Kembali?

3 3 2
                                    

Semua ketakutannya, semua keraguan yang ia rasakan sejak pertama kali memasuki labirin ini, kini kembali menyelimutinya. Setiap langkah terasa seperti beban, dan meskipun Elise ada di sampingnya, menawarkan dukungan, perasaan terasing itu semakin kuat. Ia merasa seperti tersesat dalam dirinya sendiri, lebih jauh dari yang pernah ia rasakan.

“Elise,” suara Theo terdengar lemah, hampir bisu, “Apa yang terjadi jika kita memilih jalan ini dan kita... kehilangan semuanya?”

Elise menatap altar itu lagi, pikirannya terjebak antara keyakinan dan kebingungan.

“Kita tidak bisa takut untuk kehilangan, Theo. Setiap keputusan membawa risiko, tapi itu juga membuka jalan untuk perubahan.”

Tapi, di dalam hati Theo, kata-kata Elise tidak bisa mengusir ketakutannya. Apa yang terjadi jika mereka melewati ini dan ternyata jalan yang mereka pilih membawa mereka ke kehancuran? Apa yang akan terjadi jika ia tidak cukup kuat untuk bertahan? Dan yang lebih menakutkan—apakah ia bahkan ingin bertahan?

Ia menatap Elise, sosok yang selama ini menjadi sumber kekuatannya. Tetapi kini, perasaan semakin jelas: ia merasa terpisah dari dirinya. Kegelapan yang ia hadapi bukan hanya ada di dunia luar—tetapi juga di dalam dirinya sendiri, dan itu menggerogoti setiap inci keberaniannya.

“Apakah kita hanya mengulangi kesalahan yang sama, Elise?” tanya Theo dengan suara yang hampir tak terdengar. “Aku sudah begitu lama mengikuti langkahmu. Aku tidak tahu apakah aku masih tahu siapa aku tanpa dirimu.”

Elise terdiam, hatinya terasa berat mendengar kata-kata itu. Selama ini, ia selalu berpikir bahwa mereka berdua adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan—dua jiwa yang bersama menghadapi segala hal. Namun kini, kata-kata Theo membuka kenyataan pahit: mungkin dia telah terlalu bergantung pada dirinya, dan lebih buruk lagi, mungkin Theo merasa terperangkap dalam bayang-bayang persahabatan mereka.

“Ini bukan tentang aku, Theo,” kata Elise akhirnya, suaranya rendah, tetapi penuh tekad.

“Ini tentang kamu. Tentang siapa kamu sebenarnya. Persahabatan kita tidak pernah dimaksudkan untuk membuatmu merasa terjebak. Jika kamu merasa kehilangan dirimu, itu artinya kita belum menemukan jalan yang benar—dan itu bukan kesalahanmu.”

Theo merasakan sesuatu yang aneh melintas di hatinya—perasaan yang sangat asing. Perasaan itu bukanlah perasaan marah atau kebencian, melainkan sebuah kekosongan yang dalam, sebuah rasa yang selama ini ia hindari. Ia menyadari, bahwa selama ini, ia terlalu takut untuk menghadapi dirinya sendiri. Ia mengandalkan Elise, bukan karena ia tidak peduli padanya, tetapi karena ia merasa lebih aman dengan mengikutinya. Namun sekarang, ia tahu bahwa ketakutannya hanya membelenggunya lebih dalam.

“Aku tidak tahu lagi apakah aku bisa melangkah lebih jauh,” bisiknya, suaranya terdengar rapuh. “Aku takut kalau aku terus melangkah, aku akan hilang.”

Elise memandang Theo dengan empati yang dalam, seolah mencoba meresapi setiap kata yang baru saja diucapkan. “Kamu tidak akan hilang, Theo. Jika kamu memilih untuk melangkah maju, kamu hanya akan menemukan dirimu yang lebih kuat dari sebelumnya.”

Tetapi meskipun Elise berbicara dengan penuh keyakinan, Theo tidak bisa mengabaikan rasa takut yang menggerogoti jiwanya. Ia merasa tidak hanya terjebak dalam labirin ini, tetapi juga dalam dirinya sendiri. Ia merindukan jawaban, merindukan kejelasan, tetapi semakin lama ia mencari, semakin ia merasa seperti semakin jauh dari apa yang seharusnya ia temukan.

Tiba-tiba, di hadapan mereka, altar itu mulai bergetar. Cahaya yang sebelumnya bersinar lembut kini berubah menjadi lebih terang, memancar ke seluruh ruangan. Sebuah suara menggema, lebih dalam dan lebih berat daripada sebelumnya.

“Apakah kamu akan terus berlari, ataukah kamu akan berhadapan dengan kegelapanmu?” suara itu bergema di dalam pikiran mereka, seolah menantang.

Theo menutup matanya, mencoba menenangkan dirinya, namun rasa takut itu kembali muncul—seolah seluruh dunia berusaha menegaskan satu hal: ia tidak akan pernah bisa melarikan diri dari dirinya sendiri.

End Of Year Theater Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang