Di usia yang ke-25, Mia memutuskan untuk mengubah alur hidupnya menjadi lebih baik. Punya pekerjaan bagus, hidup tenang, dan pastinya pacar yang super sayang dan perhatian.
Sial saja, targetnya terlalu sulit untuk dicapai. Bukannya punya pacar, Mia...
Halowhalowhaiii. Karena besok aku ada kegiatan, jadi aku drop bab barunya sekarang aja, ya. Kita ketemu lagi di bab barunya minggu depan. In the meantime, bantu ramein ya bunski, biar cemungut penulisnya~
-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Third Reason: I get my job done (even it's right on deadline)
-
Lebih mudah melupakan letak alat tulis ketimbang dendam.
Seseorang bisa saja lupa baru saja menaruh pena di mana, sementara dendam satu dekade lalu melekat dalam kepala.
Contohnya, yah ... aku. Satu menit lalu, aku santai mencoret-coret catatanku dengan pena biru yang entah ke mana sekarang. Tapi aku ingat sepenuhnya apa yang dilakukan penumpang pesawat di sebelahku kemarin.
Mungkin karena waktunya relatif baru, aku jadi lebih awas dari biasanya. Aku seperti duduk di sebelah landak raksasa. Salah gerak sedikit, bisa-bisa aku tertusuk. Kalau landak punya duri, Dika punya lidah tajam dan mulut kebanyakan makan cabai—info hasil makan dua hari di buffet area bersama cowok itu.
Not really that important, I know. Tapi aku jadi penasaran, apakah konsumsi cabai berpengaruh pada temperamen seseorang? Karena kalau iya, aku mungkin harus memberitahu pramugari supaya nggak mengiakan pesanan serba ekstra pedas dari Dika.
Sejauh ini dia memang lebih banyak diam. Sejak kami checkout dari hotel pun sudah begitu. Dia hampir nggak bicara padaku kecuali diperlukan. Artinya, jawabannya template banget: iya, nggak, mungkin, dan hm (bisa dimaknai secara fleksibel, syarat dan ketentuan berlaku).
Lupakan soal penjelasan kejadian kemarin pagi dan malam. Anak SD sepertinya lebih jago bicara dan bertanggung jawab ketimbang cowok dewasa kepala tiga ini. Sekalipun kesal, aku juga enggan mengemis maaf.
Hanya karena dia minta maaf bukan berarti masalah hidupku secara ajaib selesai, kan? Atau ada permintaan maaf bonus pacar dadakan?
Aku harusnya nggak perlu mempedulikan Dika, sebab ada hal lain yang perlu kuperhatikan. Setelah mendarat ke Jakarta, aku akan kembali jadi artis karbitan. Ada sandiwara serta peran untuk kujalani. A mere sorry from an extra character of my life won't do shit.
Chicandra Arawinda How is bali beb @Arista Mia Balik hari ini bukan sih lo?
Arista Mia Sore paling lama nyampe Mayan sih, refreshing dari polusi jakarta ke polusi bali Cuman kalau datangnya buat kerja ya sama aja ya wkwk
Karmel Widjadja I second that Work from bali tetap aja ada worknya
Karenia Sinta Bosen nggak sih Bali? Tbh gue udah muak sama Bali, destinasi liburan sejuta umat