Pagi hari yang begitu sangat mendung hujan begitu lebat dengan sambaran kilat, angin sangat kencang menyapu daun-daun yang berserakan di tanah, sungguh pagi yang begitu sangat dingin.
Renjun, terduduk di sisi ranjang memandang kaca yang terguyur hujan. air mengalir begitu deras dari kaca di luar sana, sesekali pandangannya ia alihkan kelangit yang menurunkan hujan, bibirnya mengukir senyum indah, walaupun sambaran kilat begitu terbesit jelas di pandangannya
"Sepertinya aku, sudah tidak takut lagi dengan petir. Aku, mulai terbiasa dengan petir, walaupun kilatnya begitu silau, bahkan mungkin jika terkena akan mati! Tapi aku mengerti sekarang. Jika aku, menyerahkan diri pada petir mungkin aku, akan tersambar dan mati, namun jika aku menyerah diri pada hujan? Mengguyur tubuhku selama seharian oleh air hujan. Aku, akan sakit, namun tidak akan sampai mati."
"Dari petir dan hujan, sekarang kamu mengerti kan, apa perbedaan di keduanya? Seperti aku, yang berjuang mendapatkan hatimu, mati-matian aku, berusaha melindungimu, dan berusaha juga untuk selalu ada di sampingmu." sambung Donghyuck.
Renjun, merasa hatinya kembali potek jika membahas perjuangan Donghyuck, untuknya. Namun itu semua yang sudah terjadi, mau bagaimana lagi? Sekarang dia akan membuka hatinya lebar-lebar untuk menerima Donghyuck, di dalam hidupnya.
"Bukan hal yang mudah menaklukkan hati seseorang. Seperti petir, walaupun kilatnya terang, sambarannya mematikan bak listrik, bukan berarti petir langsung menghampirimu, dan kamu langsung mati begitu saja. Petir juga ada jangkauan ada tempatnya, dan ada batasnya." Renjun.
"Tapi.. Sebenarnya air hujan juga dapat membunuhmu sama seperti petir, namun bedanya air hujan membunuh secara perlahan, dan petir membunuh secara langsung." Domghyuck.
"Jika kamu mengerti bagaimana cara menangani hujan, kamu tidak akan mati. Tetap saja hujan dan petir itu berbeda! Hujan masih bisa di tangani, namun petir? Sudah konsisten seperti itu." Ucap renjun, dengan senyuman menang di bls senyuman hangat oleh Donghyuck.
"Intinya. Kini cintaku terbalaskan. seperti aku, terguyur hujan aku hampir
mati, tetapi aku, bisa menanganinya dan aku, sembuh kembali. Seperti itu perjuanganku mendapatkan kamu Renjun.""Maaf, untuk momen beberapa waktu kebelakang! Aku, tidak menyangka ternyata Soobin, anak buah ayah, aku kaget banget pas waktu di bar."
"It's ok Baby, yang sudah lewat biarlah berlalu. Sekarang aku, sedang memikirkan bagaimana untuk aku, menanam benih lagi? Aku, sungguh ingin seorang anak."
"Ini masih pagi Loh? Sebentar lagi mamah, bakal ngetuk pintu untuk sarapan." elak Renjun, tak habis pikir dengan Donghyuck, sungguh mesum.
"Tapi pagi ini cuacanya enak Loh...Lagi hujan cocok banget buat kita bikin debay." bisik Donghyuck, manja meminta jatah.
Tok!
Tok!
Tok!
Nah kan, baru saja Renjun, berucap dan benar saja Jisoo, datang mengetuk pintu dan membuat mood Donghyuck, hancur
"Renjun, Donghyuck, ayo sarapan." teriak Jisoo, membuat Renjun, merasa senang.
Wajah Donghyuck, jadi cemberut, bibirnya manyun, hasratnya sudah naik, sungguh dia ingin menguasai tubuh Renjun, di tambah sudah hampir 2bulan lebih Donghyuck, tidak melakukan itu.
"Mamah, kenapa mengganggu." kesal Donghyuck, merengek.
"Udah yuk, sarapan dulu. Kasian mamah, sama papah, udah nungguin di bawah." ucap Renjun, menahan senyum melihat Donghyuck, sangat murung.
Pada akhirnya Donghyuck, hanya pasrah dan menurut saja.
Di meja makan Donghyuck, Renjun, Jisoo, Jaehyun, dan Mark, tengah makan bersama di pagi dengan guyuran hujan lebat di luar sana,

KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine!|Hyuckren|✔️
Actionmengandung cerita dewasa 18 sampai 21++ mau lanjut baca ya udah tanggung sendiri. jangan lupa setelah membaca tinggalkan vote, follow, dan komen ya guys. ****** Punya abang lelaki itu emang menyebalkan apa lagi jika abang tiri seperti Donghyuck, sel...