Chapter 2 : Meet Fiona

135 50 4
                                    

Fiona terbangun karena suara bising tetangga sebelahnya. Jam 06.01. Masih lama masuk. Dengan santai, Fiona masuk ke dalam kamar mandinya. Fiona mandi hanya 15 menit lamanya.

Saat Fiona keluar, dia dikagetkan oleh adiknya, Kenya. "Kenya? Kau sudah bangun? Tumben. Biasanya aku siram pakai air dulu baru bangun," Ucap Fiona.

Kenya memutarkan bola matanya, "Tentu saja aku terbangun, bodoh. Lihatlah teman mu diluar mencari mu. Dan dia sangat berisik dan lebih berisik dari-mu. Kadang aku bingung kenapa kau bisa hidup dengan orang yang berisik,"

Fiona mengeritkan dahi nya, "Mencari ku? Siapa?" Tanya Fiona sambil memakai seragam sekolah nya. Kenya mengangkat bahunya, "Aku tidak tau, dan aku tidak akan pernah peduli." Ucap adiknya lalu dia meninggalkan Fiona yang sedang rapih-rapih.

Aneh sekali. Untung saja aku sabar nya melewati batas. Jadi tidak perlu marah-marah dengan sikap Kenya itu. Batin Fiona.

"Oh, ya, Kenya! Kau cepat mandi! Atau kau berangkat sendiri!" Teriak Fiona. Fiona mendengar adiknya mengerang di kamarnya, yang terletak di sebelah kamarnya Fiona.

Fiona mengambil tasnya dan turun ke bawah. Dibawah, dia menemukan adiknya sedang memainkan ponselnya. Kenya mendongakan kepalanya. Dia tersenyum kecut, "Ada Darrel didepan menunggu-mu, Fiona. Dia terus memarahi ku karena kau tidak datang,"

Fiona menyeritkan dahinya, "Darrel?" Kenya mengangguk mantap. "Cepatlah, datangi Darrel. Aku bisa telat karena mu," Fiona memutarkan bola matanya.

Tadi marah-marah disuruh mandi. Sekarang, minta buru-buru. Dasar.

Fiona berjalan keruang tamu. Darrel. "Hi, apa aku menganggu-mu?" Sapa dan tanya nya.

"Ya, kau menganggu ku. Dan fyi, aku mimpi buruk karena teriakan payah mu itu," Sambar Kenya yang ada di belakang Fiona. Fiona menyenggol Kenya, memberi isyarat untuk diam.

Kenya memutar bola matanya dan keluar dari rumah nya. "Jadi...? Apa aku memang menganggu mu, Fiona?" Darrel mengulang pertanyaan nya lagi.

Fiona tersenyum, "Kau mau ku jawab jujur atau sebaliknya?" Balas Fiona. Darrel mengangkat bahu nya, "Menurutmu?"

Fiona melangkahkan kaki nya ke meja makan yang ada di sebelah dapur nya. "Kalau kau mau menjawab dengan jujur, well sebenarnya aku sudah terbiasa dengan suara bising saat aku sedang tidur." Jawab Fiona melilit.

Darrel terlihat binggung. Fiona terkekeh saat melihat wajah sahabat nya itu.

"Kenapa setiap kali aku bertanya padamu, kau selalu saja menjawab dengan... entahlah. Kau menjawab selalu saja dengan kata yang berbelit-belit, padahalkan aku hanya menanyakan pertanyaan yang simple."

Fiona menggigit roti lapis yang ia bikin tadi. "Well, aku-"

Tin! Tin!

"Dude! Aku akan telat jika kalian terus membahas topik yang tidak penting!" Teriak Kenya yang dari tadi sudah ada di mobilnya.

Fiona dan Kenya memang setiap pagi harus berangkat bersama. Itulah pesan orang tuanya. Tapi Kenya sering melanggarnya. Kenya lebih memilih berangkat sendiri daripada harus bersama kakak nya. Kenapa? Karena kakaknya payah dengan menyetir, belum pula kalau dia telat bangun, dan yang lebih parahnya lagi, teman nya yang bernama Darrel suka nebeng.

Kenya memang mungkin bisa dibilang tidak suka dengan Darrel. Tapi aslinya, Kenya sangat suka kalau Darrel dan Fiona sedang bersama. Hanya Kenya tidak suka kalau Fiona dan Darrel kalau sedang berbasa-basi dan membuang waktunya.

"Kau yang menyetir?" Tanya Fiona saar dia sudah duduk di sebelah Kenya. Dan Darrel sudah ada dibelakang.

"Menurutmu? Aku sudah duduk disini selama satu abad dan kau yang akan menyetir? Lagian, kau payah dengan menyetir." Jawab Kenya, lalu dia menginjak pedal gas nya.

Fiona refleks meneriakan nama Kenya. Darrel hanya ketawa melihat kakak-adik yang tidak pernah akur.

"Kau bilang, aku payah dengan menyetir. Kau sendiri lebih payah." Fiona mendumel dari tadi. Kenya hanya memutarkan bola matanya.

"Aku sudah telat," Itulah kata yang di ucapkan Kenya.

Kenya berhenti mendadak. "Sampai! Kalian bisa keluar." Ucap Kenya santai.

Fiona merapihkan rambutnya yang berantakan karena adiknya yang berhenti mendadak dan keluar dari mobilnya. Begitu pula dengan Darrel.

"Kau nanti bisa pulang sendiri. Karena aku nanti malam akan menginap dirumah Jessica dan bye, love birds!" Kata terakhir yang di ucapkan Kenya sebelum dia pergi.

Fiona menghela napas, setidaknya sekarang sudah ada disekolah. Aku tidak akan mengurusi masalah Kenya lagi, batin Fiona.

~~~

Fiona berjalan ke ruang guru. Apa yang dia lakukan? Mengumpulkan tugas. Tidak, dia bukan telat mengumpul tugas, hanya dia terlalu rajin. Yups, dia adalah orang pertama yang mengumpulkan tugas.

Selesai dengan tugas, Fiona berjalan menuju kantin karena dia tau teman temannya sudah menunggunya dari tadi.

Sesampai nya disana, Fiona bisa melihat jelas teman-temannya sedang mengobrol dan makan siang. Fiona berniat menghampiri mereka tapi ditengah jalan, dia bertabrakan dengan laki-laki, entah siapa. Pasti anak baru. Kayaknya kakak kelas deh.

"Eh, maaf. Tadi aku-" sahut Fiona

"Ya, tidak apa-apa. Kau bisa melanjutkan kegiatan mu." Ucap nya dingin nan datar. Lalu laki-laki itu meninggalkan Fiona.

"Aneh sekali" dumelnya

~~~

"Darrel no. 5 kau salah," Ucap Fiona. Sekarang, Fiona dan Darrel sedang belajar bersama. Fiona mengajarkan Darrel pelajaran bahasa, sedangkan Darrel mengajarkan pelajaran IPS ke Fiona.

Darrel mengerutkan dahinya, "Lagi? Erh! Sudah cukup! Bahasa itu tidak penting, Fiona." Protes Darrel.

"Kau selalu saja seperti itu. Dengar, kau harus sering-sering belajar bahasa. Oh, ya, apa kau sudah membaca novel yang kuberikan padamu?"

Darrel memutarkan bola matanya, "Aku 'kan sudah bilang, Fiona. Aku hanya menyukai cerita Sherlock Holmes."

Fiona menggeleng cepat, "Mau sampai kapan kau seperti itu? Kau belum baca, tapi kau sudah beransumsi kalau novel itu tidak seru. Bagai-"

"Ya, ya, ya. Terserah padamu. Aku ingin pulang, besok kita lanjutkan lagi. Bye," Darrel mengambil jaketnya dan bergegas keluar.

Fiona mengikutinya. "Baiklah, terserah padamu. Hati-hati dijalan! Dan sampaikan salamku pada adikmu!"

Darrel menoleh ke arah Fiona. "Kau.. mengenal adikku?" Tanya nya.

"Tidak, maksudku ya, um," Fiona tidak yakin kalau jawabannya akan menyinggung Darrel atau tidak. Jadi dia memilih untuk diam. Darrel mengerutkan dahinya, "Kenapa diam? Aku bertanya pada-mu, Fiona." Fiona masih diam. "Apa kau mengenal adikku? Se-ingatku, aku tidak pernah membicarakannya. Atau-"

"Ernest memberitauku kemarin. Kau tau kan Ernest, dia kan orangnya up-to-date banget." Fiona tersenyum kecut ke Darrel. Well, Fiona memang tidak ahli berbohong, jadi beginilah reaksinya jika dia berbohong. Dan ya, Fiona sedang berbohong. Sebenarnya, Fiona sudah lama mengetahui kalau Darrel mempunyai adik sejak lama tapi dia tidak memberitaukan Darrel jika Fiona sudah tau. Fiona hanya mau kalau Darrel memberitaunya secara langsung. Meskipun aku sudah mengetahuinya.

Darrel masih terlihat bingung tapi sedetik kemudian dia menormalkan wajahnya menjadi datar. Fiona mengehela napas panjang, lega.

"Baiklah, sampai jumpa," Pamit Darrel. Fiona mengangguk dan membalasnya dengan mengucapkan, "Ya, hati-hati!"

~~~

A/n: Hi, gimana? Seru atau nggak? Dan vote jangan lupa yaa. Dan satu lagi, aku membutuhkan comment kalian untuk masukan:) x

Love,

Author

Dear, AnnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang