Seven

40 5 0
                                    

[Leo]
Sepulang nya Ivanka dan Davin, aku langsung menghampiri kelas Mike, sesuai pesan Davin tadi. Selesai memberikan pesan aku langsung kembali ke kelas, melanjutkan pelajaran.
Sepulang sekolah, aku langsung mengemudikan mobil ku pulang, ke rumah. Ya, saat ini aku hanya ingin rumah. Entahlah, aku merasa tidak enak badan makanya langsung ingin di rumah, istirahat.

Sesampai nya di rumah aku langsung masuk ke kamar dan mandi. Tak lama suara pintu kamarku dibuka.

Cklek.

"Ada apa kak?" Tanya ku kepada Mike. Ya dia yang masuk tadi.

"Gapapa cuman pengen masuk doang, gak boleh?" Tanya nya sambil berbaring di kasur kingsize ku.

"Yeelah nanya doang kak" jawab ku sewot.

"Haha iya iya. Gue mau ke rumah Davin, mau ngasihin tugas. Lo mau ikut gak?" Tanya nya.

"Boleh deh, tadi juga gue dititipin tugas sama guru buat adek nya" jawab ku mengingat-ngingat.

Ah jadi teringat kala tadi guru bahasa inggris menyuruhku memberikan tugas kepada Ivanka. Karena aku ketua kelas, ia memberikan amanah nya kepada ku tapii..

Flashback on
Saat pulang sekolah.
"Gue aja yang ngasih, lo kan gaktau rumah nya Ivanka" tegas Fania.

"Gue yang dikasih amanah bukan lo" jawabku sinis.

"Gue sahabat nya" kata nya takmau kalah.

"Yang dikasih amanah siapa?" Tanya nya ku sinis. Dia tidak menjawab, mungkin buntu ingin melawan apa lagi kata-kata ku. Aku memang benar, aku yang dikasih amanah oleh guru bahasa inggris untuk memberikan tugas ini kepada Ivanka. Kalau bukan aku yang memberikan nya, berarti aku tidak amanah. Aku tidak mau itu.

"Ta-tapi lo kan gatau rumah nya dia!" Jawab nga membalas.

"Itu.gampang" jawab ku penuh penekanan di setiap kata nya.

Aku pun langsung keluar kelas meninggalkan Fania yang sedang menyumpah serapah diriku. Biarin aja, toh yang di kasih amanah kan emang aku bukan dia. Kenapa dia yang ngotot. Urusan masa lalu? Itu gak usah di bahas!

Flashback end

"Lo yang bawa mo.." belum selesai Mike berbicara aku sudah memotong nya terlebih dahulu.

"Lo aja kak, gue gak enak badan nih" potong ku.

"Dasar adek gak mau ribet, gue tunggu di bawah. Buruan gak pake lama!" Tegas nya. Mike emang orang nya gak suka nunggu.

"Iya elah" jawab ku.

Aku pun langsung mengambil tugas yang di berikan tadi dan mengecek kembali penampilan ku di kaca. Simple.
Ya, penampilan ku sekarang hanya mengenakan celana selutut berwarna putih dan kaos v-neck polos berwarna abu-abu. Dan jam tangan hitam bertenggar di pergelangan tangan ku.

Aku pun langsung ke bawah mengampiri Mike. Mike juga tak kalah simple penampilan nya. Hanya jeans panjang hitam dan kaos polo warna merah.

Kami pun langsung melesat ke kediaman nya Ivanka dan Davin. Sesampai nya disana aku sedikit terkagum dengan rumah yang aku lihat ini.

Besar berwarna putih seperti istana. Didepan tadi juga ada pagar yang menjulang tinggi yang menambah kesan rumah ini memang seperti istana. Parkiran dan halaman mobil yang tak kalah luas. Dan tadi aku sempat melihat garasi mobil nya yang terbuka. Banyak sekali mobil-mobil sport yang sering dipakai Davin ke sekolah. Dan berbagai mobil mahal yang terparkir manis disana. Tapi aku tidak terkejut, aku tau orangtua nya memang pengusaha terkenal. Namanya dikenal hampir di setiap penjuru dunia.

Mike memarkirkan mobil nya dan langsung masuk ke dalam rumah setelah instruksi dari pelayan rumah ini.

Aku dan Mike menunggu di ruang tamu yang cukup besar. Desain nya sangat elegan dengan warna serba putih dan merah.

"Hai udah lama nunggu nya? Sorry ya soal nya lagi ada mama papa" kata Davin yang tiba-tiba muncul.

"Gapapa Vin, gue sama Leo juga baru dateng kok" jawab Mike.

"Ada tamu ya Vin?" Tanya seorang wanita paruh baya yang mengintip dari balik tembok.

"Iya ma, nih ada Mike sama adik nya Leo" jawab Davin memperkenalkan.

"Mike? Tante udah lama banget ya gak ketemu kamu" kata nya sambil cipika cipiki sama Mike. Lalu beralih padaku

"Ini adik nya Mike? Kamu gak cerita kalo punya adik?" Tanya nya melirik Mike. Yang di tanya hanya memberikan senyum permintaan maaf.

"Apa kabar tan? Gimana perjalanan nya?" Tanya Mike buka suara.

"Ya gitu deh, capek. Oh iya ikut ke ruang keluarga aja yuk kita lagi bagi oleh-oleh" kata mama nya Davin sambil menarik tangan ku dan Mike. Aku hanya ikut an saja karena memang tidak terlalu kenal dengan keluarga ini.

Yang kutau kalau Mike memang kenal dekat sekali dengan keluarga ini. Sesampai nya di ruang keluarga, aku melihat banyak sekali barang-barang ternama berserakan.

"Paa, Vanka mau yang itu dong, Kak Davin gak usah dikasihhhh" tunjuk Vanka kepada barang yang dia inginkan.

Wait!! Barang yang dia tunjuk itu samurai, SAMURAI. Ini cewek rada-rada ya.

"Hah apaan sih dek gak mau ah, itu punya kakak" sergah Davin menghampiri barang milik nya.

Ivanka belum menyadari kedatangan kami karena posisi nya dia membelakangi kami.

"Yahh kak, pleaseee buat aku yaaa" kata nya melihat kan puppy eyes nya.

Davin terlihat sedang berpikir dan akhir nya menarik hidung mancung Ivanka.

"Aduh sakitt" kata nya sambil mengusap-ngusap hidung nya yang merah.

"Gak boleh. Ini kakak nyari nya susah tau, udah bersyukur pas nitip ke papa dapet barang nya" kata Davin.

"Yaudah deh aku mau lapor mama aja. Mama mana sihhh. Mamaaaaaaa" teriak nya terpotong saat membalikkan badan dan melihat mama nya.

"Apa sayang? Mama disini, kok teriak-teriak sih emang kita di hutan" kata tante Sella menjitak kepala putri nya.

"Aduh ma sakit, tadi Kak Davin sekarang mama, jangan-jangan ntar papa juga" kata Ivanka sambil bersembunyi di balik punggung Davin.

"Siapa suruh paling kecil wkwk. Oh iya ada Mike sama Leo tuh" tunjuk Davin dengan dagu nya ke arah kami.

"Tau kok, kan tadi pas balik badan manggil mama aku liat" jawab nya.

"Sini Mike, Leo. Aduhhh Leo kok canggung gitu, karena baru pertama kali keaini ya" ajak tante Sella menggiring Mike dan aku ke tengah ruang keluarga.

"Ahh iya tante" kata ku menyungging kan senyum.

"Sok senyum-senyum" kata Ivanka pelan namun terdengar semua orang yang ada di ruang keluarga. Karena situasi nya sedang hening.

"Kamu ngomong apa barusan? Sama tamu kok gitu?" Kata om Darwin menjewer kuping putri nya.

"Aduhh duhh pa sakitt, emang Vanka ngomong apa?" Tanya nya dengan wajah polos.

"Kamu tuh kalo yang ada di pikiran gak usah di omongin juga" jitak Davin.

"Aaaaaa tolongg, kenapa sih semua orang disini suka banget nyiksa aku" teriak Ivanka pasrah.

Haha dia lucu deh. Eh?? Lucu? Apaan sih.



Udah ya part seven nya aku selesai in. Maaf banyak yang typo atau gak ada feel hehe. Saran di comment yaaa. Jangan lupa vote nya, makasihh :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Te QuieroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang