Chapter O4

1 0 0
                                    

Sekarang sudah hampir pukul dua belas malam, Hansol sudah berada di rumah sejak sejam yang lalu, sudah rapi dengan baju tidurnya dan sudah sangat siap untuk tidur. Tadi begitu Changmin dan Jungwoo memutuskan untuk pulang, Hansol turut berinisiatif untuk memulangkan diri. Toh berapa lama pun ia berdiam di pesta itu, ia tak akan menemukan teman lain.

Ia sudah menyadarinya tadi. Cukup banyak mahasiswa baru yang menghampiri dirinya, Jungwoo, dan Changmin untuk mengajak berbicara. Tapi saat diperhatikan lagi, mereka semua hanya mengajak bicara Jungwoo dan Changmin. Mereka mencari koneksi dan sengaja mengasingkan Hansol. Untung saja Jungwoo dan Changmin adalah orang yang sangat peka, mereka berakhir memerlakukan orang-orang tersebut dengan reaksi dingin sehingga membuat mereka menyerah.

Kembali ke saat ini, Hansol sedang duduk di sofa ruang tengah dengan teh hangat di tangan. Ia sungguh mengantuk, ia sungguh lelah. Sangat siap untuk tidur. Hanya saja masalahnya, Seungkwan tidak kunjung kembali.

Hansol sangat khawatir.

Entahlah. Mungkin karena Seungkwan adalah majikannya, dan ia adalah pelayan yang diutus untuk menjaga Seungkwan. Tapi sampai saat ini pun ia tidak tau apapun soal kabar Seungkwan.

Iya, dia kemungkinan besar khawatir karena bisa saja Seungkwan tertimpa masalah, dan semua orang akan menyalahkannya karena tidak bisa menjaga Seungkwan dengan benar.

Hansol menghela nafas. Kalau mengikuti kata hati, Hansol ingin segera berlari ke kampus dan mencari keberadaan Seungkwan. Tapi ia kembali mengingat perintah Seungkwan kemarin, bahwa dirinya harus lepas tangan atas kehidupan Seungkwan.

Ia pandangi ponselnya, belum ada kabar dari Seungkwan. Ia pandangi ponsel itu cukup lama, entah menunggu kabar atau sedang bergelut dengan pikiran.

 Ia pandangi ponsel itu cukup lama, entah menunggu kabar atau sedang bergelut dengan pikiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah mengirim alamat rumah, Hansol menghela nafas. Semoga saja majikannya itu belum pulang karena ia memang lupa alamat, bukan karena hal buruk yang terjadi.

Hansol pun meletakkan ponselnya, bersandar pada sofa dan memejamkan mata. Semoga ia juga tidak ketiduran sebelum majikannya pulang.






Tepat sebelum Hansol terjun ke dalam mimpi, bel rumah berbunyi. Buru-buru ia beranjak dari sofa, sedikit berlari menuju pintu dan membukanya. Ia membeku kala Seungkwan berada di gendongan seorang pemuda yang nampak sebaya dengannya, dan Seungkwan yang dalam gendongan nampak tak sadarkan diri.

Nampaknya pemuda itu menyadari tatapan waspada Hansol, jadi ia hanya tersenyum tipis. "Gue Minho. Seungkwan mabuk berat. Gue tadi bingung harus anter dia ke mana, malah rencananya gue bawa pulang." Pemuda bernama Minho itu mengendikkan bahu. "Terus lo tiba-tiba ngechat. Untung HP doing nggak disandi, jadi gue bisa anter ke tempat yang lo kirimin."

"Lo ambil nggak ini? Apa perlu gue anterin ke dalem?"

Hansol menatap ragu Seungkwan yang ada dalam gendongan Minho. Memikirkan bahwa orang itu sejak tadi bersama Seungkwan yang mabuk berat, entah kenapa membuatnya tak senang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Roommate || VerkwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang