigail." Lanjutnya.

Oh, god.

~~~

A/n: gimanaa? Vomment dongg. Author pengen tau kalian suka atau ngga. Trs juga Author pengen tau, pendapat kalian gimana. Jadi aku sih mengharapkan pendapat dari kalian:)

Love,

Author.

Dear, AnnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang