chapter 3

30 2 0
                                    

Flashback

Langit abu-abu menggantung berat di atas kota kecil itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langit abu-abu menggantung berat di atas kota kecil itu. Udara dingin menyelimuti, sementara salju turun perlahan, menghiasi setiap sudut jalan dengan selimut putih yang lembut. Hari itu, 10 September 1997, terasa berbeda, meski musim dingin telah menjadi rutinitas tahunan. Di tengah ketenangan dan keheningan malam, ada seseorang yang berusaha melawan dinginnya udara dengan debaran jantung yang tidak bisa ia kendalikan.

Sasuke berdiri di taman kecil yang sepi, kedua tangannya menggenggam setangkai bunga lily putih yang sedikit bergetar, bukan karena angin, tapi karena kegugupannya. Mantel hitam panjang yang ia kenakan terlihat sedikit kebesaran, memperlihatkan sikapnya yang seringkali kurang memperhatikan penampilan. Syal abu-abu yang dililitkan sembarangan di lehernya hampir tertutup oleh kerah mantel. Rambut hitamnya yang sedikit berantakan tersapu salju, membuatnya tampak seperti seseorang yang sudah menunggu terlalu lama.

Di kejauhan, langkah kaki terdengar mendekat. Suara itu membelah keheningan malam, membuat Sasuke langsung menegakkan tubuhnya. Ketika ia menoleh, matanya bertemu dengan sosok yang selama ini memenuhi pikirannya. Sakura.

Sakura berjalan perlahan ke arahnya, mengenakan mantel krem tebal dengan syal rajut merah tua yang membungkus lehernya. Pipi merah mudanya tampak kontras dengan kulit pucatnya, sementara rambut panjangnya yang keemasan dihiasi serpihan salju, membuatnya terlihat seperti bagian dari musim dingin itu sendiri. Senyum lembut terlukis di wajahnya, meski ia tampak sedikit bingung melihat Sasuke berdiri sendirian di taman.

"Sasuke?" panggil Sakura dengan nada pelan, namun cukup untuk membuat hati Sasuke bergetar.

Sasuke berdeham, mencoba mengusir rasa gugup yang tiba-tiba melanda. Ia mengalihkan pandangannya sejenak, tidak mampu menatap langsung ke mata Sakura. "Kau datang," katanya singkat, suaranya hampir tenggelam oleh angin dingin.

"Tentu saja," jawab Sakura, melangkah lebih dekat hingga jarak di antara mereka hanya beberapa langkah. "Kau bilang ada sesuatu yang ingin kau katakan."

Sasuke mengangguk, tapi tetap tidak berani menatapnya. Ia merasa seluruh tubuhnya seperti membeku, bukan karena udara dingin, melainkan karena kegugupan yang semakin membebaninya. Tangannya yang menggenggam bunga lily semakin erat, seolah-olah benda kecil itu bisa memberinya keberanian.

"Aku… aku sudah lama ingin mengatakan ini," Sasuke memulai, suaranya terdengar sedikit bergetar. Ia menundukkan kepala, mencoba menyusun kata-kata yang sudah ia pikirkan sepanjang hari, namun rasanya semuanya kacau balau di kepalanya sekarang.

Sakura menatapnya dengan penuh perhatian, matanya yang besar dan lembut tidak lepas dari wajah Sasuke. "Katakan saja, Sasuke. Kau membuatku penasaran," ujarnya sambil tersenyum kecil, mencoba membuat suasana lebih santai.

Sasuke menarik napas dalam-dalam, lalu mengangkat pandangannya. Mata onyx-nya akhirnya bertemu dengan mata Sakura, dan saat itu ia merasa bahwa tidak ada jalan untuk mundur lagi.

"Sakura," katanya dengan nada serius, "aku tahu ini mungkin terdengar bodoh, atau bahkan terlambat, tapi aku harus mengatakannya."

Sakura mengerutkan kening sedikit, tapi tetap mendengarkan dengan seksama.

"Aku… aku mencintaimu," kata Sasuke akhirnya, suaranya terdengar rendah namun penuh dengan kejujuran.

Kata-kata itu meluncur seperti aliran air di antara mereka, menghantam Sakura dengan lembut namun penuh makna. Gadis itu tertegun di tempatnya, matanya membesar karena terkejut. Ia tidak pernah membayangkan bahwa malam musim dingin ini akan menjadi saksi dari momen seperti ini.

Melihat Sakura terdiam, Sasuke merasa canggung. Ia mulai menggaruk belakang kepalanya dengan tangan bebasnya, tanda bahwa ia merasa malu. "Sial," gumamnya pelan, wajahnya memerah. "Aku tahu ini terdengar sangat tidak keren. Aku seharusnya mengatakannya dengan cara yang lebih baik."

Sasuke mulai memandang ke bawah, mengumpat pelan kepada dirinya sendiri. "Kenapa aku tidak bisa lebih romantis? Kenapa aku harus mengatakan ini di malam dingin seperti ini?"

Sakura, yang awalnya membeku karena terkejut, akhirnya tersenyum lembut. Ia melangkah lebih dekat, hingga jarak mereka hanya satu langkah lagi. "Sasuke," panggilnya, suaranya terdengar hangat meski udara begitu dingin.

Sasuke mengangkat pandangannya, menatap Sakura dengan sedikit rasa takut dan harapan.

"Kenapa kau berpikir itu tidak keren?" Sakura bertanya dengan nada lembut, senyumnya semakin melebar. "Justru karena caramu yang sederhana ini, aku bisa merasakan ketulusanmu."

Sasuke terdiam, menatap Sakura dengan ekspresi campur aduk. Ia tidak tahu harus berkata apa.

Sakura mengulurkan tangannya, menyentuh bunga lily yang ada di genggaman Sasuke. "Bunga ini… kau membawanya untukku?"

Sasuke mengangguk pelan, lalu menyerahkan bunga itu dengan sedikit canggung. "Aku tahu ini mungkin tidak banyak, tapi aku ingin kau tahu betapa berartinya dirimu bagiku."

Sakura menerima bunga itu dengan hati-hati, memandangnya seolah-olah itu adalah benda paling berharga di dunia. Air mata mulai menggenang di sudut matanya, namun ia berusaha menahannya.

"Sasuke," katanya pelan, matanya yang berkilauan oleh air mata menatap langsung ke mata Sasuke, "aku juga mencintaimu."

Sasuke terkejut, matanya membesar. Ia tidak menyangka bahwa perasaannya akan dibalas. "Kau… kau serius?" tanyanya, suaranya penuh dengan keraguan.

Sakura mengangguk sambil tersenyum. "Tentu saja aku serius. Aku hanya tidak pernah menyangka kau akan mengatakan ini lebih dulu."

Mendengar itu, Sasuke merasa beban besar yang selama ini ia pikul akhirnya lenyap. Senyum kecil muncul di wajahnya, sesuatu yang jarang terjadi, namun kali ini terasa begitu alami.

"Kau tahu," kata Sasuke sambil menggaruk belakang kepalanya lagi, "aku sebenarnya sudah memikirkan ini sejak lama. Tapi aku selalu merasa terlalu takut untuk mengatakannya."

Sakura tertawa kecil, tawa yang terdengar seperti melodi indah di tengah malam yang sunyi. "Dan kau akhirnya melakukannya di malam musim dingin seperti ini? Aku tidak tahu apakah itu keberanian atau kebodohan."

Sasuke tertawa kecil, sesuatu yang juga jarang ia lakukan. "Mungkin keduanya," katanya sambil tersenyum.

Mereka berdiri di sana, di tengah salju yang terus turun. Dunia terasa begitu tenang, seolah-olah waktu berhenti hanya untuk mereka berdua. Sakura menggenggam bunga lily itu dengan erat, sementara Sasuke merasa bahwa malam ini adalah malam terbaik dalam hidupnya.

Hari itu, di bawah langit abu-abu yang penuh salju, dua hati yang selama ini saling mencintai akhirnya menemukan satu sama lain. Dan meskipun udara dingin menyelimuti, kehangatan cinta mereka terasa cukup untuk mencairkan setiap salju yang turun.

***


Fin

RepeatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang