Myung Jaehyun, si super clingy jika sudah dekat teman sekamarnya yang bernama Woonhak, 24/7 lengket bak permen karet selalu menempel.
[ ‼️ ] notes.
- don't forget to ur vote & comment.
- please don't plagiarism my story.
- woon (dom) ; jae (sub)
- d...
Tatapan kosong Jaehyun fokus ke arah batu nisan yang telah basah diterpa derasnya air hujan, batu nisan yang jelas terukir nama kedua orang tuanya, orang tua yang sudah tiga tahun lalu meninggalkannya karena insiden kecelakaan di jalan.
Malang sekali nasib Pria yang selalu nampak ceria 24 jam 7 hari itu, Ia terpaksa dewasa karena keadaan.
Setelah kepergian orang tuanya, Jaehyun diasuh oleh pamannya yang bernama Heeseung, Heeseung bisa dibilang cukup kaya karena memiliki beberapa perusahaan. Jadi, seluruh biaya kuliah Jaehyun bisa ditanggung oleh pamannya yang mempunyai banyak penghasilan.
Apalagi Heeseung memberikannya secara cuma-cuma, tanpa syarat.
Ingat, cuma-cuma, alias gratis.
Sekarang hari libur, jadi kampus juga mengadakan libur panjang selama dua bulan lamanya. Ini hari ketiga jika dihitung-hitung, karena Jaehyun merindukan orang tuanya, jadi Ia berniat ke makam.
Ditemani seseorang yang sudah lama Ia kenal, sudah lama juga Ia dambakan, orang yang selalu sigap setiap dirinya membutuhkan rumah untuk bercerita, rumah kecil untuknya setelah kepergian kedua orang tuanya.
Siapa lagi? Tentu saja, Kim Woonhak.
Entahlah sampai kapan kejelasan hubungan ini. Bersama Woonhak sampai saat ini adalah hal yang paling manis sedunia, haha. Terlihat bucin sekali nampaknya Myung Jaehyun ini.
"Kak Jae, kita pulang yuk? Hujannya makin lebat, nanti kamu sakit"
Jaehyun berdecak sebal, lagi-lagi yang lebih muda memanggilnya dengan sebutan Kak.
Untungnya Woonhak peka, "Hahaha, just kidding. Sayangg, kita pulang yuk? Kalo emang kamu masi mau liat mereka, kita ke rumah dulu baru kesini lagi, mau?"
"Nggak usah, nanti bensinmu habis"
Rasanya tak enak, benar-benar seperti beban, memang dirinya sudah diterima baik oleh keluarga Woonhak sehingga boleh menginap selama liburan ini di apart. Ditambah memakai mobil Woonhak juga untuk pergi ke makam, yang menjadi masalah adalah, jaraknya juga sangat jauh dari apart ke makam.
"Kamu lupa? Bapakku nelayan, juragan peternakan"
"Lagi di makam, jangan ngelawak dulu ah!" Kesal Jaehyun karena hampir saja Ia tertawa. Padahal kan barusan menangis, kalau tiba-tiba tertawa rasanya aneh saja.
"Ih orang serius"
"Serius ah!"
"Iyaa, aku serius. Papiku tuh kan gajinya gede, Papaku apalagi. Jangan main-main kamu"
"Dih, aku nggak suka main-main ya! Kamu tuh sukanya main-main," Sewot Jaehyun karena tak terima dengan ucapan Woonhak.
"Aku? Main-main?"
Jaehyun mengangguk sebagai jawaban.
"Kapan?"
"Buktinya kita cuma temen tapi kamu selalu pake kata sayang ke aku, apalagi semenjak libur jadi sering panggil sayang"
Woonhak diam sejenak untuk mencerna omongan Pria yang berada di bawah payung bersamanya saat ini, Ia paham, paham sekali Jaehyun meminta kejelasan dari perlakuannya selama ini. Apalagi orang tuanya juga tahu betul kalau Woonhak sesuka itu ke temannya ini, ralat, calon masa depannya.
Makannya diperbolehkan tinggal satu apart, hanya saja Woonhak memang meminta orang tuanya untuk merahasiakan ke Jaehyun soal perasaannya. Untung saja bisa diajak bekerja sama.
Mereka mendukung Woonhak untuk memperjuangkan Jaehyun, bagaimanapun sebagai dominan harus bisa tegas dengan perasaannya, supaya berani mengungkapkan. Masih banyak keraguan untuk mengungkapkan perasaannya, Ia takut untuk kehilangan lagi. Sangat takut.
Untuk dirinya status kalah penting dibandingkan selalu bersama Jaehyun setiap saat. Melihatnya tertawa, ceria, apapun itu, Woonhak selalu suka asal jangan kehilangan lagi orang yang dia sayang.
Rasanya menyakitkan harus merelakan seseorang yang memang Ia sayang, belajar dari kesalahan, Ia ingin menjaga orang yang sekarang bersamanya, terlebih Ia sangat mencintai orang itu.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.