Pagi itu, sinar matahari menembus lembut celah-celah dedaunan pohon di sepanjang jalan menuju Château. Angin membawa aroma khas kebun anggur bercampur wangi rumput yang baru dipotong. Selly melangkah dengan semangat, mengenakan gaun berwarna krem yang berpadu indah dengan topi jerami lebarnya. Rambut coklat panjangnya tergerai di bahu, bergelombang lembut seperti ombak kecil. Di tangannya, ia membawa keranjang kecil berisi beberapa hasil kebunnya—buah persik segar, beberapa tomat merah cerah, dan seikat bunga lavender yang diikat dengan pita kuning.
Begitu sampai di gerbang Château, Selly berhenti sejenak untuk mengagumi pemandangan. Bangunan bergaya klasik Eropa itu berdiri megah di tengah hamparan kebun anggur yang membentang sejauh mata memandang. Cahaya pagi membuat tembok batu abu-abu tua itu terlihat hangat, sementara jendela-jendelanya yang besar memantulkan sinar matahari seperti cermin.
Eddie, yang telah menunggunya di depan pintu utama, tersenyum melihat kedatangannya. Ia mengenakan kemeja putih santai yang lengan pendeknya digulung hingga siku, memperlihatkan kulitnya yang tetap putih meskipun sering bekerja di luar.
"Kau benar-benar seperti adegan di film klasik," goda Eddie sambil melangkah mendekat.
Selly tertawa kecil, menyembunyikan rasa malunya di balik senyum. "Apa ini terlalu berlebihan?" tanyanya, menunjuk topi jeraminya.
"Tidak sama sekali. Topi itu cocok sekali denganmu," balas Eddie sambil mengangguk yakin.
Selly menyerahkan keranjangnya padanya. "Aku membawa sedikit dari hasil kebunku. Bukan banyak, tapi semoga kau suka."
Eddie mengambil keranjang itu dan memandang isinya dengan kagum. "Kau bercanda? Ini luar biasa! Persik dan lavender ini sepertinya langsung dari surga."
Selly tertawa lagi, kali ini lebih lepas. "Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih karena sudah memperlakukanku dengan baik di sini."
"Terima kasih diterima," kata Eddie sambil tersenyum hangat.
"Aku tidak sabar untuk melihat lebih banyak," jawab Selly riang. "Tempat ini sangat memikat, aku merasa seperti tersedot ke dalam cerita dongeng."
Eddie tertawa kecil. "Yah, kalau begitu, aku akan jadi pemandu tur dongengmu hari ini."
Selly tertawa, meskipun sedikit gugup mendengar candaan Eddie. "Baiklah, Tuan Pemandu. Jadi, ke mana kita akan memulai?"
+++
Mereka memulai tur di kebun anggur, di mana Eddie dengan semangat menjelaskan berbagai jenis anggur yang ditanam di sana. Selly mendengarkan dengan antusias, meskipun sesekali ia kehilangan fokus karena cara Eddie berbicara. Suaranya yang hangat dan ekspresi wajahnya yang penuh semangat membuat Selly terpesona tanpa sadar.
Ketika mereka sampai di salah satu kebun dengan anggur yang hampir matang, Eddie berhenti dan berjongkok untuk menunjukkan bagaimana cara memilih anggur yang berkualitas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in The Vineyard
General FictionDi desa kecil, Selly, gadis ceria dengan mata berbinar, bertemu Eddie Yudovich, pemilik Chateau yang megah. Apa yang membuat mereka jatuh cinta meski berasal dari dunia yang berbeda? Ketika orang tua Eddie menentang hubungan mereka karena suatu raha...