3

1.5K 158 3
                                    

RIVER'S POV

Namaku River Samudra. Entah apa yang mendorong orang tuaku untuk memberiku nama seperti itu—Sungai dan Samudra. Kedengarannya aneh, tetapi aku tetap menggunakan nama itu tanpa pernah merasa keberatan. Suatu hari, aku pernah bertanya kepada mendiang orang tuaku tentang arti namaku. Mereka berkata, namaku melambangkan ketenangan yang menyimpan kekuatan dan keteguhan luar biasa, seperti sungai yang tak henti mengalir hingga menyatu dengan luasnya samudra. Mungkin mereka benar. Selama ini, aku tetap tenang menghadapi apa pun, termasuk saat dikhianati oleh kekasihku secara tiba-tiba.

Aku masih ingat ekspresi mereka saat menjelaskan makna di balik namaku. Seolah mereka berharap aku akan tumbuh menjadi seseorang yang bisa menahan setiap arus kehidupan, apa pun yang datang. Mereka mengatakan bahwa sungai tidak pernah berhenti, selalu mencari jalan, meski dihadang oleh bebatuan, tanah yang curam, atau bahkan badai. Pada akhirnya, sungai akan selalu menemukan jalannya, mengalir menuju samudra yang luas.

Aku bekerja sebagai pengawas lapangan untuk memastikan suatu proyek berjalan lancar. Biasanya aku akan mengawasi beberapa proyek sekaligus. Namun khusus sekarang, aku hanya mengawasi satu saja. Tentu saja karena atasanku yang tidak lain adalah temanku sendiri sedang mengetahui suasana hatiku tidak baik-baik saja.

Orlando, dia adalah temanku sejak SMP dulu dan dia juga menjadi saksi antara hubunganku dengan mantan kekasihku, Davina. Beberapa minggu terakhir ini Orlando bercerita kalau dia sedang dekat dengan seorang wanita yang sekaligus pemilik proyek ini. Dari cerita Orlando, wanita yang dikenalnya ini benar-benar wanita impiannya. Anggun, baik hati, penyabar sekaligus penyayang.

Tapi entah kenapa di hadapanku kini semua malah berbanding terbalik. Orang yang ada di depanku adalah wanita yang beberapa minggu lalu mengamuk di acara pertunangan Davina dan Michael. Bahkan beberapa hari lalu dia sempat ingin menyerang Davina. Dia tidak seperti yang dikatakan Orlando.

Sekarang aku bertanya-tanya. Kalau dia dekat dengan Orlando, untuk apa dia mengamuk dan mengatakan kalau Davina adalah seorang pelakor. Bukankah dia juga memiliki hubungan spesial dengan Orlando.

Saat melihatku disini, wanita itu langsung berbalik dan menghubungi seseorang. Sudah pasti dia menghubungi Orlando. Setelah panggilan itu berakhir, dia menoleh sesaat ke arahku sebelum akhirnya pergi dengan mobilnya.

Dasar aneh...

Pada akhirnya, pekerjaan yang harusnya akan dilakukan hari ini. Kami tunda karena pemilik proyek ini pergi begitu saja tanpa kejelasan.

Aku berusaha menghubungi Orlando namun panggilanku tidak dijawab olehnya. Lalu dia mengirimkan pesan untukku agar menunda hingga besok dia bisa kemari.

Ini benar-benar membuang waktuku.

*****

Berhubung pekerjaan tadi tidak jadi dikerjakan hari ini, aku memutuskan untuk pergi ke taman sambil menghirup udara segar. Aku duduk di sebuah bangku taman dan mengambil sesuatu dari saku celanaku. Ini adalah liontin yang dulu pernah aku berikan pada Davina.

Aku membuka liontin itu dan kembali mengingat hubungan kami di masa lalu. Aku mengenal Davina sudah hampir seumur hidupku. Saat itu Davina adalah murid baru di sekolahku dan wali kelasku menyuruhnya untuk duduk di sebelahku.

Saat itu kami masih sama-sama kelas 3 SD dan aku masih tidak memiliki perasaan apapun kepadanya. Hingga akhirnya perasaan itu muncul ketika kedua orang tuaku dinyatakan meninggal karena kecelakaan pesawat. Saat itu aku masih duduk dibangku SMP dan hal itu membuatku benar-benar hancur.

Aku yang terbiasa hidup dengan kedua orang tuaku, harus menjadi yatim piatu secara mendadak dan bersamaan. Bahkan ironisnya, aku tidak bisa melihat wajah mereka untuk yang terakhir kalinya. Karena jenazah mereka tidak ditemukan sampai sekarang.

Setelah kejadian itu, aku seperti menutup diri dari orang lain. Hanya Davina yang selalu menemaniku, hingga aku mengenal Orlando yang merupakan murid baru pindahan dari Surabaya.

Davina adalah orang yang baik dan ceria. Aku dan Orlando bukanlah orang yang banyak bicara. Namun ketika berada di samping Davina, entah kenapa aku dan Orlando menjadi orang yang paling banyak bicara.

Sedikit demi sedikit aku mulai biasa terbuka dengan orang lain, termasuk Davina. Dia lah orang yang selalu ada untukku, mendengar semua keluh kesahku. Hingga tanpa sadar, aku mulai jatuh cinta padanya. Semua gerak-geriknya terlihat menarik di mataku.

Jujur saja saat itu aku tidak berani mengatakan isi hatiku padanya. Aku takut dia akan menganggapku aneh dan menjijikan lalu dia akan meninggalkanku begitu saja. Tentu saja Orlando sebagai orang yang sangat peka, mengetahui perasaanku pada Davina.

Saat itu Orlando memintaku untuk mengatakan semuanya pada Davina, mengenai seluruh perasaan yang aku rasakan. Apapun hasilnya, yang penting aku sudah berani berkata jujur.

Hingga saat kami sama-sama berusia 17 tahun, dan saat itu kami berada di kelas 3 SMA, aku memberanikan diri untuk mengutarakan semua perasaanku pada Davina. Dan jackpot untukku, dia juga memiliki perasaan yang sama denganku.

Sejak kami lulus SMA, Davina memilih untuk meraih cita-citanya menjadi seorang model profesional. Dengan kecantikan yang dimilikinya, tentu saja karirnya melesat dengan begitu cepat.

Hubungan kami yang awalnya berjalan mulus hingga entah sejak kapan dia mulai mengatur kehidupanku. Mulai cara berinteraksi dengan orang lain, cara berpakaian, cara berbicara dan semua hal kecil yang dia lakukan padaku.

Davina sangat sering melarangku berinteraksi dengan orang lain selain Orlando. Menggunakan pakaian yang sangat formal apabila aku sedang bersamanya. Bahkan semua kaos dan celana jeans yang aku miliki, dia simpan di gudang belakang rumahku.

Bahkan untuk bekerja pun, dia mewajibkanku menggunakan pakaian yang rapi. Tidak seperti yang aku gunakan saat ini. Tampak sangat kasual dan ini begitu nyaman untukku.

Davina selalu mengatakan dia tidak ingin malu apabila nanti memperkenalkanku sebagai pacarnya. Namun aku adalah manusia paling naif, karena mempercayai itu semua. Sejak awal Davina memintaku untuk menemaninya pemotretan hingga akhirnya dia mencampakkanku beberapa minggu yang lalu, Davina belum pernah sama sekali memperkenalkanku kepada rekan kerjanya.

Yup, aku memang manusia paling bodoh dan naif.

Aku masih ingat bagaimana Davina datang ke rumahku di malam sebelum dia bertunangan dengan Michael. Dia datang dengan membawa liontin yang kini ada di tanganku. Mengembalikan semuanya tanpa sepatah katapun lalu pergi begitu saja meninggalkanku dengan semua kebingungan yang tersisa.

Aku sudah mencoba bertanya mengenai semua ini. Namun yang aku dapatkan adalah informasi dari Orlando kalau Davina akan bertunangan dengan anak dari pemilik agensi tempatnya bekerja.

Dalam satu malam, hidupku hancur begitu saja. Semua yang telah aku lakukan bersama dengan Davina seakan tidak ada artinya. Aku mengenalnya hampir seumur hidupku dan aku menjalin hubungan percintaan dengannya sudah selama 10 tahun. Apa 10 tahun itu tidak ada artinya bagi Davina? Hingga dia dengan teganya mencampakkanku begitu saja.

Tanpa aku sadari, di taman yang ramai ini, aku kembali meneteskan air mataku. Kalau saja ada penjelasan dari Davina tentang semua ini. Mungkin aku tidak akan sehancur ini.

My Icy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang