08.

307 44 24
                                    

‼️ HARSHWORD and 🔞 AREA‼️

***

Jaehyun kebingungan dengan satu baju spesial dari pamannya ini, pasalnya seperti pajamas tapi bahannya terlalu tipis, sehingga seluruh tubuhnya terlihat jelas jika dikenakan, lekukan tubuhnya begitu tercetak bagai tanpa sehelai benang.

Baju pendek serta celana diatas paha yang tembus pandang, rasanya tak nyaman, Ia ingin melepas pakaiannya saja daripada tak nyaman seperti ini.

"Jangan dilepas, kamu cocok pake ini"

Secara tiba-tiba tangan kekar Heeseung memeluk erat tubuh mungil Jaehyun dari belakang, tentu saja membuat si mungil terkejut.

"Om sejak kapan disini?"

"Sejak kamu pake ini, Om udah liat dari CCTV"

"CCTV?"

Heeseung tersenyum mendengar nada ketakutan dari sang ponakan, "Mau disebar atau mau nurut?"

Jaehyun menatap takut dirinya dari kaca rias, tepat dibelakangnya memang ada paman yang dua tahun ini Ia percaya. "M-maksudnya?"

"You know, Jae. Tiga tahun ini Om biayain hidup kamu, dan bayarin kuliah kamu, semuanya nggak gratis. Bayarannya kamu mau nurut aja udah syukur"

Mata Jaehyun mendadak berair, jadi selama ini memang benar-benar tak gratis? Semuanya hanya ucapan manis?

Isakannya tertahan, Ia mencoba lepas dari rengkuhan manusia brengsek satu ini. Namun, nihil. Semuanya tak berhasil, justru malah Ia yang kalah karena tenaga Heeseung lebih besar.

Sesekali Ia mencoba merogoh ponsel yang berada diatas laci  supaya bisa memanggil temannya, Ia menekan nomor Woonhak sekali namun tak ada jawaban.

Damn.

Woonhak, tolong dateng, tolong... Batinnya berharap sekali, karena hanya Woonhak yang bisa diharapkan.

Tentu saja dengan mudah Heeseung merebut ponsel Jaehyun, orang itu mematikan daya ponsel keponakannya lalu melempar ke sembarang arah.

"Sini, kamu ini nggak tau berterimakasih!" Heeseung menarik keras dan membantingnya ke arah kasur, Ia melepas dasi kerja miliknya dan mengikat lengan pria mungil dihadapannya. "Tinggal nurut aja susah!"

Heeseung dengan sigap mengendus leher jenjang milik Jaehyun, menghisapnya sesekali sampai meninggalkan bekas kissmark.

"Om, jangan..." Isak Jaehyun mengingat dirinya akan dilecehkan oleh pamannya sendiri.

Pamannya sendiri.

Jaehyun terus melawan dengan menendang sesekali, tapi ternyata Heeseung mengunci pergerakannya, tangannya begitu lincah memilih nipple milik Jaehyun.

Siapapun, tolong... Woonhak... Di dalam hatinya, Ia benar-benar menangis karena dirinya diperlakukan seperti ini.

Lengan Jaehyun diangkat, dimana Heeseung langsung menaikkan pajamas tersebut supaya bisa menghisap nipple pink yang sudah tegang. Ia menjilatnya dengan penuh gairah tanpa belas kasihan.

Tangan kekarnya seraya mengelus penis kecil si keponakan dari luar celana, rasanya gemas sekali, Ia ingin langsung mengocok supaya Jaehyun mendesahkan namanya.

Ah. Sialan.

Ia sangat tidak kuat menahan dari pertama kali Jaehyun datang, beberapa kali menahannya dengan bermain sendiri. Betapa mengejutkan, ketika Ia melihat keponakan kesayangannya itu menjadi lebih berisi juga menggairahkan.

"Om nggak pernah sadar, ternyata keponakan om seseksi in-"

BUGH!

"JAGA OMONGAN LO, BAJINGANN!"

DAG! DAG! DAG!

Pukulan bertubi-tubi Woonhak berikan setelah menendang pamannya supaya menjauh dari Jaehyun, "Maksud lo apa? Dia keponakan lo, keponakan! Tega lo sama keponakan sendiri? HAH?!"

BUGH! BUGH!

Woonhak terus menendang perut paman Jaehyun sampai kedatangan polisi untuk menangkap pelaku, polisi sengaja melerai pertengkaran antara Woonhak dan Heeseung.

"Urus dia pak, kalo bisa hukumannya jangan ringan"

Heeseung mengusap sudut bibirnya yang berdarah karena pukulan sambil tertawa remeh, "Urus juga anak kotor itu"

Woonhak mendecih jijik mendengar bualan tak jelas dari Pria brengsek itu, Ia langsung ambil alih menutupi tubuh Jaehyun yang tengah menangis terisak dengan selimut tanpa menjawab omongan paman Jaehyun.

"Gapapa, nangis aja, Jae. Aku disini, I'm here for you, Jae. Biar tenang nangis dulu ajaa, ya?"

Bahkan panggilan paman tak cocok untuk dirinya, cih, rendah sekali perbuatannya.

"Aku kotor..." Tatapan kosong yang masih berlinang air mata milik Jaehyun sangat membuatnya hancur, rasanya Ia gagal datang cepat disaat Jaehyunnya butuh bantuan.

Woonhak melepas ikatan dasi di lengan Pria yang lebih mungil darinya itu, Ia mengelus lembut surai kecoklatan Jaehyun. "Kamu nggak kotor, nggak ada yang bilang kamu kotor, Jae"

"Aku kotor, Woonhak"

"Nggak, sayang"

"Kenapa?"

Si dominan mengerutkan alis seolah tak paham dengan pertanyaan yang diberikan barusan.

"Kenapa manggil sayang? Kamu abisini juga bakal ninggalin aku 'kan? Apalagi aku udah kotor" Lanjut Jaehyun.

Jaehyun benar-benar kehilangan harapan, secara dia sudah dinodai oleh pamannya sendiri, siapa yang akan mau bersamanya? Siapa?

Bahkan dilecehkan dihadapan orang yang selama ini Ia cinta.

Woonhak menahan bibir Jaehyun dengan jemari telunjuknya, "Suttt, kamu nggak perlu takut. Aku disini buat kamu, aku disini buat nemenin kamu"

"Nanti nama kamu ikutan jelek"

"I don't care, lagian kenapa namaku bisa jelek? Orang kamu juga nggak salah, kalo ada yang sakitin kamu kedepannya, aku yang bakal hadapin. Mulai sekarang aku selalu bareng kamu, supaya dunia nggak berani sama kamu, walaupun aku kecil, aku bisa marahin siapapun yang bikin kamu sedih, believe me. everything will be fine, boy."

***

tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tbc.

heeseung n nya?
DUH MAU WOONHAK, JDI PELAKOR AJA APA YA GUE? 😭

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

little home ; woonmyungzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang